Chapter Six - He is White

Beginne am Anfang
                                    

"Ya ajak teman ceweklah," balas Sam.

"Enggak punya." Sarah cemberut, ingat tidak ada seorang pun yang ingin jadi temannya di sekolah itu.

"Cantik, sih."

"Apa?" Sarah mendongak, ingin memastikan ucapan Sam tadi. Namun, laki-laki itu sudah membuang muka. Tatapannya tak lagi di sana, berkeliling tak tentu arah.

"Kamu ngomong apa tadi?" ulang Sarah, tetapi Sam tak menanggapi. Dia bisa melihat, wajah lelaki itu dipenuhi rona merah sekarang. Sarah bingung, kenapa wajahnya bisa memerah, padahal cuaca sedang sangat dingin. Apa jangan-jangan teh Sam rasanya pedas? Ah, Sarah tidak mengerti. Otaknya tidak sanggup mencerna apa yang sedang terjadi pada laki-laki di hadapan.

"Samuel, kamu ngomong apa tadi?"

"Kita ke kelas, yuk? Nanti dicari guru." Laki-laki itu langsung bangkit, berjalan meninggalkan Sarah, lengkap dengan tanda tanya di kepalanya. Kenapa Sam cepat sekali berubah? Tadi dia bisa baik dan menolongnya, tetapi secepat angin menjadi aneh dan kaku. Ada apa dengan pria itu?

Suara bersin Sarah terdengar sekali, sebelum ia memutuskan untuk menyusul Sam kembali ke kelas. Sampai di mejanya di barisan paling belakang, gadis itu terkejut mendapati sebuah jaket hitam yang terlipat rapi. Ia yakin, itu jaket Sean yang dia kembalikan kemarin. Kenapa sekarang ada di mejanya?

Sarah menoleh pada Sean, dia tampak sedang fokus menulis sesuatu. Takut, Sarah tidak bertanya.

"Makasih, Sean," gumamnya, lantas mengambil jaket itu dan segera menuju kamar mandi sebelum guru masuk. Setidaknya, dia lega karena bisa mengganti seragam yang basah dengan jaket Sean. Rasa dinginnya berkurang sedikit.

—SR—

Suara klakson motor membuat Sarah terlonjak. Dirinya sedang berdiri di depan gerbang, bingung karena sopir ayahnya baru saja menelepon, memberitahu akan lama menjemput karena mobilnya mogok. Sarah yang tidak pernah bepergian sendiri menjadi bingung, bagaimana caranya pulang. Saat sedang kebingungan, dia malah dikagetkan oleh klakson motor Sam, membuatnya tambah gelagapan.

"Kenapa?" tanya Sam, tak melepas helmnya.

"Anu ... mobilnya mogok, katanya lama baru bisa jemput. Sarah bingung."

Sam menepuk jok belakang, menyuruh Sarah naik ke motornya. Namun, gadis itu ragu. Dia tidak pernah dibonceng siapa pun selain Gilang. Dia takut, kalau pulang bersama orang lain, dia akan tersasar.

"Ayo, biar gue antar."

"Itu ...," gumam Sarah. Dia bingung, bagaimana cara menjelaskan pada Sam, apa yang menjadi ketakutannya saat ini.

Ponselnya berdering, nama Gilang muncul di layar. Sarah menjawabnya cepat, langsung menyemburkan kegelisahannya.

"Tenang, ya," ucap Gilang. "Adek tunggu di pos satpam, biar Mama jemput. Abang sore baru pulang."

Sarah menggigit bibir, bingung.

"Bang ... Sarah tadi kehujanan, bajunya basah. Sarah kedinginan, Abang. Mau cepet pulang." Gadis itu mulai menangis kecil, membuat Gilang ikut panik.

Tiba-tiba, ponsel putih Sarah direbut Sam.

"Kak, ini gue, Samuel White. Biar gue yang antar Sarah pulang, ya. Tenang aja, adik lo aman sama gue."

Sam menyerahkan lagi ponsel pada Sarah. Panggilan Gilang masih tersambung.

"Kamu pulang sama Sam aja, Dek, tapi hati-hati, ya. Sam pernah ke rumah kita, dia tahu jalannya. Tapi, kalau tempatnya terlalu asing, kamu langsung loncat aja dari motornya," kata Gilang.

"Nanti Sarah mati dong," balas gadis itu tanpa berpikir.

Gilang meyakinkannya akan baik-baik saja, lalu ia naik ke motor merah Sam. Sepanjang jalan, tak ada yang membuka percakapan. Sarah sibuk menoleh ke kiri kanan, tak mengerti bagaimana semua sisi jalan bisa terlihat sama di matanya. Tak ada satu belokan pun yang dia ingat.

Tiba di depan rumahnya, akhirnya gadis itu bisa mengembus napas lega.

"Sam, makasih!" ujarnya sambil menyerahkan helm pada Sam, lalu berlari masuk ke rumah tanpa memedulikan cowok itu. Bahkan, panggilan Rani pun tak disahuti. Ia berlari menaiki tangga, langsung membuka pintu yang menghubungkan ke teras atas. Dari sana, dia bisa membuktikan bahwa firasatnya tadi tidak salah. Seseorang membuntuti mereka.

Sebenernya, mau kamu apa?

—SR—

TBC

Ups, siapa coba yang buntuti Sarah?

Nantikan Minggu depan, ya.

Jangan lupa cek cerita lain di akun:

Kavii98_ Fifi_Alifya azdiyare_ahsan708 rodeoexol IndahCatYa AnnyoosAn

Siapa tau suka juga sama cerita di akun:
MeylindaRatna Talithaa56

Babai,

SR

SarahWo Geschichten leben. Entdecke jetzt