RAGADERA 3 ✔

313K 15.4K 499
                                    

NOTE PENTING
1. BANYAK YANG NGELUH, ISINYA DOUBLE PARAGRAF DAN NGGA RAPI, KALIAN BISA HAPUS DULU MPH DARI PERPUS, REFRES WP, BARU CARI MPH DAN TAMBAHKAN ULANG
2. JANGAN DI SKIP BACANYA, HARGAI AKU YANG NGETIK PANJANG PANJANG

Udah nabung buat peluk the tenar versi buku?

Kamu nunggu part ini, atau nunggu doi peka?😁

Baca part ini jam berapa? Jangan lupa komen di setiap paragraf ♥

10k vote atau 500 komen, lanjut. Kalo lebih tripel up

***

Perjodohan; hal yang mempertemukan kita untuk kesekian kalinya.

***

Dera melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Dera sampai harus menunggu sekolah sepi, agar ia bisa pulang dengan tenang. Dera melihat jam tangannya, dan ternyata sudah menunjukkan pukul empat sore. Itu artinya, angkutan umum sudah jarang ada yang lewat. Sialnya, hp Dera sudah mati, karena lowbat, jadi dia tidak bisa menghubungi Daren, dan terpaksa ia harus berjalan kaki sambil menunggu angkutan umum lewat. Tapi, ada satu hal yang membuat Dera lebih sial lagi, yaitu dia harus melewati rombongan Raga yang sedang berkumpul di warung Gege. Dera menundukkan kepalanya.

"Hallo. Lo Dera kan? Kasian banget sih, cantik-cantik jalan sendirian. Mau ditemenin ngga?"

Suara itu membuat semua yang sedang berada disitu tertawa. Untung saja ada sebuah angkot yang lewat. Tanpa pikir panjang, Dera langsung melambaikan tangannya dan masuk kedalam. Dera langsung menghela nafas lega. Namun, saat tepat di depan warung Gege, jantung Dera langsung berpacu lebih cepat. Pasalnya, ada seorang yang juga menghentikan angkot yang dinaiki Dera, dan orang itu adalah Raga. Raga mendekati pintu supir.

"Bang, saya titip cewe itu ya. Jagain sampe tujuan dia. Soalnya, urusan saya sama dia belum selesai. Nih, saya bayar." Raga memberikan selembar uang lima ribu, lalu mengalihkan tatapannya pada Dera sambil tersenyum, yang menurut Dera malah menyeramkan. Angkot yang dinaiki Dera pun kembali melaju.

Tanpa sadar, Dera sudah melamun, hingga membuat dirinya tersentak, saat supir angkot bicara, menanyakan dimana tempat ia akan turun. Sampai akhirnya, Dera turun dan berjalan cepat agar ia bisa segera sampai dirumah. Tak butuh waktu lama, untuk dirinya sampai dirumah. Dera melihat bundanya yang sedang menata makanan di meja makan. Langsung saja Dera menghampiri bundanya, dan menyalimi tangan sang bunda.

"Kamu dari mana aja sih? Bunda dari tadi telponin kamu, tapi ngga dijawab. Kenapa baru pulang jam segini?"

"Ehmm, tadi Dera bantuin guru ngoreksi ulangan. Iya, bantuin guru bun, makanya pulangnya lama."

"Yaudah sana, siap-siap. Kamu ngga lupa kan, kalo nanti malem temen ayah mau kesini, buat bahas pernikahan kamu sama anaknya."

"Eh, ng-ngga kok bun. Yaudah, Dera ke kamar dulu ya."

"Yaudah sana. Bunda udah nyiapin gaun buat kamu, cari aja dilemari warna biru."

"Iya bun."

Setelah memakan waktu satu jam untuk bersiap, Dera kembali menuju dapur untuk membantu sang bunda. Tak butuh waktu lama, untuk merapikan semuanya. Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Seketika, jantung Dera berpacu lebih cepat dari biasanya, apalagi saat ia mendengar suara klakson mobil. Dera pun keluar menyusul sang ayah, yang sudah diluar sejak tadi. Dera menyalami tangan kedua kedua orang paruh baya, yang Dera yakini sebagai orang tua dari calonnya. Kedua orang itu, langsung tersenyum manis, saat melihat Dera. "Dera, kenalin temen ayah. Ini tante Gina, sama om Bram."

My Popular Husband [SUDAH TERBIT] Where stories live. Discover now