Tujuh

5.1K 257 0
                                    

Biarkan aku menemukan pasanganku dengan caraku
Bukan dengan perjodohan misalnya
~~ Alnera Zaskia ~~


“Dek kok melamun. Ditanyai papa loh.” Ucap Mama Nera

Saat ini keluarga kecil Nera minus kakaknya sedang dalam perjalanan menuju lokasi resepsi pernikahan teman anak Papanya. Tadi pagi sekitar pukul 09.00 WIB keduaorangtuanya tiba dari Bandung dan menjemput Nera. Jalan yang ramai dengan kendaraan seolah mengejek hati Nera yang berbanding terbalik dengan situasi jalanan yang mereka lewati. Tatapan kosong bola mata hitam miliknya mengundang tanya orangtuanya.

“Kamu sehat?” sudah tiga kali Papanya bertanya pertanyaan sama namun tak kunjung mendapat jawaban.

“Oh itu hmmm Alhamdulillah pa Nera sehat.” Jawab dirinya. Papanya hanya mengangguk sambil terus focus menyetir menatap lurus kedepan.

“Kamu lagi ada masalah dek?” Tanya mamanya menoleh kursi penumpang tempat Nera duduk.

“Enggak ada kok ma.” Jawab Nera dengan senyuman semoga Mamanya tidak sepeka itu harapnya.

Sepanjang perjalanan Nera lebih banyak diam dan hanya berbicara ketika ditanya itupun hanya seadanya. Padahal seharusnya pertemuan ini diisi dengan rasa bahagia dengan melepas rindu terhadap malaikat tanpa sayap yang dipercaya Allaah untuk menjaga Nera, namun pikirannya masih hanyut dengan tawaran pria yang sedang menyetir didepan Nera.

Tawaran tanpa batas akhir tapi Nera tak bisa menolak papanya yang terbilang keras kepala dan tidak suka dibantah. Nera tahu cepat atau lambat papanya akan menaikkan status tawaran menjadi keharusan.

Jujur untuk saat ini bukannya Nera tak  ingin memiliki pasangan dan hidup bahagia di bawah rumah yang menjadi tempat menyimpan sejuta kenangan indah miliknya. Tapi Nera sangat sadar hatinya masih belum siap menerima cinta baru. Hatinya terlalu luka dan takut jatuh cinta. Dia yang masih terbayang masa lalu tidak pantas untuk mencintai apalagi dicintai, Nera tak mau jika nantinya seseorang itu hanya menjadi pelampiasan baginya untuk melupakan Agam. 

“Kamu masih ingat tawaran Papa kan?” Tanya Papanya memecah keheningan.

“Ingat pa.” Jawab Nera memejamkan kedua matanya membuang perasaan campur aduk antara takut, sedih, dan menahan emosi.

“Dek senyum atuh jangan cemberut terus. Padahal hari ini kamu udah persis mojang loh tapi luntur deh.” Hibur Mamanya ditengah rusuhnya pikiran Nera

“Hmmm.”

***

Akhirnya setelah menghabiskan waktu sekitar satu jam Nera dan kedua orangtuanya tiba di tempat tujuan. Kedatangan mereka disambut meriah oleh hilir mudik para tamu undangan lainnya. Ruangan yang disulap dengan tema vintage wedding dibalut dengan nuansa pink dan putih sebagai warna utama. 

Mata Nera berlanjut menuju kedua mempelai yang sudah mendapat label halal terlihat bahagia dan terus menebar kebahagiaan bagi seluruh penghuni ruangan. Melihat kebahagiaan dan senyum lepas keduanya membuat hati Nera berdenyut membayangkan apakah dia akan sebahagia mereka, mereka yang menikah karna saling mencintai, saling ikhlas tanpa paksaan, saling berjanji menjaga dan bersama.

Nera masih memandu langkah kakinya tepat dibelakang kedua orangtuanya mengikuti kemanapun langkah keduanya, sesekali papanya tersenyum menyapa beberapa tamu yang dikenalnya, disusul dengan mamanya, tapi tidak dengan Nera. Dirinya mengakui bahwa yang ada di ballroom ini hanya fisiknya tidak bersama jiwanya yang entah kemana.

Independent of Love (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang