Bab 25 Hal Teraneh

61 4 2
                                    

Tiba-tiba muncul seekor orangutan dewasa dari balik pepohonan. Ia berjalan tegak seperti manusia.

Apakah ia benar-benar orangutan atau ....? Jeshan bertanya-tanya dalam hati.

Orangutan itu menunjuk pisang yang berada di genggamannya.

"Mmm mau...?" tanya Jeshan.

Orangutan itu menyambar pisang yang ditawarkan dan langsung memakan pisang itu termasuk kulitnya.

Jeshan tertawa kecil melihat tingkah orangutan itu. Ia yakin berhadapan dengan orangutan sesungguhnya, bukan makhluk halus.

"Kamu pasti lebih lapar dariku," ucap Jeshan sambil mengamati orangutan itu.

Orangutan itu lalu pergi menghilang di balik pepohonan dan semak belukar.

Jeshan bernapas lega, ia belum pernah berhadapan langsung dengan orangutan dewasa seperti itu.

Saat ia berbalik, muncul beberapa ekor orangutan dewasa mengelilinginya. Mereka semua berkelamin jantan karena mempunyai kantung atau bantalan pipi kecil di kedua pipinya, namun tidak mempunyai kantung tenggorokan.

Jantung Jeshan berdetak kencang. Ia yakin menghadapi sesuatu yang janggal.

Diantara mereka, yang paling besar maju mendekati Jeshan yang kebingungan.

Jeshan menyangka mereka mau pisang, lalu Jeshan menunjuk pisang yang masih tersisa di pohonnya

"Apa Yang Kamu Lakukan Di Sini Hai Ma-Nu-Sia?"

Jeshan terperanjat sambil melangkah mundur. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"HEI MANUSIA!!" tegur orangutan itu lagi menatapnya tajam walaupun dengan kedua mata yang kecil.

Jeshan ternganga saking kagetnya.

"Ka ...kalian berbicara... seperti manusia!!??"

Orangutan itu tersenyum tipis.

"Kamu salah besar, kamulah yang mengerti bahasa kami!" jawabnya.

"A−A...AKU?"

Apa aku sedang bermimpi? Apakah mereka benar-benar orangutan Sumatera? Atau spesies lain?? Dari luar angkasa mungkin?

"Bawa anak itu!"
Kedua lengan Jeshan langsung dicengkeram dengan kuat oleh dua ekor orangutan.

"APA??? TIDAK!...KEMANA?... LEPASKAN AKU!!"

Jeshan tidak berani melawan atau melarikan diri. Ia tahu setiap orangutan itu lima kali lebih kuat dari manusia. Yang membingungkan Jeshan, orangutan yang dihadapinya lebih cerdas dan lebih agresif. Seharusnya mereka tenang dan tidak berbahaya kalau tidak diganggu.

Jeshan ditarik dengan kasar. Sentakan itu membuyarkan pikiran Jeshan yang masih belum bisa mencerna apa yang ia alami.

"Aku juga tak ingin berada di sini. Aku tersesat! ....Aku akan pergi, jika kalian mau melepaskanku!"

Tak ada yang menggubris Jeshan. Mereka semua diam.

Jeshan digiring seperti tahanan mengikuti para orangutan menuju hutan yang lebih dalam lagi.

"Tolong lepaskan aku...," mohon Jeshan setengah tidak percaya ia memohon pada orangutan.

Karena tidak diperhatikan, Jeshan akhirnya terdiam sepanjang perjalanan. Beruntung pemandangan disekelilingnya terkadang membuat ia lupa dengan nasibnya.

Jeshan melewati sebuah ladang bunga matahari yang luas terbentang, hingga membuatnya kagum melihat keindahannya. Sekilas ia melihat serangga-serangga beterbangan di atas bunga-bunga itu. Tapi alangkah kagetnya saat mengetahui serangga yang beterbangan itu adalah lebah-lebah berukuran lebih besar dari biasanya. Jeshan harus menunduk, memalingkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menghindari lebah-lebah itu. Mereka seakan-akan terbang sengaja mau menabraknya.

Secret of the Forbidden ForestOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz