Tiga Puluh Empat

4K 208 5
                                    

“Gapapa ya?”

“…”

“Al.”

“…..”

“Sayang.”

“Yaudah. Aku tutup.” Nera menutup panggilannya sepihak tidak memberi kesempatan untuk Cakra berbicara, perasaan kesal bercampur sedih menjadi satu. Nera yakin Cakra bukan tipe pria hidung belang, Nera percaya itu jauh sebelum hubungan mereka seperti ini, tapi apa yang tidak mungkin. 

Ting

Cakra
Al

Nera hanya melihat pesan masuk dari depan screen saver yang terkunci tanpa niat membalasnya. Dia tidak bisa seperti ini, tekadnya sudah bulat untuk kembali ke Jakarta besok, apapun ceritanya.

Ini memang sudah malam, magrib sudah lewat menuju isya, dan dibawah sana Mamanya sudah memanggil namanya untuk bergabung dimeja makan.

Makan malam seperti biasa, dinikmati tanpa suara. Setelah ini, Nera harus berbicara kepada Papanya, untuk kembali ke Jakarta, sudah seharusnya dia kembali ke Jakarta, selain Papanya yang sudah sehat, tugas pekerjaannya yang pasti sudah bertambah tanpa berkurang setiap hari, dan yang terpenting adalah Cakra.

“Pa.” panggil Nera, setelah mereka selesai makan. Yang dipanggil hanya bergumam.

“Besok Nera balik ya.”

“Iya.”

“Serius Pa, boleh?”

Anggukan sang Papa menjadi jawaban yang memang sangat diinginkan Nera, “Sama siapa baliknya?”

“Sendiri Pa.” terdengar suara om Wawan berohria.

“Pa.” rengek Nera lagi.

“Apa lagi Nera?”

“Dank U.” ucapnya sambil berdiri dan tersenyum riang.

Emuach

“I love you Papa, bye.” Nera berjalan menuju dapur dan membantu sang Baginda Ratu dirumahnya.

***

Disini Nera sekarang, di stasiun kereta api Jakarta, setelah menempuh perjalanan dari Bandung menuju Ibu Kota sendiri, setelah meminta izin sang Ayah, dan berpamitan untuk kembali. Sempat ada drama antara dirinya dan Tea, keponakannya yang paling cantik itu tidak mengizinkan Nera kembali dan menangis berteriak melepas kepergiannya.

Hari ini dia kembali, tidak ada satupun yang tau termasuk Cakra dan Gita. Rencananya dia ingin memberi kejutan kepada keduanya, kalau Gita mungkin senin saja. Karena hari ini Nera tidak mungkin langsung masuk kerja, tulangnya butuh istirahat.

Begitu sampai dirumahnya, Nera membuka benda pipis yang disimpan di dalam kantung celana jeans yang sedang dikenakannya, ada banyak pesan masuk disana, tapi belum ada satupun pesan dari kekasihnya. Setelah memberi kabar kepada orang rumah Nera menyimpan benda tersebut di atas meja rias.

Selesai membersihkan badannya Nera mengambil gawai yang terletak di meja rias, masih sama, pesan dari orang yang ditunggunya belum juga ada.

Tidak tahan menunggu, akhirnya Nera memutuskan untuk menelpon pria itu, sejak semalam setelah panggilannya diputus sepihak oleh Nera, Cakra tidak lagi mengabarinya, menelpon, atau mengirimkannya pesan singkat.
Panggilan pertama, kedua, dan ketiga belum ada jawaban.

Sesibuk apa kamu Cakra

***

Jarum jam menunjukkan pukul satu siang, seharusnya Cakra sudah bisa memeriksa handphonenya, melihat seberapa banyak panggilan dan pesan masuk yang dikirim Nera kepadanya. Tapi sayang, sampai saat ini pesannya mengapung tidak terbaca, panggilannya juga terabaikan.

Independent of Love (Selesai)Where stories live. Discover now