Bab 3 - Hari Pertama Sekolah yang Menyenangkan

229 10 1
                                    

Sesampai di sekolah, terlihat  dua buah  bangunan bertingkat yang hampir sama besar dan sebuah lapangan luas untuk upacara dan olahraga. Sebuah bangunan untuk siswa SMP dan SMA, dan bangunan lainnya  untuk siswa sekolah dasar serta taman kanak-kanak.

Tak lama kemudian terdengar bunyi bel  tanda masuk kelas. Diantara hilir mudik siswa-siswa lainnya, Jeshan berhasil menemukan kelasnya. Ia  celingukan mencari tempat duduknya.

Dimana aku harus duduk? pikirnya dalam hati. 

"Hei anak baru ternyata kita sekelas," tegur Toro cengengesan sambil duduk di bangkunya.

Lalu Toro mengarahkan dua jari telunjuk dan tengahnya ke matanya sendiri lalu diarahkan ke  Jeshan seperti dalam film-film Hollywood "I'll be watching you" ancamnya.

Kamu akan mati kebosanan melihatku, balas Jeshan dalam hati.

"Hei," seorang anak laki-laki yang bertubuh kecil menepuk pundaknya.  

"Namaku Atif, ketua kelas di sini," ujarnya sambil membetulkan posisi kacamatanya, "kamu duduk di sebelahku,"  sambil menunjuk bangku yang dimaksud.

"Terimakasih" ucap Jeshan. Dalam hati ia  bersyukur bangkunya jauh dari bangku Toro.

Suara berisik dalam kelas mendadak hening  saat seorang guru datang .

"Saya dengar ada anak baru di kelas ini."

"Iya pak. Itu orangnya," sahut Toro sambil menunjuk Jeshan.

Pak guru lalu menyuruh Jeshan maju ke depan kelas.

"Buuuuuu..." gaduh  Toro dan teman-temannya .

Pak guru mengerutkan dahinya melihat reaksi anak-anak.

"Kenapa kalian menjadi tidak sopan kepada anak baru?"  tegur pak guru dengan tegas.

Setelah ruangan kembali tenang, pak guru  lantas berkata, "Kalau ada anak baru, kita harus bersikap sopan dan berkenalan seperti ini..."

"Nama saya Ahmad Rohan,  guru matematika yang paling terkenal di sekolah ini," ujarnya dengan nada bercanda, "selamat datang di kelas ini."

"Nah, sekarang giliranmu untuk memperkenalkan diri," ucap pak guru kepada Jeshan.  

"Dia bisu  pak," celetuk   Toro dengan lantang.

Seluruh anak tergelak dengan komentar Toro.

Jeshan akhirnya membuka mulutnya, "Namaku Jeshan Ali, datang dari Jakarta," ucap Jeshan tak kalah  lantang,  hingga mengagetkan seluruh siswa di kelas.

Jeshan melemparkan senyum sekilas ke seluruh ruangan kelas. Dalam hati ia tahu, Toro pasti bertambah kesal padanya.

"Perkenalan yang sangat singkat," Pak Rohan mengomentari. "Baiklah Jeshan, silahkan duduk kembali."

"Jam istirahat nanti, kalian bisa berkenalan lebih jauh. Sekarang  kita mulai saja pelajaran hari ini."

Setelah Pak Rohan  memberikan penjelasan secukupnya, selanjutnya   para siswa diminta  mengerjakan lima buah soal geometri.

Suasana kelas menjadi hening. Para siswa  berkonsentrasi dengan kerumitan soal yang dibuat Pak Rohan. Tiba-tiba terdengar suara Malita memecah kesunyian,

"Kemana tempat pensilku?" tanya gadis itu  kebingungan, "tadi ada di meja ini."

Malita kemudian membongkar tasnya. Tetapi ia tetap tidak menemukannya.

Malita   melayangkan pandangannya ke pelosok kelas mencari tempat pensilnya yang hilang.

"Malita, kamu tidak punya pensil yang lain?" tanya Pak Rohan.

Secret of the Forbidden ForestOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz