Waktu menunjukkan pukul setengah tiga sore, Jeshan berusaha untuk berkonsentrasi mengerjakan PR. Dengan kunci ditangannya, Jeshan merasa tanggung jawab untuk membebaskan orangutan malang itu memang menjadi tugasnya.Jeshan melirik jam dinding di kamarnya, Setengah jam lagi,... aku harus bersiap-siap, ucap Jeshan dalam hati.
Jeshan menghembuskan napas lega saat berhasil menyelesaikan PR-nya.
Ini saatnya persiapan! serunya dalam hati.
Senter dan botol minum, dan pisau lipat, ingatnya berulang-ulang.
Jeshan mengambil botol minum kecil di dapur dan mengisinya penuh dengan air putih. Ia lalu meraih tas pinggang kecil miliknya, dipakainya tas pinggang itu dan dimasukkannya botol minum dan senter kecil ke dalamnya.
Saat hendak meninggalkan rumah, sekilas ia melihat sebuah firesteel untuk membuat api dan juga pisau lipat multifungsi di lemari.
Apakah aku perlu membawanya? pikirnya dalam hati memandangi kedua benda yang selalu dibawa saat berkemah dengan papanya.
Tidak! Aku tak memerlukannya, ini hanya misi penyelamatan sederhana dan singkat. Aku tidak akan pergi ke hutan! lanjut Jeshan meyakinkan dirinya sambil melangkah ke luar.
Tapi beberapa detik kemudian ia berubah pikiran.
Jeshan balik ke rumah dan mengambil kedua barang itu, lalu dimasukkan ke dalam tas pinggangnya.
Tiada salahnya membawa, walaupun tidak dibutuhkan, tapi siapa tahu ...pikirnya dalam hati.
Di tas pinggangnya sudah tersusun dengan rapi sebuah senter, botol minum, pisau lipat dan firesteel.
Saat Jeshan akan membuka pintu keluar rumah, ia terdiam sebentar untuk memantapkan niatnya. Ia tahu seketika kakinya melangkah , ia tak mungkin mundur lagi.
Jeshan menarik napas tegas, lalu melangkah dengan mantap keluar dari rumah, menuju rumah Malita.
Jeshan menunggu beberapa saat di depan rumah Malita, tapi dia belum muncul juga. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga lewat sepuluh menit. Jeshan berpikir sesaat, memikirkan cara yang paling aman untuk memanggil Malita, tanpa menimbulkan kecurigaan.
Tak lama kemudian, ia mendapat ide.
"Uhu...uhu...."
Jeshan mengeluarkan bunyi-bunyian semacam itu sampai tiga kali.
Akhirnya Malita keluar dari rumahnya.
Gadis itu memakai baju hijau tentara dengan celana bercorak loreng hijau, disertai topi yang berwarna hijau pula, persis seperti baju latihan militer tentara.
Jeshan memandang Malita dari ujung kepala hingga ujung kaki, tercengang dengan penampilan Malita.
"Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Malita keheranan.
Jeshan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu pasti iri dengan seragam yang aku pakai, iyakan?" tandas Malita sambil menyenggol Jeshan dengan sikunya.
"Sepertinya seragam yang kamu pakai dapat menarik perhatian," ucap Jeshan.
Malita langsung melotot, "Menarik perhatian siapa? monyet? atau gajah?"
Jeshan tergelak mendengar jawaban Malita.
"Siapa tahu nanti kita berpapasan dengan teman kita atau siapa pun..."
YOU ARE READING
Secret of the Forbidden Forest
AdventureCompleted! Tamat! Jeshan seorang anak laki-laki berusia sekitar sebelas tahun terpaksa pindah dan tinggal di area perkebunan kelapa sawit di hutan Sumatera mengikuti papanya yang bekerja di sana. Semenjak kepindahan, ia sering mendengar suara...