Sembilan Belas

3.6K 210 1
                                    

Dia datang tanpa diminta
Pergi tanpa diduga
Dia itu kusebut CINTA
~~ Nera~~


Genap sepuluh hari sudah Cakra pergi meninggalkan Nera tanpa jejak. Dan sepuluh hari kedepannya perjanjian Nera dengan Papanya. Seperti telur di ujung tanduk, jika Cakra tidak kembali dengan berat hati Nera kalah dan menerima perjodohan itu, dan sialnya sampai saat ini Cakra belum kunjung kembali.

Malam kemarin Nera bergadang bukan karna lembur tapi perasaan gelisahnya, memejamkan matapun rasanya percuma karna jiwa masih terjaga.  Satu pernyataan baru, alasan dibalik kehancuran hatinya dimasa lalu, alasan dia masih diam pada masa lalu akhirnya terungkap, entah benar atau tidak tapi Nera hafal tatapan itu mewakili kesungguhan.

Memberi kesempatan kepada seseorang di masa lalu itu tidak salah, yang salah adalah kamu yang kembali pada masa lalu, atau kamu yang berjalan ke depan tapi hidup di belakang. Seperti Nera yang bertahun tahun memikirkan Agam, meninggalkan perasaannya di belakang padahal raganya sudah berpetualang sesuai waktu yang berjalan.

Nera sempat bingung memutuskan pilihannya, tidak mengiyakan juga tidak menolak tapi tidak ada niat untuk memberi harapan. Semalam dia kembali dengan ojek online setelah berhasil memenangkan perdebatan dengan Agam yang memaksa mengantarkannya ke rumah. Tapi sayang, Agam tetap mengikuti Nera tanpa sadarnya.

Seperti sekarang, ada kurir yang sedang berdiri di depan pagar dengan dua rangkaian bouqet di tangannya.

“Dengan mbak Alnera Zaskia?” Tanya kurir itu setelah Nera membukakan pagar rumahnya.

“Iya saya sendiri.” Jawab Nera dengan kebingungan karena dia ingat tidak ada memesan bunga sama sekali.

Ini ada kiriman bunga untuk mbak. Silahkan tanda tangan disini mbak.”

Hmm dari siapa ya pak?” Tanya Nera setelah selesai memberikan tanda tangannya.

“Disini tertulis Agam mbak.”

“Makasih ya pak.” Sumpah serapah sudah Nera ucapkan di dalam hatinya, berarti semalam dia ikuti aku batinnya berkata. Dasar Pemaksa.

Di dalam Nera membuka card yang terselip di antara rangkain bunga itu, “Kalau kamu baca card ini berarti kamu terima bunganya, Good morning, Nera. Still loving blue right?”

***

Seperti biasa pukul setengah delapan Nera berangkat menuju kantornya dengan bantuan kuda besi black-tea. Tanpa ada rasa berbunga bunga seperti kiriman bunga tadi pagi Nera tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa, yang berbeda hanya rasa rindu yang belum tersampaikan, rasa sayang meski terlambat, rasa ingin memiliki setelah berpisah, dan rasa itu sempurna menjadi milik Cakra bukan Agam.

Nera sadar selama ini rasa cintanya kepada Agam sudah menjadi cinta yang semu, waktu memudarkan segalanya, rasa cinta itu ternyata tidak lebih dari sekedar merindukan kenangan masa lalu dan benci itu tidak beralaskan setelah Nera tau semua kesalahan karna kesalahpahaman.

Dan sekarang hatinya terpaut pada satu pria, dia lelaki yang berhasil menutupi luka lama, berjuang meski tak diperjuangkan, menunggu tanpa diminta, dan Nera berhasil merasakan perasaannya yang terlambat setelah dia pergi entah kemana.

Menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit di atas jalan beralaskan kerikil hitam akhirnya Nera tiba di parkiran tempat mereka meletakkan sepeda motornya. Perlahan berjalan mengikis jarak menuju meja kerja yang sudah tampak orang hilir mudik di sekitar lantai 4 tempat Nera bekerja.

Ting.” Satu pesan DM masuk. Nera melihat notification di panel handphonenya, Agam_Purnama20 menyebut anda di dalam sebuah cerita.

Independent of Love (Selesai)Where stories live. Discover now