Enam Belas

3.5K 212 3
                                    

Aku meragu
Ingin bertahan tapi tak ditahan
Ingin menyerah tapi suara hatiku menolak
Bisakah kamu belajar mencintaiku?
~~ Cakra Keano ~~


Polusi suara ramai dari mulut-mulut pengunjung ditambah dengan petikan gitar dari musisi jalanan menambah padatnya populasi manusia yang sedang menikmati makan siangnya di warung Soto Mas Joko.

Dua wanita sedang duduk berhadapan di sudut meja ujung kanan menikmati suguhan makanan yang mereka pesan, dua soto dengan nasi dan teh manis dingin penyelang dahaga. Nera dan Gita, sudah setengah jam berlalu mereka duduk di warung Mas Joko dan keduanya masih diam meskipun acara makan sudah selesai.

Kamis bukan waktu yang tepat untuk bermanis-manis, bukan waktunya membuat list untuk akhir pekan, apalagi membuat janji hang-out, itu terlalu normal untuk Nera yang lebih mencintai rumah dan acara televisi atau drama korea di laptop kesayangannya.

Kamis, sudah lima hari berlalu sejak kejadian itu, belum ada balasan dari Cakra oh bukan, bahkan pesan itu masih setia dengan ceklis satunya, si empunya akun belum ada membuka aplikasi pengirim pesan ini sejak Minggu yang lalu.

Lima hari sudah hidupnya berjalan seadanya, tanpa ada perhatian, tanpa ada yang sibuk mengucapkan selamat pagi, selamat beraktivitas, jangan lupa berdoa kalau kamu enggak sanggup, jangan telat makan, ada jadwal operasi nih doain ya, Al saya singgah ya, Al… Al… semua pesan singkat itu memutar ingatan Nera tentang kebersamaannya bersama Cakra.

Ada keinginan chat itu segera berubah dengan tanda centang dua berwarna biru, logikanya membenarkan keputusannya tapi hatinya meringis, merasa kehilangan setelah ada jarak yang benar-benar nyata diantara mereka? Wajahnya mungkin bisa berkamuflase berpura semua baik-baik saja, tapi hatinya tidak, celah kosong itu terasa di jiwanya, tapi Nera tidak yakin jika dia benar-benar rindu.

“Gimana udah ada kabar?”  Gelengan Nera menjadi jawaban sambil terus mengaduk gelas berisi teh manis.

“Yaudah lagian lo udah mintak maaf jugak kan. Gakusah uring-uringan lah.”

“Tapi gue ngerasa bersalah Git.”

“Kenapa? Karna lo sebenernya udah cinta?”

“Enggak. Enggak mungkin.”

“Ya terus kenapa lo mesti kayak gini, yang dulu dulu gue lihat lo gak pernah gini.”

“Dia terlalu baik untuk gue sakiti.”

“Dan lo terlalu brengsek menjadi wanita pilihan dia. Sadar, ini keputusan lo Ner apapun itu lo harus pertanggung jawabkan. Kalau udah milih udahan kenapa harus dipikirin lagi. Lo juga pasti taulah resikonya.”

“Gakusah diaduk terus yang ada puyeng kepala dan lo gak punya Cakra lagi yang bisa kasi pemeriksaan plus obat gratis.” Lanjut Gita menyindir Nera.


***


Kurang dari sepuluh menit Nera sudah mengabsen kedatangannya melalui finger print yang terletak di lobby bersamaan dengan orang-orang yang sudah mulai berdatangan untuk mengakhiri minggu kerjanya.

Kerjaan minggu ini tidak sepadat akhir-akhir minggu sebelumnya, tapi tetap saja setiap hari ada saja catatan keuangan yang harus dikerjakan terlebih mereka induk perusahaan yang menaungi beberapa anak cabangnya.

Independent of Love (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang