Bab 34 Penolong Misterius Muncul Kembali

33 3 0
                                    




"Kalau kau mau menerkamku. Kejar aku!!!" teriak Jeshan sambil berlari.

Raung menyeringai, "Kau tidak akan bisa menjauh dariku!!" balas Raung sambil 

mengejar Jeshan.

Jeshan berlari sekuat tenaga menjauh dari perkampungan orangutan. Setidaknya para orangutan sudah aman, harap Jeshan.

Apakah harimau kuat berlari seperti seekor cheetah di Afrika? Jeshan bertanya-tanya dalam hati menyadari Raung yang dapat berlari kencang mengejarnya.

Tanpa alas kaki, kaki Jeshan harus menahan gores-goresan  batu serta tumbuhan berduri tajam di tanah. Darahnya menetes-netes meninggalkan jejak.

"Kau tidak bisa jauh dariku! Kakimu yang terluka meninggalkan jejak yang mudah  diikuti!" teriak Raung.

Ya, Tuhan! Bagaimana ini? ucap Jeshan dalam hati. Dengan luka dikakinya dan kakinya yang tidak seimbang, membuat Jeshan sulit untuk berlari kencang.

Jeshan teringat bahwa seekor kucing pada umumnya  pandai memanjat, tetapi tidak pandai turun.  Jeshan lantas memanjat pohon terdekat untuk menghindar dari kejaran Raung.

"Kau kira aku tidak bisa memanjat?" ucap Raung.

"Kau tidak bisa jauh dariku!"

Jeshan memanjat lebih tinggi lagi.  Dalam hati Jeshan bersyukur, Ongi telah mengajarinya memanjat sehingga ia tahu batang atau dahan mana yang dapat dijadikan  pijakan.

Sesuai perkiraan Jeshan, Raung tidak bisa memanjat tinggi-tinggi.

Raung mengaum  keras, saat terjepit diantara cabang pohon yang saling bersilangan. Jeshan mengambil kesempatan itu untuk melompat ke pohon lainnya lalu  turun secepatnya. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya dan kakinya sudah pegal dan kelelahan.

Jeshan menyeka keringat di dahinya sambil mengatur napas sebentar sebelum kembali berlari secepatnya. Dihadapannya pepohonan semak-semak begitu rapat tanpa ada petunjuk yang dapat menuntunnya menuju perkebunan.

Saat kebingungan mengambil langkah, Jeshan terperosot saat  menginjak tanah yang gembur di  punggung bukit yang landai. Akhirnya Jeshan  jatuh terguling-guling seperti bola hingga tepi jurang.

Ya Tuhan! serunya dalam hati.

Suara auman Raung yang mencekam kembali terdengar. Beruntung Jeshan  masih bisa bangkit. Ia mencermati jurang yang dalam itu, di dasarnya terlihat sungai berbatu-batu. Di kejauhan terlihat  sebuah pohon besar yang tumbang dan  melintang di tengah jurang itu.

Jeshan berseru girang, ia dapat menyebrang menggunakan kayu tumbang itu sebagai jembatan. Dengan hati-hati Jeshan mengayunkan langkahnya. Beruntung kayu itu besar dan lebar, sehingga cukup aman bagi Jeshan untuk menginjaknya. Setiba di seberang, Jeshan kembali berlari secepatnya, apalagi melihat Raung juga sudah berada di tepi jurang hendak menyeberang melalui kayu tumbang itu.

Oh tidak! Harimau besar itu sudah berhasil melepaskan diri!

Tapi karena terburu-buru, kakinya keseleo saat hendak melangkah pergi "Aaahhh....." Jeshan jatuh terduduk menahan sakit. Ia tidak bisa menggerakkan kakinya .

Tidak! Tuhan tolong aku, Jeshan berdoa dalam hati

Saat Jeshan mendongakkan kepalanya, Raung sudah berjalan mendekatinya  sambil menggeram, "Kau tidak bisa lepas dariku anak kecil." Jeshan terpaku menatap Raung. Hewan buas itu tampak lebih kekar dan besar. Jantungnya berdetak tak karuan dan keringat dingin bermunculan di dahinya.

