23 - Sepakat

8.8K 406 142
                                    

When somebody loved me, everything was beautiful
Every hour we spent together, lives within my heart
And when she was sad, I was there to dry her tears
And when she was happy, so was I, when she loved me.

When She Loved Me - Travis Atreo

***

Sudah hampir tengah malam ketika mobil yang ditumpangi Iqbaal memasuki gerbang tol Bekasi. Sebenarnya ia capek sekali dari pagi sampai sore acara keluarga, kemudian masih nongkrong sebentar setelahnya dan baru pulang setelah maghrib. Kondisi jalan tol Bandung ke Jakarta sekarang mulai tidak masuk akal. Menempuh perjalanan ke Jakarta sudah hampir 4 jam. Untungnya supir yang membawa mobil sehingga Iqbaal dan keluarganya bisa tidur di mobil.

Memasuki gerbang rumahnya, Iqbaal tiba-tiba mempunyai ide gila ini, "Bunda, aku boleh pinjem mobil, ya."

"Kamu mau pergi? Ini kan udah jam setengah dua belas malam. Kamu mau ke mana?"

"Ketemu Sasha sebentar, Bunda. Besok dia udah ke Bandung jadi nggak bisa ketemu."

"Udah janjian sama dia?"

"Belum. Makanya aku mau nemuin. Boleh ya, Bunda?"

"Kamu yakin? Udah malam lho ini."

Iqbaal mengangguk mantap, "Nanti aku pulang, kok. Aku udah bawa kunci, ya." Lalu Iqbaal salim tangan Bunda.

Tadi ketika dalam perjalanan, ia sudah bertanya ke asisten Sasha mengenai di mana hotel Sasha berada. Ia berpikir kalau tidak ditemui sekarang, kapan lagi mereka bisa bertemu. Hari-hari ke depannya akan sangat padat dengan finalisasi single Svmmerdose yang akan dikeluarkan, kemudian acara peluncuran poster film terbarunya. Sementara itu di sela-sela kegiatan padatnya, ia masih harus menemani Bunda dan Teteh untuk mengurus pernikahan Teh Ody yang tinggal sebentar lagi. Dan tidak lama kemudian ia harus sudah kembali ke Melbourne. Sama-sama di Jakarta ternyata tidak membuat mereka jadi lebih mudah bertemu.

Jalanan Jakarta tidak sepadat siang hari ketika menjelang tengah malam seperti ini. Ia melaju menuju sebuah hotel di kawasan Kuningan tempat Sasha dan keluarganya sedang menginap. Ia baru sampai ketika waktu menunjukkan pukul 00.20. Semoga saja Sasha belum tidur.

Iqbaal menaiki lift menuju lantai 15 tanpa menghubungi Sasha sama sekali. Ia sudah tahu di kamar mana Sasha sedang menginap. Tepat di kamar 1502, Iqbaal membunyikan bel yang ada di pintu. Tidak membutuhkan waktu lama, pintu dibuka dan Kak Rifat muncul, "Baal?"

"Malam, Kak. Maaf ganggu malam-malam begini. Sashanya udah tidur belum?"

"Sasha?" Kak Rifat melongok ke dalam kamar, "Belum tuh, Baal. Masuk, yuk."

"Iya, Kak." Iqbaal menarik napas panjang bersiap untuk menemui keluarga Sasha.

Di kamar yang cukup besar tersebut ada seluruh anggota keluarga Sasha, kecuali Kak Jevin dan Kak Rini. Sasha sedang menonton TV dengan Mama Ida saat melihat Iqbaal masuk. Ia tampak terkejut dengan kehadiran Iqbaal, "Iqbaal, ngapain di sini?"

Iqbaal menyapa satu-per satu anggota keluarga Sasha dan salim ke Mama Ida sambil mengucapkan selamat Idul Fitri, "Maaf ya Tante, datang malam-malam begini. Soalnya saya baru aja sampai dari Bandung."

Mama Ida menepuk-nepuk punggung Iqbaal, "Kamu pasti capek. Minum dulu, yuk. Ini ada cemilan juga dimakan, Baal."

"Terima kasih, Tante. Sudah makan tadi. Boleh Sashanya saya ajak ngobrol ke bawah, Tante?"

Mama Ida melirik ke arah Sasha, "Mau, Sha?"

Iqbaal tersenyum manis ke arah Sasha, "Ngobrol yuk, Ya."

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang