48. Throw Up

13K 1.4K 278
                                    

Kim Yerim tidak bisa merasa tenang sejak tadi pagi. Ia teringat terus akan mimpinya semalam. Bukan jenis mimpi seram, melainkan memimpikan sang Ibu yang sudah lama tidak bertemu dengannya.

Bagaimana sekarang caranya menghubungi Ibunya? Nomornya pun Kim Yerim tidak tahu. Padahal sekarang waktu yang tepat untuk menghubungi sang Ibu karena tidak ada Jeon Jungkook di rumah. Selain merindukan sang Ibu, Kim Yerim juga merindukan Jeon Jungkook. Yang satu ini sudah jelas sekali.

“Bengong terus. Ayo dimakan.” Kata Park Joy membuyarkan lamunan Kim Yerim.

Park Joy tahu, Kim Yerim pasti merindukan Jeon Jungkook. Setidaknya ia dan Bae Irene akan terus datang kemari untuk menemani Kim Yerim sampai Jeon Jungkook pulang nanti. Wanita Kim itu terlihat semakin lesu saja setiap harinya setelah ditinggal oleh Jeon Jungkook.

“Ga mau makan ini, Kak. Lemaknya banyak.” Kim Yerim mendorong mangkok berisi daging sapi itu menjauh dari hadapannya.

“Loh, katanya ga jadi diet?” Park Joy sesungguhnya kemarin mendapat pesan dari Jeon Jungkook untuk mengawasi wanita Kim ini, takut-takut Kim Yerim malah melanjutkan acara dietnya.

“Engga diet. Cuma mau atur pola makan aja, kok.” Kim Yerim tersenyum kecil, kemudian menyantap sup ikan buatan Bi Han.

Park Joy hanya mendengus pasrah. Dia juga tidak mau terlalu memaksa Kim Yerim, lagi pula dia juga sering begitu. Bila sedang kenaikan berat badan, makan semua hal-hal berbahan daging akan masuk daftar terlarang baginya.

“Kak Jungkook baliknya kapan sih?” Topik tiba-tiba berubah membahas lelaki dengan marga Jeon yang sedang jauh di Jepang sana.

“Lebih cepet dari rencana. Besok sore dia pasti balik.”

Park Joy sudah mendapat kabar dari Jeon Jungkook bahwa sekarang dia sudah berhasil mendapatkan K-Lord. Tepat di bangunan yang sama seperti sebelumnya, K-Lord berhasil dibawa kesana. Jadi jika hari ini Jeon Jungkook dan yang lainnya bisa menyelesaikan pekerjaan mereka, maka besok mereka sudah bisa kembali.

Kim Yerim tersenyum gembira. Akhirnya dia tidak harus menunggu sampai dua hari lagi. Sudah rindu bukan main terhadap lelaki itu.

“Rim, aku balik dulu ya. Ada masalah di kantor.” Park Joy tiba-tiba tergesa-gesa merapikan tasnya dan menempelkan ponselnya di telinga.

Kim Yerim hanya mengangguk sambil memperhatikan Park Joy dengan tatapan tidak mengerti.

“Oke, oke. Ada di mejaku, Rene.” Sambil saling sahut dengan penelfon yang kini bisa Kim Yerim asumsikan adalah Bae Irene, Park Joy pergi meninggalkan rumah Jeon Jungkook dengan tergesa-gesa.

Apapun yang lagi kalian kerjain, aku berharap semuanya cepet selesai.

Kim Yerim sering kali merasa takut apabila terjadi sesuatu pada Jeon Jungkook dan teman-temannya, terutama para wanita. Mereka seperti melakukan pekerjaan yang begitu beresiko, Kim Yerim takut mereka tidak mampu menjalankannya.

Wanita Kim itu menatap piringnya yang masih penuh dengan makanan. Akhir-akhir ini ia jadi tidak kuat makan banyak pula, gara-gara memikirkan kenaikan berat badannya membuatnya menjadi enggan memakan makanan yang biasanya merupakan porsi standarnya.

Tiba-tiba, mata Kim Yerim menyapu seluruh meja makan. Niatnya untuk melihat apakah ada makanan lain yang mungkin mampu membuatnya berselera. Sampai akhirnya ia berhenti pada tempat Park Joy tadi duduk.

Sepiring spaghetti dengan saos apapun itu, Kim Yerim tidak tahu. Yang jelas melihat makanan tersebut membuat Kim Yerim mengembungkan pipinya dan menahan nafasnya.

“Kak Hana! Bi Han!” Kim Yerim memalingkan wajahnya ke kanan, raut wajahnya bahkan sudah semakin masam saja.

Park Hana menjadi orang pertama yang muncul memenuhi panggilan Kim Yerim, ia berdiri tepat di samping Kim Yerim dan bertanya-tanya dalam hati ada apakah kiranya dengan wanita Kim itu.

[1] When The Devil Come Where stories live. Discover now