22. Stroberi!

18.9K 1.8K 157
                                    

Matanya memang agak sayu, mencerminkan kelelahan yang benar-benar menyerangnya kali ini. Tepat di UKS, berjaga pada jam istirahat karena kebetulan ia sudah sarapan pagi tadi dan tidak ada nafsu makan lagi. Gadis Kim tersebut duduk bersandar dengan novel yang ia baca di tangannya, berusaha menghapus tuntas rasa kantuknya yang kian meningkat itu.

Andai saja semalam tidak harus datang ke acara ulang tahun Jung Hoseok sampai pukul sepuluh sepuluh malam, kemudian pulang dan menghabiskan waktu sekitar satu jam di perjalanan, melewatkan acara ulang tahun yang katanya baru akan di mulai pukul dua belas malam. Ya Tuhan, lalu apa gunanya ia datang jika pada akhirnya tidak jadi mengikuti acara itu?

Memang benar ternyata, Jeon Jungkook adalah orang yang suka seenaknya. Kim Yerim bahkan tidak tahu, kapan mood atau bahkan keinginan Jeon Jungkook akan berubah, sering tiba-tiba.

"Yer." Kim Yerim sigap memperbaiki posisi duduknya, menemukan sosok Koo June disana, dengan wajah babak belur. Aduh, Kim Yerim rasanya ingin mengeluh lagi dan lagi.

Kapan sih, sekali saja orang datang ke UKS dengan masalah lain selain babak belur? Sekilas itulah isi pikiran Kim Yerim saat ini.

Memang begitu, 90% siswa yang memasuki UKS adalah siswa dengan keluhan babak belur pada wajah dan tubuhnya, sisanya adalah siswa yang tidak enak badan atau bahkan terjatuh hingga menimbulkan luka pada bagian tubuh mereka. Gila memang, ini sekolah atau arena tinju?

"Kak June duduk disini aja dulu." Kim Yerim menginstruksi sang kakak tingkatnya yang setingkat dengan Jeon Jungkook itu, selagi dirinya akan mengambil alat-alat yang sekiranya ia butuhkan.

Koo June menyetujui tanpa suara, lelaki itu berjalan dengan santai menuju matras yang tersedia kemudian duduk tenang di sana. Sesekali mengikuti gerak-gerik gadis Kim di seberangnya, tepat di depan lemari peralatan obat.

"Bisa aku obatin sekarang?" Tetap, Kim Yerim bersikap sopan terhadap Koo June. Yerim yakin dan bisa lihat, Koo June tidak akan menggodanya seperti dulu lagi, apalagi dengan kondisi babak belur seperti ini.

Lelaki itu mengangguk menanggapi pertanyaan Kim Yerim, membuat gadis itu bersiap dengan kapas di tangannya.

"Tapi pelan-pelan, perih." Kim Yerim mengangguk, walau dalam hatinya agak mengatai lelaki itu. Urusan pukul memukul jago, tapi dengan obat-obatan saja sudah ketakutan diluan.

"Ngomong-ngomong, kenapa bisa gini?" Basa-basi yang biasa Kim Yerim lakukan jika pasiennya adalah laki-laki. Guna mencairkan suasana dan agar pasien jadi-jadian yang ia dapat tidak begitu mendapat kesempatan untuk merayunya.

"Berantem sama Jinhwan." Oh, Kim Jinhwan? Bukankah mereka teman sekelas? Setahu Yerim sih begitu, mereka adalah teman satu kelas.

"Masa sama temen sendiri berantem." Koo June tertawa kecil, sedikit menggelengkan kepalanya.

"Dalem pertemenan cowo, ga semua masalah bisa di toleransi apalagi dianggap anggin berlalu, Yerim." Kim Yerim sontak bertatap mata dengan lelaki itu, sang gadis merasa canggung saja dengan kalimat aneh namun terdengar serius itu. Ah, Kim Yerim mana tahu bagaimana cara lelaki berteman kan?

"Udah selesai. Kakak bisa balik ke kelas kalo mau." Kim Yerim tidak ingin terkesan mengusir, hanya saja gadis itu takut semakin canggung suasana antara mereka berdua.

"Makasih ya, Rim. Gue balik dulu." Kim Yerim mengangguk dan tersenyum kecil, merasa senang karena Koo June sudah tidak senang merayu dirinya lagi. Baguslah, ada perubahan juga pada lelaki itu.

Kim Yerim kemudian kembali pada duduknya, awalnya ingin mengambil novel yang ia letakkan di meja sebelahnya, namun atensinya malah tertuju pada ponsel miliknya yang ternyata ia silent sejak tadi, sudah tertera nama Jeon Jungkook dalam.layar dering panggilan. Jantungnya langsung terasa akan copot saja dalam sekejap.

[1] When The Devil Come Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon