RAGADERA 7 ✔

286K 14.4K 385
                                    

Siapa nih, yang jadi pembaca baru Ragadera?

Yuk, yang belom vote, langsung vote

Jangan lupa banjiri komen ya:)

***

Musuh; orang yang menjadi lawan di segala hal, terutama soal cinta.

***

Pagi ini, Raga memilih untuk datang lebih pagi dari biasanya. Sebelum masuk ke kelas, dia mampir dahulu kelapangan, melakukan pemanasan dengan mendrible bola basket yang tersedia disamping lapangan. Lima kali shot, lima kali juga bola yang masuk kedalam ring. Setelah merasa cukup, Raga duduk dipinggir lapangan, dan matanya sedang meneliti setiap orang yang memasuki gerbang sekolah. Matanya pun langsung terfokus pada sosok gadis yang baru turun dari angkot. Dia masuk sambil menundukkan kepala, dan seketika Raga sadar jika Dera langsung menjadi topik perbincangan, buktinya ada beberapa siswa yang memandang sinis ke arah Dera.

Niat Raga untuk menghampiri Dera, seketika batal. Raga memilih untuk masuk ke kelasnya, sambil menunggu anak 'THE TENAR' yang lain. Raga melihat Ezra yang baru memasuki kelas. Entah ini nyata atau tidak, yang jelas Raga melihat sebuah lengkungan kecil yang tercetak dibibir Ezra. But, seriously? Masa Ezra senyum sendiri? Entahlah, hanya Tuhan dan Ezra yang tau. Setelah Ezra, disusul lagi dengan kedatangan Navin.

"Ga, rekor banget lo, datengnya pagi, gue sempet syok tadi. Biasanya kan pas gue dateng belom ada motor lo. Dan biasanya, motor paling depan itu motor Ezra, tapi pas gue liat, anjir motor lo ada dipaling depan. Kesambet apaan lo?," oceh Navin

"Gue kesambet setan rajin," jawab Raga asal.

"Ga, lo dicariin mika tuh."

Raga berjalan malas keluar. Namun, saat wajahnya berpapasan dengan Mika, dia memaksakan unntuk tersenyum manis. Mika pun menyodorkan sekotak bekal yang isinya sebuah roti. Awalnya Raga malas menerimanya, apalagi ketika ingatannya melayang ke kejadian kemarin. Saat Raga melihat kearah lain, Raga pun merasa mendapatkan kesempatan emas, untuk membuat musuhnya tau, bahwa ia salah bermusuhan dengan Raga. "Makasih banget ya, Mik. Harusnya lo ngga usah repot-repot segala." ucap Raga sambil mengacak rambut Mika, hingga membuat orang yang melihat kejadian itu dari jauh, mengepalkan tangannya.

"Yaudah Ga, gue ke kelas dulu ya, bye." Raga hanya membalas dengan lambaian tangan. Saat ini, Raga mulai berpikir untuk merubah misinya. Awalnya, ia ingin menjadikan Mika sebagai pacar, namun kini Raga akan menjadikan Mika sebagai senjata untuk melawan musuh bebuyutannya. Raga tidak perduli bagaimana perasaan Mika saat tau jika dia diperalat, toh Mika juga bukan tipe cewek baik-baik. Sebenarnya, Raga tau jika bukan hanya dirinya yang dekat dengan Mika. Raga pun akhirnya mengikuti pelajaran dengan malas. Bahkan, ia sempat tertidur, di dua bangku yang dipepetkan. Itu membuat Navin tergusur dari tempat duduknya, dan dia mengungsi disamping Ezra.

***

Disisi lain, Dera yang sedang berjalan tiba-tiba berhenti karena sebuah cekalan ditangannya. "Ra, sampe kapan lo mau ngejauh dari gue? Plis, cerita sama gue. Gue tau, sekarang lo lagi ngga baik-baik aja. Kalo lo masih nganggep gue sebagai sahabat lo, lo harus cerita sama gue. Semuanya!?," ucap Vina dengan penuh penekanan diakhir kalimat.

