9 - Sebuah Jarak

146 29 0
                                    

Ketika kamu mulai memberi jarak dan aku yang berusaha menyeimbangi langkahmu.

Ketika kamu mulai memberi jarak dan aku yang berusaha menyeimbangi langkahmu

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Udara terasa begitu panas. Padahal baru beberapa hari yang lalu turun hujan. Cuaca memang sulit ditebak beberapa tahun belakangan. Seperti halnya Ibrahim atau Ibam yang tingkahnya sulit ditebak. Lebih menjurus ke absurd karena teman-temannya saja terkadang tidak mengakui Ibam sebagai teman ketika tingkah absurdnya kumat.

"Mana enak bangke, roti tawar lo cocol di kuah bakso?" heran Yogi kepada Ibam yang tingkat keabsurdannya bertambah tiap kali bertemu.

"Enak bego. Sandwich aja enak pake saus sama daging," balas Ibam.

"Ya itu sih beda cerita. Nih apa lagi ya gusti, ngapain roti lo pakein kecap? Lo pikir sate. Ya ampun pengen resign aja gue jadi temen lo, Ibrahim," ucap Yogi lagi.

Seperti biasa. Ibam dan teman sepermainannya sedang berkumpul di kantin fakultas teknik. Kecuali Arjuna yang masih ada kelas dan Chandra yang sudah beberapa hari memang absen jika diajak bertemu.

"Udahlah suka-suka nih anak aja. Yang makan juga dia ini kok," sahut Januar yang memang sudah terbiasa dengan tingkah tidak jelas Ibam, "Aduh, kuah baksonya panas bener. Lidah gue rasanya ke bakar tolong."

Yogi bukannya membantu dengan memberi Januar air minum justru sudah terbahak. Teman durhaka memang.

"Heh Monyet! Ngapain bakso gue lo kasih batu es sih bego?" Januar menatap syok mangkuk baksonya yang kini kedatangan tamu baru yaitu es batu. Belum lagi es batu tersebut diambil dari gelas es jeruk Ibam yang memang sudah habis.

"Kan kata lo panas ya gue kasih es batu biar dingin," jelas Ibam tanpa rasa bersalah.

"Bukan gitu juga caranya monyet!" ucap Januar frustasi, "Yog. Gue juga pengen ikut resign deh. Ngelus dada mulu gue tuh sama Bambang sontoloyo."

Yogi mengangguk disela tawanya. Laki-laki yang rambutnya mulai gondrong itu memang tak berhenti tertawa sejak tadi.

"Yang monyet tuh Chandra bukan gue," ucap Ibam.

"Hai Lur! Lho A' Chandranya mana?" Arjuna datang dengan membawa beberapa buku tebal. "Gue ngelewatin sesuatu ya?"

"Anak teknik industri emang beda ya," celetuk Yogi.

"Emangnya lo anak mesin yang mainnya tiap hari sama oli mulu," ledek Januar.

Yogi mendengus.

"Lho bukannya emang Chandra udah engga pernah gabung sama kita? Tuh yang monyet tuh Chandra bukan gue. Ngeselin emang," ucap Ibam membalas pertanyaan Arjuna.

"Iya. Sejak kenal sama Pamela-Pamela itu kita jadi punya jarak sama Chandra. Iya engga sih?"

Ibam mengangguk. Setuju dengan pendapat Yogi.

[0.1] Belum Usai (BangRosé) ENDKde žijí příběhy. Začni objevovat