22 - The Other Side

149 34 0
                                    

Sesungguhnya Pamela bukanlah perempuan sempurna. Hidupnya jauh dari kata sempurna. Boleh saja dari luar ia terlihat baik, terlihat tak memiliki masalah. Namun jauh di dalam, ia hanyalah perempuan lemah yang membutuhkan orang lain untuk membantunya. Ia tumbuh dengan rasa trauma yang menyebabkan hidupnya cacat. Terlalu banyak ketimpangan. Di mana kasih sayang tak pernah ia dapat. Justru memelas adalah hal yang selalu ia lakukan demi mencari perhatian orang lain. Masa bodo dengan pendapat orang lain. Haus kasih sayang membuat Pamela melakukan apa pun untuk mendapatkannya. Masa kecilnya tak begitu bagus. Banyak sekali memori-memori buruk yang sama sekali tak ingin ia ingat. Kemudian ketika ia kembali datang ke kota kelahirannya. Matahari yang bersinar terik seolah menariknya masuk ke dalam memori masa lalu yang sama sekali tak ia harapkan.

Pamela ketika itu baru saja naik kelas dua sekolah dasar. Ia baru pulang membawa selembar kertas berisi gambar yang dibuatnya sendiri di kelas seni. Gurunya memuji hasil menggambar gadis kecil itu. Walau gambarnya sederhana hanya gambar seorang gadis kecil yang digandeng kedua tangannya oleh ayah dan ibu di sisi kanan serta kiri. Dengan matahari dan awan-awan sebagai penyempurna. Keluarga kecil itu terlihat bahagia. Sayangnya keluarga gadis kecil itu tak sehangat apa yang telah ia gambar. Saat kakinya menapaki lantai rumah bukan sambutan yang ia dapat. Melainkan ibu yang tengah meringkuk sambil menangis dan ayah yang berdiri dengan raut emosi. Seketika itu juga rasa takut menggerayangi gadis berusia sembilan tahun itu. Wajah ibu terlihat lebam. Pelipisnya berdarah dan bukannya berhenti ayah justru tanpa belas kasih terus saja memukul dan menendang ibu yang sudah setengah sadar menggumam ampun.

"Tahu diri dong! Kalau suami minta uang. Dikasih! Jangan pelit!"

"Ayah! Ayah! Tolong berhenti."

Tak berhasil dengan kata-kata. Pamela kecil merangsek maju dengan memeluk kaki ayah sambil menangis dan memohon agar ayah tak memukul ibu lagi. Namun, bukannya berhenti seperti apa yang Pamela mohon. Ayah justru menghentakkan kakinya membuat tubuh kecil Pamela terpental. Pamela kecil semakin terisak keras sambil terus memohon kepada ayah walau sadar permohonannya tak didengar.

"Mela mau cari pertolongan," ucapnya membulatkan tekad. Tapi belum juga keinginannya terlaksana. Ayah sudah memukul tubuh kecilnya hingga ia kembali jatuh ke lantai. Kembali menangis dengan suara pilu. Tak tahu jika tangan ayah bisa seringan itu kepada darah dagingnya sendiri.

"Anak kurang ajar. Diam kamu!"

Ayah Pamela dulu tak sekasar itu namun ketika ayah mulai mengenal dunia perjudian pun saat ayah tiba-tiba harus di PHK dari pekerjaannya. Ayah mulai berubah. Tak ada lagi ayah yang selalu menggendong Pamela ketika ayah baru saja pulang. Tak ada lagi ayah yang mengecup kening Pamela sebelum tidur. Semuanya telah berubah. Keluarga kecilnya tak mungkin bisa menjadi keluarga kecil pada kertas yang ia gambar di kelas seni.

Belum berakhir dengan sikap ayah yang kasar. Di lingkungan sekolah, Pamela tak diterima dengan baik. Pamela sering diperlakukan dengan buruk oleh teman-temannya pun bertambah buruk ketika tahu ayahnya tukang mabuk-mabukkan dan ibu yang selalu pulang tengah malam yang mereka pikir sedang selingkuh padahal ibunya sedang bekerja.

"Dasar anak penjudi! Pantaslah kamu kayak gini. Ayahnya aja penjudi. Ibunya lebih parah. Ibunya kan-"

"APA?"

Mereka kaget ketika Pamela yang selalu diam ketika mereka mulai menggoda Pamela tiba-tiba menyela dengan nada suara yang meninggi.

"Kamu mau bilang ibu aku apa?"

Tak terima, seorang anak laki-laki maju sambil menjambak rambut Pamela kecil lalu mendorong tubuh kecil Pamela hingga jatuh terduduk.

"Kata mama, Ibu kamu itu pelacur. Dasar anak jalang!"

[0.1] Belum Usai (BangRosé) ENDजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें