21 - Batal

8.8K 346 65
                                    

Tahukah kamu rasanya
Berjuang tapi tak dianggap
Berkorban namun diabaikan
Lalu untuk apa lagi aku di sini

Tak Dianggap - Langit Sore

***

Sasha menunggu di terminal 3 bandara Soekarno-Hatta sendirian untuk menjemput Iqbaal. Ia ingin memberi kejutan pada Iqbaal dengan menjemputnya. Ia duduk santai sambil makan roti untuk bekal makan malamnya ketika ia melihat dari kejauhan ada Omen berjalan menuju gate kedatangan luar negeri. Sepertinya Omen akan menjemput Iqbaal. Baru saja Sasha hendak bangun untuk menghampiri Omen, tidak lama ada Zidny menghampiri Omen. Sasha mengurungkan niatnya menghampiri Omen.

Ada perasaan kecewa yang menghampirinya. Berarti selama ini mereka jauh, Iqbaal tetap berhubungan baik dengan Zidny. Sasha tahu bahwa Zidny cuma mantan, tapi tetap saja mereka pernah punya sejarah dan rasa yang kuat. Sasha merasa Iqbaal bersikap tidak adil karena memintanya untuk tidak dekat dengan cowok lain sampai mereka bertemu, sementara Iqbaal boleh dekat dengan cewek lain.

Tring!

Ada chat masuk ke handphone Sasha dari Iqbaal. Tampaknya ia sudah mendarat dan sudah bisa mengaktifkan HP-nya, "Aku udah sampai di Jakarta, Lia. See you soon."

Sasha membaca pesan tersebut tapi tidak berminat membalasnya. Ia memutuskan untuk pulang dan tidak jadi menjemput Iqbaal. Belum tentu juga Iqbaal akan senang dengan kehadirannya. Bagaimana jika ia lebih memilih pulang bersama Omen dan Zidny?

Sasha memilih untuk pergi ke sebuah café untuk menenangkan dirinya, saat ia menerima pesan lagi dari Iqbaal, "Lia, kok tumben kamu udah baca tapi belum dibales?"

Males, Baal. Males! Lagian kamu lagi sama Zidny ngapain sih pake chat aku. Sasha membalikkan HP-nya dan meminum kopi yang sedari tadi belum disentuhnya.

Tidak lama terdengar deringan telepon dari Iqbaal. Sekali, dua kali dering, tapi Sasha tidak mau mengangkatnya. Kemudian Iqbaal mengirim pesan padanya lagi, "Ya, ada apa? Boleh teleponku diangkat?"

Sasha tahu sikapnya sangat kekanakan dengan melakukan ini, tapi ia butuh menenangkan dirinya sendiri dulu agar bisa berpikir logis. Ia juga tahu kalau Iqbaal bukan pacarnya jadi sebenarnya ia bebas untuk berteman dengan siapa. Ia kecewa dengan dirinya sendiri karena mengijinkan Iqbaal mengaturnya untuk tidak dekat dengan siapapun, sementara Iqbaal bisa dekat dengan siapa saja.

Akhirnya Sasha membalas pesan dari Iqbaal, "Iya."

Tidak beberapa lama Iqbaal menelepon. Suaranya terdengar khawatir, "Ya, kamu nggak papa?"

"Nggak papa," jawab Sasha singkat.

"Kamu bete kenapa?"

"Bete? Nggak, ah."

"Suara kamu begitu, Ya. Aku tahu kamu lagi bete. Ada apa?"

"Kamu udah sampai, ya?" Sasha mengalihkan pembicaraannya.

"Udah Ya, sejam lalu aku sampai."

"Oh, dijemput siapa?" Sasha ingin tahu apakah Iqbaal akan berkata jujur.

"Dijemput Omen tadi. Kenapa?"

"Oh," Sasha menarik napas panjang. Iqbaal bohong dengan tidak menyebut nama Zidny sama sekali. Dan jujur hal tersebut membuatnya sedih. Matanya mulai berkaca-kaca tapi ia berusaha menahannya.

"Ya? Kamu nangis?" suara Iqbaal di ujung sana terdengar khawatir.

"Nggak." Sasha menghapus air matanya yang hampir jatuh, "Ya udah aku mau pulang dulu, ya."

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang