"Kamu suka kopi?"

"Lumayan."

"Kalau saya sukanya kamu," celetuk Axel.

"Eh?"

"Bercanda, Fredella. Sesekali bercanda jangan terlalu kaku," sahut Axel santai.

Fredella memahami soal itu, karena memang tidak ada bedanya dengan dua kakaknya yang ahli sekali kalau soal menggombali perempuan.

"Biasa saja. Kakak saya juga begitu. Kalian sepertinya satu aliran." Sahut Fredella

"Aliran darah?"

"Aliran sesat alias suka gombal!" jawab Fredella sembari terkekeh

"Saya nggak gitu, Fredella. Cowok ada saatnya serius juga."

"Oh ya?" Tatapan mereka bertemu.

Axel mengangguk. "Iya. Mereka selalu bisa memposisikan diri."

"Jadi besok mau datang makan malam?"

"Malas sebenarnya. Kalau boleh berkata sekarang papanya Fara bukan mertua saya lagi. Jadi untuk apa datang?" Axel menatap Fredella begitu dalam, ia tak mau terlewat melihat wajah cantik Fredella ketika tersenyum. Terkadang ia bingung dengan dirinya apakah ia sudah jatuh cinta dengan perempuan di depannya.

"Husshh! Tidak boleh seperti itu." Fredella memperingatkan. Sekalipun tidak lagi, tetapi komunikasi harus baik-baik saja apalagi tentang undangan pertemuan sebisa mungkin datang.

"Fredella ... Saya dan B—"

"I know. Datang ke makan malam bukan sesuatu yang sulit, 'kan? Saya temani mau?" Fredella menawarkan diri. Jujur Fredella hanya merasa iba dengan mantan mertua Axel yang begitu berharap, bukan dalam keadaan sehat melainkan sakit dan terlihat sangat lemah sekali. Berbicara saja sangat sulit.

"Fredella ini tidak bohong, 'kan?"

"Memangnya muka saya tukang bohong?" Fredella berbalik tanya.

"Tidak-tidak." Sebenarnya sudah ada di pikiran Axel untuk mengajak Fredella, tetapi ragu takut Fredella menolak jadi tidak langsung ia utarakan. Namun Axel benar-benar terkejut ketika Fredella menawarkan diri, "Terima kasih Fredella," ucap Axel.

Axel dan caranya membuat Fredella selalu terkejut, seperti saat ini memeluk tiba-tiba tanpa izin dari Fredella. "Jadi mau apa tidak?"

"Iya!" jawab Axel dengan tegas sembari melepaskan pelukan mereka.

Menawarkan diri bukan berarti tidak memiliki harga diri, terkadang menawarkan diri salah satu cara orang tersebut memang butuh pertolongan kita tetapi enggan mengungkapkan.

"Nanti sore dijemput, jangan dandan cantik-cantik. Natural lebih cantik," kata Axel sebelum mereka berpisah.

"Nggak suka cewek pakai make up?"

"Nggak juga. Kamu lebih cocok natural," jawab Axel.

"Nggak janji, sudah sana ke kantor. Nanti telat." Fredella mendorong Axel agar segera meninggalkan dirinya.

Tidak tahu apakah ini disebut sebuah hubungan, mereka masih tidak sadar jika semakin hari semakin dekat.

"Tentu. Saya pergi dulu. Sampai jumpa nanti malam, Fredella," pamit Axel. Lelaki itu sudah memberitahu kapan akan menjemput untuk makan malam bersama papa Fara malam ini.

"Iya, semangat bekerja. Jangan lupa kirim stok es krim!" teriak Fredella sebelum Axel masuk ke dalam mobilnya.

"Jam sepuluh sampai jam sebelas dipastikan es krim mendarat dengan selamat," balas Axel.

Fredella melambaikan tangan dan dibalas oleh Axel, perlahan mereka berpisah. Fredella masuk kembali ke dalam restoran dengan wajah yang berseri-seri.

"Uhuk, sudah resmi, Bu?"

Falling In Love With YouWhere stories live. Discover now