"Nanti, abis pulang sekolah ke cafe biasa," ucap Dera dengan raut sedihnya, sementara Vina tersenyum senang, akhirnya sahabatnya itu mau menceritakannya. Mereka berdua memasuki kelas bersama. Sekarang, bukan hanya Dera yang mendapat tatapan sinis, namun Vina juga.

"Vin, mending lo jangan bareng gue. Gue ngga mau lo juga kena tatapan laser dari semua murid disini."

"Itu gunanya sahabat. Mau lo dibenci sama orang di satu negara, gue bakal tetep ada disisi lo, Ra. Lagian nih ya, kita sahabatan itu udah lama, bukan cuma setahun atau dua tahun, tapi udah lima tahun," ucap Vina sambil memasang senyum termanisnya, sementara Dera yang mendengarnya langsung merasa terharu karena memiliki sahabat seperti Vina.

Saat sudah masuk ke kelas, semua pasang mata langsung menatap kearah Dera dan Vina. Mereka tau, jika sebentar lagi akan ada beberapa cacian yang keluar dari setiap mulut yang ada didalam kelas. Kali ini, Dera mulai membiasakan diri dengan cacian dari murid-murid yang ada disekolah. Namun, ia merasa sulit, karena ia sudah terbiasa dengan kesunyiannya. Dera lebih memilih tidak dianggap dari pada harus menerima cacian setiap hari. Dera menjadi tidak fokus saat pembelajaran. Pikirannya entah melayang kemana. Bahkan, dia tidak sadar, jika pulpen yang ia pegang, tidak ditutup, dan akhirnya buku catatannya harus terkena coret-coretan yang banyak.

Dera memutuskan untuk izin ke toilet, padahal sebenarnya ia pergi menuju perpustakaan. Saat memasuki pintunya, ia langsung menyapa pak Tio, guru yang bertugas menjaga perpustakaan. Dera sibuk mengelilingi perpus untuk mencari buku yang bagus dibaca, dan akhirnya dia memutuskan untuk memilih tiga novel dengan genre yang berbeda. Saat sedang asik membaca, tiba-tiba ada seseorang yang duduk di samping Dera, namun Dera terlalu serius membaca, hingga tak sadar jika seseorang duduk di sampingnya.

"Ekhem." Sontak Dera langsung menoleh.

"Ra-raga! Lo ngapain disini?"

"Ya gue mau baca lah, udah tau ini perpus, masa gue mau tawuran."

Dera pun hanya mengangguk sambil melirik ke arah buku yang di pegang Raga. Ternyata Raga ingin membaca buku kesukaannya, buku yang sudah Dera baca berkali-kali. Bahkan Dera sampai apal setiap halaman yang terdapat quotes yang bagus. Dera sesekali melirik ke arah Raga yang sudah hanyut kedalam cerita. Buktinya, dia saat ini melengkungkan bibirnya, membentuk sebuah senyuman kecil, yang tak terlalu jelas. Dari halamannya saja, Dera bisa menebak jika Raga sedang membaca dibagian yang paling romantis.

Mereka tersentak ketika bel istirahat nyaring berbunyi. Padahal, mereka merasa baru sebentar berada di perpustakaan. Dera memutuskan untuk keluar duluan, sementara Raga yang awalnya hanya melihat kepergian Dera, ikut pergi menuju kantin, dimana teman-temannya berada.
Seperti biasa, Raga menduduki bangku yang memang di khususkan untuk anak 'THE TENAR'. Ketika sampai di kantin, Raga melihat beberapa temannya yang sedang asik modus dengan adik kelas agar mendapat makanan gratis alias traktiran. Beberapa kali, Raga mencuri pandang kearah Dera yang sedang sibuk mengantri dengan temannya. Bahkan dia rela terdorong-dorong, demi sebuah mie ayam. Berbeda dengan Raga yang mengandalkan ketampanannya untuk menyuruh siswi yang mengantri untuk makanannya. Seketika, pikiran Raga melayang ke pernikahannya yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Raga berpikir apa yang akan terjadi dengan kehidupannya nanti setelah menikah.

My Popular Husband [SUDAH TERBIT] Where stories live. Discover now