Bab 12 Terhanyut ke Zona X

116 3 0
                                    




Esok harinya pada jam istirahat di sekolah, Jeshan bertemu Malita di kantin sekolah.

"Papa mu sepertinya menjadi primadona di sini," ucap Malita sambil mengunyah ikan goreng.

Jeshan mengerutkan  dahinya kebingungan.

"Kemarin ibu-ibu perumahan ini mengadakan arisan di rumahku," lanjut Malita.

"Lantas apa hubungannya dengan papaku?" 

"Ada yang bilang papamu ganteng. Jadi ibu-ibu yang lain jadi  penasaran."

Jeshan melongo mendengarnya. Lalu ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

Hal itu menjelaskan kenapa ibu- ibu kemarin berdatangan ke rumahnya.

"Apa rencanamu hari ini?" tanya Malita. 

"Aku mau naik sepeda ke perkebunan. Mau menemani ku?"

"Aku tidak bisa. Aku mau belajar membuat cheese cake sore ini.Tapi aku dengar hari ini, sebagian pekerja banyak yang libur  sebelum musim panen tiba. Jadi perkebunan lebih  sepi."

Jeshan bertambah semangat, "Kalau begitu hari ini saat yang tepat aku pergi ke perkebunan?"

Malita menggangguk, "Tapi harus tetap hati-hati, jangan terlalu jauh dan jangan sampai tertangkap penjaga perkebunan dan yang terpenting jangan sampai masuk zona x!"

Seperti yang direncanakan, setelah pulang sekolah dan mengerjakan PR, Jeshan naik sepeda menuju perkebunan lewat jalan rahasia yang ditunjukkan Malita.  Ia   bersepeda dengan santai melalui pepohonan kelapa sawit. Jeshan meliukkan setang sepeda, melewati sela-sela pohon kelapa sawit.  Menikmati gerakan angin  dan soratan sinar matahari yang terpecah melewati pepohonan kelapa sawit.

Jeshan  lalu memacu sepedanya sekencang-kencangnya.

"WOOOOO HUUUUU," teriaknya kesenangan.

Napasnya menjadi terengah-engah. Jeshan lalu melambatkan kayuhannya untuk  menghentikan sepedanya. Ia bermaksud  menenangkan napasnya.

Ia  lalu memperhatikan keadaan disekelilingnya.Tidak nampak lagi pohon sawit, melainkan pepohonan yang tinggi-tinggi yang dikelilingi  semak belukar  setinggi orang dewasa. Suasana menjadi lebih gelap. Keadaan sekitar pun sepi dan senyap.

Ia mencari-cari pohon ulin yang tidak nampak dalam pandangannya.

Apakah aku berada di jalur yang salah? cemas Jeshan.

Jeshan menarik napas menenangkan dirinya.  Ia bisa merasakan  bau udara yang  berbeda. Percampuran bau tanah dengan air, sinar matahari, serta pepohonan.

Dimana ini? Apakah aku berada di hutan??Ya Tuhan! seru Jeshan dalam hati.

Jeshan terdiam sesaat, menyadari keberadaannya yang sudah terlalu jauh dari perkebunan.

Tiba-tiba angin bertiup sekilas, melintasi dirinya. Bulu kuduk Jeshan langsung berdiri.  Dirinya seperti sedang diawasi oleh mahluk-mahkluk  dari hutan. Jeshan cepat-cepat naik sepeda, lalu  mengayuh sepedanya cepat-cepat. Tetapi  karena  terburu-buru, ia tak memperhatikan  jalan. Tiba-tiba BUK!!

Jeshan  menabrak sesuatu. Sepedanya oleng dan akhirnya ia  terjatuh ke tanah.

Jeshan mengerang sebentar, saat  mendongak ia melihat seorang pria memandangnya tajam. Di wajah pria itu terlihat sebuah luka goresan  yang memanjang  dari mata sebelah kanan hingga mulut. Secara keseluruhan ekspresi wajahnya terlihat tidak ramah dan masam. Ditambah lagi bau keringat bercampur bau rokok yang dikeluarkan orang itu langsung menusuk hidung. 

Secret of the Forbidden ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang