SAS (01)

381 58 4
                                    

“Life is simple, but it is often we who make it difficult”


Langkah kaki itu tergesa-gesa menuruni anak tangga, tangannya mengikat rambut panjangnya dengan asal.

Dengan cepat dia mengambil kotak makan dan mengisinya dengan lauk pauk. Hari ini dia tidak ingin terlambat masuk kelas lagi.

"Tidak ingin makan dulu Nay?" gadis itu menggeleng. Xavier tersenyum masam saat mendapat respon dari anak keduanya itu. Entah darimana sifat dingin yang diperolehnya.

"Yah, semester kemarin Luna dapat rangking tertinggi loh." Nayeon menoleh ke arah kakaknya. Gadis itu terlihat senang.

"Luna ingin hadiah apa?" kata-kata itu terucap dari mulut Mamanya.
"Luna belum tau mau minta apa. Nanti Luna pikirkan lagi." Mama mengusap surai panjang anak pertamanya.

"Kamu dapat rangking berapa Nay?" tubuh Nayeon mendadak tegang. Pertanyaan dari Mamanya membuat dia terdiam.

"20."

"Seharusnya kamu mencontoh kak-" ucapan Dea (Mama Naluna&Nayeon) terpotong.

"Nayeon berangkat." tanpa mengecup tangan kedua orang tuanya, Nayeon pergi dari hadapan mereka. Rasanya sesak berada di rumah.

🌠🌠🌠

Kuis dadakan yang di berikan Dosennya membuat kepala Nayeon terasa pusing.

Gadis itu mengambil kotak makannya. Mulutnya mengunyah dengan pelan, pandangannya lurus kedepan dan jangan lupa tatapan kosong itu membuat semua mahasiswa yang lewat di hadapannya bergidik ngeri.

"Bagi dungss.." cengiran nakal itu selalu di dapatkan Nayeon setiap pagi. Laki-laki yang sudah 7 tahun menjadi sahabatnya itu memakan bekal Nayeon dengan lahap.

"Jangan di habisin." Mingyu mengangguk kecil. Dia memberikan kotak makan kosong itu pada Nayeon lagi.

Nayeon menatapnya datar lalu mengeluarkan roti dari dalam tasnya. Dia tau kalau Mingyu akan menghabiskan makanannya, jadi di tasnya selalu ada roti. Nayeon memakan rotinya dengan damai.

Sedangkan Mingyu sibuk dengan hpnya.

"Masih ada kelas gak? Kalau gak ada kita nyari makan. Gue kasihan ngeliat lo kelaparan." Mingyu menarik kuncir rambut Nayeon.

"Hmm.." Mingyu memberengut kesal karena respon Nayeon selalu begitu.
Nayeon berdiri di ikuti Mingyu, mereka berjalan keluar dari kampus. Mingyu selalu merutuki dirinya karena dia tidak bisa membuka percakapan jika bersama Nayeon.

Gadis yang sudah di anggap sahabatnya ini tertutup, dingin dan tidak tersentuh. Berbeda dengan kakaknya Naluna. Naluna aktif di bidang organisasi sedangkan Nayeon benci dengan organisasi.

Mingyu sudah kebal dengan sikap Nayeon yang super dingin. Awalnya Mingyu menganggap Nayeon sombong karena tidak mau di ajak berkenalan, tapi lama-kelamaan dia mengerti.

Angkot yang mereka tumpangi sampai di rumah Mingyu. Mereka berdua turun di ikuti dengan mobil putih silver di belakangnya.

"Cewek! main game kuy." Nayeon menoleh ke belakang, bibirnya sedikit melengkung ke atas karena melihat orang yang ada di dalam mobil.

"Ming, game." ucap Nayeon datar membuat laki-laki itu mengerutkan dahinya. Tersadar dengan maksud Nayeon, Mingyu segera lari masuk ke rumah.

"Bersiaplah untuk kalah." ucap kakak Mingyu. Nayeon tersenyum sinis.

"Let's start this game."

Nayeon menatap datar pada kedua laki-laki yang duduk di hadapannya.

Mereka mengendus kesal karena Nayeon berhasil memenangkan game. Dengan santai, gadis itu memberi garam pada minuman mereka.

"Minum." kedua laki-laki itu tidak berani membantah ucapan Nayeon. Dengan susah payah mereka berdua menelan cairan putih yang telah di beri garam dengan sekali tegukan.

"Ahh.. Sial." umpat Kai, kakak Mingyu. Dia segera memakan buah semangka yang ada di depannya.

Tapi naas, bukannya mendapat rasa manis. Tapi laki-laki itu kembali merapatkan matanya karena semangkanya sudah di beri jeruk nipis oleh Nayeon.

Gadis itu tersenyum. "This game is end. Thank you."

Kai mengumpat kesal sedangkan Mingyu tertawa. Nasib kakaknya selalu sial.





Next's?

STAR AND SUN🌠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang