Bab 10 Adu Bola

131 6 0
                                    


Jam menunjukkan pukul setengah empat sore.

"Jeshan!" seseorang memanggilnya berulang-ulang dari luar rumah.

Jeshan melihat Atif sedang memantul-mantulkan bola ditangannya.

"Hei, ibumu tadi mencarimu," ucap Jeshan.

"Aku tadi memompa bola ini" jawab Atif sambil melempar-lempar sebuah bola ditangannya.

"Kamu hobi bermain bola rupanya," ucap Jeshan.

"Ya, tentu saja!" jawab Atif, "Memangnya kamu tidak?"

"Aku dan papa suka main bola, tapi lebih sering main bola basket," tanggap Jeshan.

" Hampir setiap sore aku bermain sepak bola. Kata ayahku lebih baik bermain sepak bola, daripada menonton TV," lanjut Atif.

Jeshan nyengir mendengarnya, "Setuju, apalagi berolah raga membuat badan lebih sehat dan kuat."

"Mau main sepakbola?" tanya Atif dengan semangat.

Jeshan ragu-ragu, karena papanya akan segera pulang.

Mengetahui kekhawatiran Jeshan, Atif berkata, "Hanya sebentar saja kok. Paling hanya satu jam. Kita akan selesai bermain sebelum para karyawan perkebunan pulang."

"Mmh, baiklah. Aku ambil sepatu bola dulu."

Tak lama kemudian, Jeshan keluar dengan memakai sepatu bola sambil menenteng sebuah botol air minum.

"Sepatumu keren," komen Atif.

Jeshan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ini sepatu bola termurah yang aku temukan di toko bersama papa."

"Kalau ini," ucap Atif sambil menunjuk sepatu yang dipakainya, "adalah sepatu lungsuran kakakku."

Jeshan nyengir, "Masih bagus."

"Iya sih, karena jarang dipakai. Tapi sepatu ini telah teruji di lapangan! Dan cocok menjadi sepatu seorang playmaker seperti diriku."

Jeshan tertawa mendengar ucapan Atif yang percaya diri.

"Ayo buruan! Kalau tidak, lapangan sudah digunakan oleh anak-anak lain," seru Atif.

Jeshan dan Atif bergegas menuju lapangan bola, sambil sesekali mengobrol.

"Dengan siapa kita akan bermain sepak bola nanti?" tanya Jeshan.

"Teman-teman sekolah kita juga. "Oh ya, sekarang memasuki musim panen. Semua pekerja antusias dan bersemangat. Apalagi jika panennya banyak, biasanya perusahaan akan melakukan acara syukuran dan makan-makan."

Jeshan teringat ucapan Malita yang mengatakan buah sawit akan segera dipanen. Ternyata perkiraannya benar.

Setiba di lapangan sepak bola, sudah ada beberapa anak yang sedang main bola "Yah..., sudah ada Toro dan ganknya," ucap Atif kecewa .

"Kita balik saja," cetus Jeshan.

Atif berbalik dengan malas, tapi tiba-tiba terdengar suara memanggilnya,

"HEEIII!!"

Ternyata Toro yang memanggil mereka.

Jeshan menarik napas panjang.

"Bagaimana kalau kita adu bola?" usul Toro dengan senyum palsunya.

"Aku tak tertarik," jawab Jeshan yang tak ingin berurusan dengan Toro.

"Takut kalah?" tantang Toro.

Jeshan diam saja tak mau terpancing jebakan Toro.

"Yang kalah, harus berani berenang di danau tanpa baju. Bagaimana?" lanjut Toro.

Secret of the Forbidden ForestWhere stories live. Discover now