Bab 8 Zona X

147 4 0
                                    

Jeshan dan Malita kembali bersepeda dalam perjalanan kembali ke perumahan. Suasana sekitar semakin senyap, namun diganti dengan suara serangga hutan yang nyaring.

"Oh ya, jika  kamu berjalan dari pohon ulin itu ke arah matahari terbenam, maka  akan sampai ke zona x," ungkap Malita.

"Zona x?" ulang Jeshan, "kedengarannya seperti wilayah perang yang disebari ranjau darat  dan dapat meledak kalau terinjak," sela Jeshan spontan.

"Jangan bercanda," sergah Malita, "ini serius."

Jeshan langsung terdiam.

"Zona x itu  bagian terpinggir dari wilayah perkebunan yang berbatasan langsung dengan hutan rimba. Pekerja perkebunan dan siapapun juga dilarang ke zona x, apalagi ke hutan. Hutan yang berbatasan dengan zona x juga dikenal sebagai hutan terlarang."  

"Mengapa? Ada apa di sana?" tanya Jeshan penasaran.

"Kata para pekerja, hutan terlarang itu hutan yang angker, sekali melangkahinya, kamu tidak bisa kembali lagi ke perkebunan. Dan kamu akan berada di hutan selamanya," jelas Malita.

Jeshan tidak percaya begitu saja dengan hal-hal yang mistis, "Mungkin karena hutan itu adalah hutan rimba yang lebat yang bisa membuat orang tersesat atau  penuh dengan binatang buas seperti harimau, ular berbisa, serangga mematikan," sanggah Jeshan, "apalagi udara di hutan pada malam hari bisa berubah drastis, menjadi sangat dingin menggigil."

"Ya, mungkin kamu benar," balas Malita.

"Dulu seorang pekerja perkebunan pernah  menerobos ke hutan terlarang. Tim penyelamat telah dikerahkan, tapi pekerja itu tak pernah ditemukan. Jika diterkam harimau, pasti ada sisa tubuhnya. Tapi ia hilang tanpa bekas dan jejak."

Jeshan terlihat tegang mendengar cerita Malita.

"Kejadian itu terjadi saat aku duduk kelas 4 SD. Keluarga pekerja yang hilang itu, akhirnya  pergi dari perkebunan ini karena tidak kuasa menahan kesedihan" ungkap Malita.

Jeshan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Mungkin ia jatuh ke jurang, sehingga susah ditemukan..." 

Malita mengangkat bahunya. 

"Semenjak pak mandor menjadi kepala keamanan di perkebunan ini, penjagaan zona x semakin diperketat. Setiap pekerja yang akan ke zona x harus mendapat izin dulu darinya." 

"Pak Mandor?"

"Ya, Nama aslinya Buki. Ia mengaku pernah diserang harimau, macan, dan beruang." 

Jeshan membelalakkan matanya. "Bagaimana ia bisa diserang oleh hewan-hewan itu?"

"Sebelum bekerja di perkebunan ini, ia adalah seorang penjaga hutan," jawab Malita.

"Tubuhnya pasti tinggi besar dan kuat, karena bisa menahan serangan binatang buas," timpal Jehan.

Malita tergelak mendengar komentarnya.

"Justru sebaliknya. Tubuhnya kecil, tapi nyalinya besar. Bahkan, ia hampir mati karena kehabisan banyak darah saat diserang seekor harimau. Untung perkebunan ini dilengkapi dengan sebuah klinik. Ia mendapat pertolongan yang cepat dari dokter.  Dan tetangga yang tinggal di sebelahmu, Bu Lingga, ibunya Atif adalah perawatnya saat itu."

"Kalau begitu, Pak Mandor  memang mengenal  hutan ini. Aku ingin berjumpa dengannya."

Malita menggeleng, "Jangan! orangnya kurang ramah dan kasar! Lebih baik menjauh darinya."

Tiba tiba Jeshan teringat sesuatu, "Apakah kamu pernah mendengar suara-suara misterius  dari hutan ini? seperti suara lolongan serigala?" 

"Ya, sesekali...." ucap Malita sambil mengelus-elus cloudy.

"Apakah suara  itu berasal dari hutan terlarang?"  tanya Jeshan.

"Ya, mungkin saja.  Suara itu  mungkin datang dari hantu perkebunan  atau mahluk halus dari hutan."

Jeshan langsung terdiam.

"Hutan angker ini juga tak lepas dari kisah pendirian perkebunan ini yang pernah aku ceritakan sebelumnya. Bahkan aku pernah mendengar, jika kabut turun dari pegunungan, kabut- kabut itu akan berbentuk seperti tangan-tangan yang dingin dan lembab, yang ingin meraih dan menahanmu, sehingga kamu tak bisa keluar dari hutan. Malahan ada yang bilang kabut itu bisa berbentuk seperti orangutan," lanjut Malita.

Jeshan mengerutkan keningnya, "Kabut berbentuk orangutan? terdengar konyol."

Seperti biasa, Malita mau membantah ucapan Jeshan, namun dari kejauhan terdengar suara kendaraan yang makin mendekat.

"sstt...ada penjaga perkebunan!" sela Jeshan lirih, "lekas bersembunyi."

Malita menunjuk sepeda, mengingatkan Jeshan untuk menyembunyikannya juga.  

Terlihat seorang penjaga perkebunan yang mengendarai motor ATV menghentikan kendaraannya. Jarak penjaga itu sekitar tiga meter dari tempat  kedua anak itu berdiri.

Malita menarik tangan Jeshan untuk bersembunyi dibalik pepohonan kelapa sawit yang besar dan jaraknya agak rapat.

Penjaga itu memantau sekeliling, ia mungkin mendengar suara kedua anak itu. Jeshan dan Malita  menahan nafas, saat penjaga itu berdiri didekat sepeda mereka. Jantung Jeshan berdetak kencang. Ia tak pernah mengalami pengalaman ini sebelumnya.

Tak lama kemudian, penjaga itu pergi setelah merasa tidak ada yang mencurigakan. Jeshan menarik nafas lega.

Malita nyengir, sambil menyikut Jeshan ,"Seru ya? Tadi aku takut kalau cloudy bersuara. Ternyata kucingku ini lebih pintar dari yang kusangka."

Jeshan  tersenyum sekilas, sambil ikut mengelus kepala cloudy.

"Ingat! kalau mau jagoan lari sepertiku harus ahli sembunyi juga," ujar Malita.

Jeshan nyengir mendengar saran Malita, "Ayo, kita harus buruan pulang!" ajak Jeshan.

Secret of the Forbidden ForestWhere stories live. Discover now