Harimau itu  berjalan dengan mantap lalu berkata, "Kebetulan aku belum makan selama tiga hari. Perut ini lapar sekali! Kehadiranmu membuatku semakin lapar!"

Jeshan berdoa dalam hati, Ya Tuhan tolong aku!

Raung hanya sekitar lima langkah dari Jeshan, dengan  sekali lompatan, hidup Jeshan dapat  berakhir. Tidak! Aku  harus berjuang.  Aku  tidak mau papa bersedih, Jeshan membatin. dengan tangan gemetaran, Ia lantas mengeluarkan pisau lipat dari tas pinggangnya. Ia berharap pisau kecil ini bisa  membantunya melawan Raung sampai titik terakhir.

"Anak kecil, ck...ck..ck... sebenarnya aku kasihan padamu. Aku berjanji memberikan kematian yang cepat, kau tidak akan merasakan apapun..." ucap Raung dengan dingin.

Terlihat  Raung  membungkukkan punggungnya, berancang-ancang hendak menerkamnya. Tiba-tiba  terdengar suara elang membelah  angkasa, Raung menghentikan langkahnya.

Pria misterius yang pernah menolong Jeshan  muncul di samping Jeshan, tepat berhadapan dengan Raung. Raung langsung tersentak saat melihat pria itu.

"Kau pria tua, jangan menghalangiku!" ucap Raung galak, lalu ia mengaum dengan keras. Saking kerasnya hingga menggema di seluruh hutan.

Pria itu kemudian mengangkat tangannya. Seantero hutan tiba-tiba menjadi sunyi sepi. Suara burung atau monyet atau suara gemirisik dedaunan tertiup angin yang biasanya terdengar tiba-tiba menghilang. Lalu  mulut pria tua itu bergerak-gerak seperti sedang mengucapkan suatu mantra. Raung terdiam kaku, seperti terhipnotis,  sorotan matanya tidak menyeramkan seperti sebelumnya. Dengan langkah agak gontai dan kepala tertunduk,  hewan itu berbalik dan pergi meninggalkan Jeshan yang terpana menyaksikan kejadian aneh itu.

Pria itu kemudian, memegang kaki Jeshan yang keseleo. Ia mengusapnya pelan berulang kali. Lalu sakit di kaki Jeshan secara ajaib menghilang. Jeshan bisa berdiri lagi. Anak itu kemudian langsung membungkuk hormat pada pria misterius itu dan mengucapkan terimakasih.

Pria misterius itu hanya mengangguk sekilas.

"Aku harus  kembali ke perkebunan," ucap Jeshan.

Pria itu lalu mengarahkan tangannya, meminta Jeshan untuk pergi ke arah yang ditunjuk. 

"Ke sana arah perkebunan?" tanya Jeshan.

Pria misterius  itu mengangguk.

"Tapi aku  takut tersesat,"  sela Jeshan sambil menoleh kearah orang misterius itu. Tapi ia telah menghilang.

Kemana perginya? tanya Jeshan dalam hati sambil menoleh ke segala penjuru mencari sosok pria itu.

Tak lama berselang, kembali terdengar suara burung elang di angkasa. Burung itu terlihat terbang meluncur ke arah Jeshan, lalu hinggap di sebuah pohon tak jauh dari tempatnya berdiri. Burung elang coklat itu menatap Jeshan dengan tajam meminta perhatiannya. Burung itu kemudian mengepakkan sayapnya lalu terbang rendah dengan anggun, menuntun langkah Jeshan menuju perkebunan.

Jeshan langsung mengikuti elang itu. Ia yakin burung elang itu adalah utusan pria tua tadi  untuk menolongnya keluar dari hutan terlarang.

Secret of the Forbidden ForestWhere stories live. Discover now