19 - Konspirasi Semesta

156 36 1
                                    

Sesakit apa pun luka yang ia toreh. Aku bahkan tak bisa membencinya. Cinta itu menyebalkan. Bahkan hanya dengan sebuah tatapan, aku kembali jatuh.

 Bahkan hanya dengan sebuah tatapan, aku kembali jatuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bumantara membentang luas. Birunya terlihat indah dipandang. Sejenak kegundahan lenyap hanya dengan menatap betapa cantiknya sang cakrawala. Tiga tahun berteman. Cici baru merasakan bisa berbuat senekat ini. Tanpa rencana. Semua serba mendadak. Dan tanpa persiapan matang berbekal nekat, Cici pergi dari tempat asalnya menuju Jakarta hanya untuk menemui Rosé. Sahabatnya.

Menunggu di salah satu dari banyaknya deretan kursi panjang. Cici tak melepas pandangannya dari layar ponsel. Takut-takut Rosé menghubungi jika perempuan itu telah datang menjemput.

"Cici! Oi Ci! Cilok!"

Dari arah pintu keluar berdiri Ibam yang melambaikan tangan sambil berteriak tanpa tahu malu. Cici lupa jika tak sembarangan penjemput bisa masuk ke area peron. Jadi Cici buru-buru melangkah pergi terlebih ketika tingkah Ibam mulai membuatnya malu.

"Ciya. Liburan ke Jakarte nih ye. Mau jadi anak ibukota ceritanya nih, Wassap ya!"

Tak memperindah Ibam. Cici tersenyum lantas menghampiri Rosé dan Lisa yang sudah menunggu di mobil.

"Ah elah. Si eneng. Masa Abang udah ganteng gini dicuekin sih?" Ibam mengambil koper milik Cici untuk ia taruh di bagasi.

"Bawa apa lo hah Paramida? Dua hari doang gaya banget pake koper segala."

"Ck." Cici berdecak lantas menoleh ke arah Lisa yang sedang bermain ponsel, "Lo mungut gembel di mana sih? Cerewet banget."

"Nggak tahu juga gue. Tiba-tiba ngerengek pengen ikut padahal 'kan ini mobil bukan mobil satpol pp," balas Lisa acuh tak acuh, "Bentar lagi juga mabok kendaraan."

Rosé dan Cici puas tertawa sedang Ibam sibuk mengeluarkan berbagai jenis umpatan yang lelaki itu tahu.

***

Karena Ibam merengek kelaparan terlebih mereka paham jika Cici juga pasti kelelahan setelah perjalanan jauh. Mereka memutuskan untuk mampir sebentar di sebuah tempat makan untuk mengisi perut karet Ibam dan membeli beberapa cemilan.

"Siapa yang sakit?" tanya Cici sambil melahap cheese cake pesanannya.

"Ayahnya Chandra," jawab Rosé pelan.

"Hah? Siapa?"

Karena posisi mereka yang bersebrangan. Cici jadi tidak bisa menangkap dengan tepat suara Rosé.

"Bolot banget sih jadi cewek!"

"Yeu! Emang nggak denger kok. Jangan ngegas juga dong!" kesal Cici pada Ibam. Kebetulan laki-laki itu duduk di sebelahnya sehingga mempermudah Cici untuk menoyor kepala Ibam.

[0.1] Belum Usai (BangRosé) ENDWhere stories live. Discover now