4 - Sebuah Benih Luka

169 39 0
                                    

Kamu yang telah menabur benih luka. Kamu pun yang harus menuainya.

Chandra bersenandung riang sambil memutar-mutar kunci mobil

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Chandra bersenandung riang sambil memutar-mutar kunci mobil. Hari itu ketika langit tampak begitu cerah. Dengan warna biru membentang dan matahari yang bersinar menyilaukan netra. Chandra berpenampilan santai. Memakai kaos berwarna kuning dan celana pendek berwarna hitam. Rambutnya sudah di sisir rapih tak lupa juga memakai pomade.

"Woi Eek kucing!"

Di depan gerbang yang hanya sebatas pinggang orang dewasa ada Ibam yang duduk di atas motor.

"Apa lo bilang? Ngajak ribut ya lo Bambang!" sahut Chandra kesal karena hari masih pagi tapi Ibam sudah berteriak dan mengatainya yang tidak-tidak.

"Apa?! Emang bener kok. Siapa orang yang rela ninggalin temen sendiri gara-gara dapet tumpangan gratis? Dari cewek lagi. CEWEK," ucap Ibam sengaja menekan kata 'cewek'.

Chandra berjalan mendekati pagar, "Kok lo sewot sih? Gue 'kan udah bilang sama lo. Alasan gue ke Jakarta bareng Pamela semata-mata cuma kasihan karena dia nyetir sendiri."

"Alah. Telek. Dia tuh cuma modus. Udah ketahuan belangnya tuh cewek. Keganjenan," balas Ibam sewot.

"Heh. Jaga omongan lo ya, Bam!"

"Lo tuh yang harusnya jaga sikap! Ati-ati lo ke makan omongan ularnya." Ibam menyalakan mesin motor. Tak peduli dengan Chandra yang masih berdiri dengan wajah tak kalah kesal.

"Kalo hal itu terjadi. Gue engga akan nolongin lo," ucap Ibam final sebelum akhirnya laki-laki jangkung itu melaju dengan motor besarnya meninggalkan kediaman Keluarga Bagaskara.

"Dia kenapa sih? Sensi bener."

Chandra berdecak. Berusaha mengabaikan. Tapi pembicaraan antara dirinya dengan Ibam terus terngiang. Membuat kepala Chandra jadi pusing seketika. Ibam tak biasanya bersikap aneh seperti itu apalagi sampai marah-marah. Padahal ia sudah menjelaskan alasannya kenapa tak bisa pulang bersama Ibam dan laki-laki yang sudah menjadi temannya sejak kecil itu baru mempersalahkan sekarang.

***

"Temennya A' Chandra ya?"

"Iya, Tante. Saya Pamela. Kebetulan sekelas sama Chandra," jawab Pamela sambil mencium tangan bunda sopan.

"Ayo duduk. Jangan sungkan." Bunda menggiring Pamela agar duduk di sofa ruang tamu, "Heh, A' ambilin minum sama cemilan sana."

"Lho kok Aa sih? Biasanya 'kan Bunda amb-Iya Bunda. Siap!" Chandra berjalan malas menuju dapur. Setelah mendapat tatapan mengancam dari bunda barulah Chandra menurut.

Pamela terkekeh. Chandra yang tegas ternyata bisa berubah semanis itu ketika bersama ibunya. Dan apa tadi? Aa?

"Nak Pamela asli Jogja ya?" tanya bunda.

[0.1] Belum Usai (BangRosé) ENDOù les histoires vivent. Découvrez maintenant