12 - I Am Just Another Girl

6.9K 286 6
                                    

I have to let go but I
Still find myself
Looking for you
In the crowd.

Things I Could Never Say To You - Noni

***

Sasha sudah membelikan Iqbaal sebuah kado untuk ulang tahunnya di akhir tahun nanti, ketika Sasha mengetahui bahwa Iqbaal pergi liburan ke Amerika untuk menghabiskan liburan akhir tahunnya. Ketika bertemu dua hari yang lalu untuk photoshoot, Iqbaal tidak menyebut apa pun soal liburannya. Bukannya mereka akrab atau apa pun sekarang, karena tetap saja mereka tidak saling bicara atau menghubungi setelah apa pun yang berhubungan dengan Dilan dan Milea selesai.

Mungkin kamu cuma anggap aku Milea kamu, ya Baal?

Sasha menyimpan buru-buru kado untuk Iqbaal ketika mendengar pintu kamarnya diketuk. Ada bibi yang memberi tahu bahwa Dodot sudah datang dan sedang menunggu di bawah. Sasha merapikan sedikit rambutnya. Sebenarnya dia sedang tidak mood untuk bertemu dengan Dodot. Entah kenapa. Setelah pertengkaran hebat kemarin dan Sasha mengancam untuk putus, tapi Dodot bersikap baik lagi padanya. Sebenarnya Sasha mulai capek dengan hubungan yang seperti ini. Apa pun yang mereka lakukan, selalu ujungnya Dodot cemburu atau posesif.

"Lho, kamu belum siap?" tanya Dodot ketika melihat Sasha masih pakai baju rumah.

"Emang kita mau ke mana?" Sasha tidak ingat bahwa mereka janjian pergi hari ini. Ingatnya cuma Dodot akan ke rumah saja.

"Mau ke rumah aku, trus kita bikin vlog di sana. Ini aku udah bawa semua kameranya."

Sasha menarik napas panjang. Sebenarnya ia tidak bersemangat mau ke mana-mana hari ini, tapi kalau menolak nanti Dodot marah dan ia lagi capek untuk bertengkar, "Oh, iya. Aku ganti baju dulu, ya." Sasha naik ke atas kamarnya dan membuka lemari pakaiannya. Ia mengambil baju yang paling atas dan juga celana pendek. Setelah itu ia turun ke bawah tanpa dandan.

Di mobil, ketika sedang menuju rumah baru Dodot yang masih dalam tahap renovasi, Dodot mengingatkan bahwa sebentar lagi adalah anniversary mereka yang pertama, "Kita mau makan malam di mana, sayang?"

Dua puluh delapan Desember tahun lalu. Hari yang buat Sasha menjadi hari yang membingungkan. Masih ingat ketika itu ia sangat dekat dengan Iqbaal, dekat seperti pacar, tapi bukan pacar. Membingungkan. Ketika Sasha mengatakan di media bahwa ia sayang Iqbaal, ia tidak pernah bohong. Ia memang sayang. Begitu pun yang dikatakan Iqbaal. Tapi di luar semua ketika mereka berdua, Iqbaal tidak pernah menyinggung apa pun lagi. Bahkan ketika itu keluar foto Iqbaal dengan seorang perempuan, bernama Mika, di dormnya di Amerika sana sedang saling menatap. Tatapan yang sama dengan yang ia berikan ke Sasha. Sasha bisa ingat hatinya seperti teriris perih ketika melihat foto itu. Ternyata sayangnya hanya searah. Ia mungkin hanya terbawa sebagai Milea. Tapi Iqbaal bukan Dilan. Ia tidak harus sayang beneran ke Sasha.

Sedangkan saat itu Dodot juga sedang mendekatinya. Ia selalu ada untuk Sasha di saat masa-masa terendahnya. Ketika ia sedang galau, ketika bingung, Dodot ada di sana mendengarkan dan menemaninya. Jadi ketika hari itu, Dodot mengajaknya jalan seharian dan menyatakan perasaannya, Sasha merasa tidak punya pilihan lain selain menerimanya. Ia tidak ingin jadi orang bodoh yang menunggu orang lain yang tidak mencintainya secara pasti. Ia tidak ingin dijadikan bahan rasa sayang di depan media, tapi tidak melakukan apa pun untuknya. Dan memang tidak pernah terjadi apa-apa setelahnya. Sasha datang ke ulang tahun Sasha, memberikan cake yang sudah ia pesan, dan acara itu berlalu begitu saja. Sampai Iqbaal kembali ke Amerika dan tidak pernah ada apa pun di antara mereka. Ternyata Sasha hanya menjadi tempat bersinggah sesaat karena Sasha tidak pernah menjadi rumah untuk hatinya Iqbaal.

"Terserah kamu, sayang," kata Sasha tersenyum kecil.

"Aku yang pilih tempatnya aja, ya. Ada satu tempat yang bagus banget...." Dan Dodot menceritakan mengenai tempat yang sungguh entah kenapa Sasha tidak tertarik sama sekali. Sasha melirik ke luar jendela.


Hari ini hujan di Jakarta. Mungkin langit pun sepakat dengan hatinya saat ini.

***


Sasha sedang membaca semua chat yang ada di whatsapp-nya. Hari ini adalah pengumuman di media sosial bahwa trailer film Dilan 1991 akan tayang sebentar lagi. Chat group Dilan meminta semua para cast untuk posting di social media mereka. Sasha baru saja mendownload video singkat itu dan membuka instagram untuk meng-uploadnya. Tapi ia terkejut ketika melihat ada foto Iqbaal dan seorang perempuan bule sedang makan ramen di sana. Mika. Perempuan yang disinyalir pacarnya, walau Iqbaal tidak pernah secara terang-terangan menyebutkan hal itu kepadanya.

Hatinya seketika itu juga berdegup kencang. Ia langsung menaruh HP-nya dan menutup wajahnya dengan bantal. Ada perasaan marah, kecewa, dan sedih berkecamuk jadi satu.

Semua yang pernah terjadi ketika di Bandung kemarin terasa sia-sia. Percakapan malam-malam, makan di warung tenda, dekapan hangat ketika sedang sedih, genggaman tangan ketika menyeberang, kencan berdua, dan ciuman itu.

Sasha seketika menghapus bibirnya seakan-akan ciuman itu masih tersisa. Ia merasa sebagai gadis paling bodoh sedunia ketika pernah untuk sesaat merasa Iqbaal menyanginya dengan tulus.

He might see me as his just-another-girl, while now he went thousand miles away just to see his girl.

Tanpa sadar air mata Sasha mengalir jatuh. Ia merasa kembali seperti gadis 17 tahun yang dulu pernah terpana dan jatuh cinta dengan Iqbaal dan rela memutuskan pacarnya. Sebodoh itu. Sampai sekarang ternyata masih sama. Dua tahun berlalu dan Sasha masih tidak belajar juga.


Sekarang ia merasa mereka seperti dua orang asing yang tidak mengenal sama sekali. Sasha dengan Dodot dan Iqbaal dengan Mika. Sejauh itu sekarang sampai rasanya tidak ada celah untuk sekedar menyapa baik karena luka yang digoreskan sudah terlalu dalam. 


***

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang