19 - Putus?

6.9K 288 26
                                    

I found a girl that's sweeter than honey
I'm after her love but isn't it funny we're just friends
Guess there's nothing left to do
But wait, and I'll wait forever to
Have the girl that's pretty and precious

Honey - Jodie Jermaine

***

Sebuah pesan masuk ke HP Iqbaal saat ia baru masuk ke dalam apartemennya dari kampus. Ia melempar tasnya ke tempat tidur, lalu langsung membuka pesan tersebut dari Rinrin.

Kabarnya Sasha putus. Sesingkat itu pesan dari Rinrin yang mampu membuat jantung Iqbaal berdetak lebih cepat. Ada rasa excitement yang muncul. Karena rasa tidak sabar, ia langsung menelepon Rinrin.

"Rin, lo yakin Sasha putus?" katanya tidak sabar.

Rinrin menguap. Suaranya terdengar serak seperti bangun tidur, "Apa sih, Baal?"

"Kata lo Sasha putus, kan?"

"Hmm, kabarnya gitu. Gue tanya sama teman gue yang kenal dia, katanya gitu, sih. Tapi lo tanya dia aja lah mendingan."

"Duh, infonya setengah-setengah gini, sih!"

"Gue nggak kenal dekat dia, kan. Beberapa kali sering DM-an, tapi bukan yang temenan. Lo kan kenal dekat sama dia kenapa nanya sama gue?"

"Ya gengsi aja sih kayak ngarepin dia putus."

"Padahal memang iya, kan?"

"Kampret, lo. Thanks anyway. Nanti malam video call di jam biasa sama Agy lagi, ya."

"Ini weekend harus banget ngomongin kerjaan lagi?"

"Lo ada date emangnya?"

"Nggak, sih."

"Ya udah, it's a deal then. Ciaobella!"

Setelah menutup teleponnya dengan Rinrin, ia segera chat Sasha, "Ya, kamu sibuk nggak?" Tapi kemudian ia sadar Sasha selalu lama banget kalau jawab whatsapp. Sementara ia sudah tidak sabar harus menunggu lama lagi untuk tahu jawabannya. Di Jakarta masih jam 11 pagi, sih. Semoga Sasha sedang tidak ada kerjaan apa-apa.

Tapi sebelum menelepon Sasha, tiba-tiba muncul chat dari Rinrin lagi, "Gue lupa kasih tahu. Sasha lagi dideketin cowok lain. Namanya Japra. Udah, jangan tanya-tanya gue lagi. Bye!"

DEG! Siapa pula ini Japra. Iqbaal segera membuka IG Sasha dan mencari clue untuk keberadaan Japra ini tapi tidak menemukannya. Anjrit! Dia putus gue nggak tahu. Sekarang udah dideketin cowok lain lagi.

Iqbaal menjadi gelisah dan segera menelepon Sasha. Beberapa kali dering tidak diangkat. Mungkin dia lagi kerja, mungkin ada kegiatan. Tapi gimana kalau lagi sama si Japra ini? Ada perasaan panas yang terasa di dadanya. Ia akhirnya memencet nomor telepon Mbak Irma, manajer Sasha. Tidak lama kemudian teleponnya diangkat.

"Hai, Kak. Apa kabar?"

"Heey, baik banget, Baal. Kamu apa kabar? Ada apa tumben telepon?" tanya Mbak Irma.

"Sasha ada di mana ya, Kak? Aku chat dan telepon tapi belum dibalas."

"Sasha nggak ada kerjaan sih hari ini. Tapi mungkin jalan sama temannya kali."

"Temannya yang mana?" OK, I sound like a jealous person now.

"Nah, itu aku nggak tahu, sih. Tapi mau disampaiin ke Sasha kalau kamu cariin?"

"Eh, nggak usah, deh. Nggak urgent juga, kok. Hehehe. Thank you, Kak. See you."

Iqbaal menaruh HP-nya di meja. Ia tahu kalau sekarang ia merasa cemburu tanpa tahu kebenarannya. Tapi ia tahu kalau saat ini ia harus kehilangan Sasha lagi karena kebodohannya sendiri seperti waktu itu, ia juga nggak sanggup. Bego tuh boleh, tapi jangan sampai dua kali. Sampai akhirnya ia ketiduran di tempat tidur karena lama tidak mendapat balasan.

Tit..tit...tit...!

Pesan yang masuk membangunkan Iqbaal dari tidurnya. Ia melihat jam di HP dan sudah menunjukkan pukul 3 sore. Di layar HP-nya muncul whatsapp dari Sasha. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Ia langsung membukanya dengan perasaan tidak karuan.

"Baal, kamu tadi telepon aku?"

Dengan tidak sabar, Iqbaal tidak menjawab chat Sasha, tapi langsung meneleponnya. Tidak lama kemudian, Sasha mengangkat teleponnya, "Ada apa, Baal?"

"Kamu tadi ke mana? Aku cariin."

"Lagi pergi ke rumah Kak Jevin sebentar sama Mama tadi. Aku lupa bawa HP. Lagi di-charge soalnya tadi. Kenapa?"

"Oh." Iqbaal menarik napas lega. Dia nggak pergi sama Japra siapalah itu, "Ya..."

"Iya, Baal?"

"Kamu udah putus, ya?" Akhirnya Iqbaal memberanikan pertanyaan keramat itu.

Sasha terdiam tidak menjawab. Sempat ada keheningan beberapa waktu di antara mereka. Keheningan yang cukup membuat Iqbaal makin gelisah.

"Ya, kok diam? Kamu putus, ya?" desak Iqbaal lagi.

"Kalau putus kenapa? Kalau nggak putus kenapa?"

"Ya, bisa nggak sih langsung jawab aja. Nggak usah diputerin gitu?"

"Emang kamu tahu buat apa, Baal?"

Iqbaal berpikir keras. Buat apa sih dia harus tahu? Apakah dia akan melakukan sesuatu atau dia hanya ingin tahu saja. Dia benar-benar tidak tahu mau ngapain, tapi dia butuh untuk tahu status Sasha sekarang, "Supaya aku bisa bilang kangen kamu tanpa perlu risih karena kamu pacar orang."

"Ooh." Tapi Sasha tetap tidak menjawab pertanyaannya.

"Jadi?"

"Well... aku.." tapi belum sempat Sasha menjawab, terdengar suara Kak Sissy dari belakang yang berteriak, "Sha, si Japra udah datang, nih."

Japra!

"Iya, kak. Suruh tunggu bentar, ya. Aku siap-siap dulu." Sahut Sasha yang bisa didengar Iqbaal dengan jelas, "Baal, aku harus siap-siap dulu, ya. Mau buka bareng teman-temanku. Talk to you later, ya."

"Japra siapa, Ya?" tanya Iqbaal dengan nada ketus karena belum apa-apa dia udah nggak suka dengar nama itu.

"Temanku. Nanti malam aja kita ngobrolnya, ya. Bye, Baal." Lalu Sasha menutup teleponnya.

Iqbaal tidak suka perasaan digantung dan cemburu sekaligus. Mengetahui kalau Sasha akan jalan dengan Japra yang sebelumnya tidak ia kenal, lalu ia masih harus menunggu sampai malam baru bisa menelepon Sasha lagi. It could take hours!

Iqbaal segera chat Sasha lagi, "Kalau udah siap ditelepon kabari aku ya nanti malam."


Tidak lama kemudian Sasha membalas, "Oke."

***

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang