Bab 29 Bertemu Kawanan Gajah

40 2 0
                                    


Terlihat lima ekor gajah Sumatera mendekati telaga dengan mengeluarkan suara terompetnya seakan- akan hendak memberi tahu kedatangan mereka. Diantara kawanan gajah itu, dua ekor tampak masih kecil.
Jeshan dan Toro cepat-cepat menjauh.
Kawanan gajah itu minum dan saling semprot air dari tepi telaga.
"Apakah mereka bisa didekati?" tanya Toro.
"Mereka kawanan gajah liar yang jarang bertemu manusia. Sebaiknya jangan didekati," balas Jeshan.
Kawanan gajah itu kembali menjelajah dan mencari makanan melewati 'perkampungan' orangutan.
Seekor orangutan yang masih sangat muda, terlihat terpisah dari induknya. Ia sedang main sendirian, dan tepat berada di lintasan gajah. Ia tidak menyadari bahaya yang menjelangnya.

Orangutan kecil itu akan terinjak-injak jika tidak ditolong, pikir Jeshan.

Jeshan cepat-cepat berlari dan menyambar orangutan itu. Ia nyaris ditabrak seekor gajah dewasa.
Dengan bantuan Ongi, Jeshan mengembalikan bayi orangutan itu pada induknya.
Terdengar hembusan napas yang keras dengan suara seperti menggeram di belakang Jeshan.
Jeshan membalikkan tubuhnya pelan-pelan. Ia tersentak kaget melihat Aro sudah berada di belakangnya.
Ya Tuhan! Kenapa langkah orangutan ini tak terdengar, heran Jeshan dalam hati.
Apa salahku kini?
Jeshan terdiam. Jantungnya berdegup kencang. Aro berjalan memutari Jeshan secara perlahan. Ia memperhatikan Jeshan dengan tajam. Lalu orangutan besar itu membuka mulutnya lebar-lebar memperlihatkan giginya yang tajam. Jeshan menelan ludah menyadari orangutan itu memiliki empat buah taring gigi yang cukup panjang dengan rahang yang kuat.

"Kenapa kalian masih di sini?" geram Aro dengan tatapan tajam.
Jeshan berdiri kaku tidak berani membuat gerakan.
"Ka..ka..mi...akan segera pergi," balas Jeshan gemetaran. Mana mungkin ia menentang orangutan jantan yang besar ini.
"Anak ini sudah menolong salah satu dari kita. Seharusnya kamu berterimakasih," potong Ongi dengan berani.
Aro mendengus kesal. Dia mengelilingi Jeshan seperti hendak menantang anak itu.
Apakah ia akan memukul dadanya seperti gorilla, pikir Jeshan dalam hati.
"Kamu harus segera pergi dari sini! Dan menjauh dariku!" ucap Aro galak.
Jeshan hanya bisa mengangguk.
"Tenang, mereka akan segera pulang, mungkin besok atau lusa," timpal  Ongi enteng tanpa beban.
Aro mendekatkan mukanya pada Jeshan, sambil menggeram.
Kemudian Aro menghentakkan tangannya ke tanah seperti menandakan ia sudah selesai berurusan dengan Jeshan. Kemudian Aro pergi menjauh meninggalkan Jeshan yang masih gemetaran.
Lalu terdengar suara sahutan yang panjang.
"Itu suara Aro?"

"Ya, untuk menegaskan wilayah kekuasaannya dan untuk menarik hati orangutan betina."
"Apakah sahutan itu ditujukan kepadaku?"

Ongi mengangguk, "Kamu telah menolong orangutan dari kawanan gajah yang melintas. Mungkin ia menganggapmu sebagai saingan berat."

"Artinya?" tanya Jeshan lirih.
"Kalau ia menganggapmu sebagai saingan, berarti kamu tidak boleh berada di sini dan mendekati orangutan betina."
Jeshan ternganga dan berkata lirih, "Mana mungkin aku mendekati orangutan betina. Edan!" Toro tertawa terpingkal-pingkal.

*****

Kembali ke sarang mereka, Jeshan sangat letih, tiba-tiba Toro berkata, "Kakimu sakit?"
Jeshan menyadari Toro sudah mengetahui kakinya yang agak pincang,
"Kakiku memang tidak sama rata."
Sekonyong-konyong Toro merangkul Jeshan.
"Ada apa?" tanya Jeshan keheranan.
"A ...aku menyesal mengganggumu selama ini," ucap Toro dengan mata berkaca-kaca.
"Sudahlah lupakan," ucap Jeshan sambil menepuk-nepuk punggung Toro.
Kemudian Jeshan terdiam, ia memikirkan ancaman Aro yang memintanya untuk segera pergi.
"Ada apa? Kenapa kamu diam?"
"Oh tidak ada apa-apa. Ayo kita istirahat saja," sahut Jeshan tidak mau membuat Toro khawatir.
Kedua anak itu merebahkan diri, sambil melihat bintang-bintang sudah bermunculan.
"Lihat! langit di atas kita bertaburan bintang-bintang," ucap Jeshan.
"Aku tidak bisa melihatnya" sahut Toro, "langit terlalu gelap."

"Matamu belum terbiasa. Tunggu sebentar, akan terlihat."

Tak lama kemudian, Toro berkata, "Yah kamu benar. Aku dapat melihatnya sekarang! Mereka bermunculan seperti serakan permata. Indah sekali ya!"

"Kamu tahu ada ungkapan yang mengatakan, bintang hanya tampak bersinar pada langit yang sangat gelap."

"Ya aku pernah mendengarnya," jawab Toro, "dan ada artinya."

"Benarkah?" tanya Jeshan

Toro tampak berpikir sejenak, "Kalau tidak salah, jagoan baru muncul kalau ada kejahatan! Benar kan?"

Jeshan tertawa mendengarnya, tapi kemudian ia berkomentar, "Menurutku bintang selalu bercahaya setiap saat. Ia tak butuh kegelapan untuk bersinar. Ia selalu bercahaya di waktu pagi, siang dan malam. Hanya saja manusia di bumi baru bisa melihatnya di malam hari."

Secret of the Forbidden ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang