32. Her Tears

18.8K 1.8K 482
                                    

H4!

Komen yang banyak, lusa aku up deh.



•••




Minggu. Hari yang dulunya sangat Kim Yerim nantikan. Biasanya, hari ini ia akan keluar dengan sang mama. Ke pusat perbelanjaan, taman, tempat makan, kemanapun berdua menghabiskan akhir pekan untuk menghilangkan penat akan sekolah.

Tapi setelah tinggal dengan lelaki Jeon itu, setiap hari terasa sama saja. Tidak ada belajar dan tidak ada liburan. Kadang ia suka masuk ke dalam perpustakaan di rumah Jeon Jungkook itu, tapi isinya hanya membuat gadis Kim ini pusing bukan main. Buku-buku tentang permesinan, pabrik, ilmuan, dan hal-hal lain yang tidak Kim Yerim mengerti.

"Non, Tuan hari ini pulang lebih awal. Non gamau mandi dulu?" Suara Bi Han memecahkan lamunan Kim Yerim yang sedari tadi duduk di sofa ruang tengah, menatap kosong ke arah televisi yang menyala.

"Oh ya? Jam berapa pulang? Kok tumben pulang cepet?" Pertanyaan bertubi-tubi itu keluar begitu saja dari mulut Kim Yerim. Ada rasa senang dalam hatinya mengetahui lelaki itu akan pulang lebih cepat. Setidaknya, ia tidak harus sendirian di rumah setelah Bi Han dan Park Hana pulang nanti.

"Tuan bilang pulang satu jam lagi, Non. Kurang tau kenapa." Kim Yerim mengangguk paham. Kemudian ia berdiri dari duduknya, hendak pergi ke kamarnya.

Sosok Park Hana yang sejak tadi pagi tidak begitu sering terlihat di depannya kini muncul, sambil menatap Kim Yerim sejenak lalu mengalihkan lagi pandangannya ke bawah, membuat Kim Yerim yang tadinya hendak beranjak pun batal.

"Non Yerim, saya minta maaf soal kemarin." Bi Han yang tengah kembali menyapu di belakang sofa pun terlihat mengernyitkan kedua alisnya.

"Gapapa Kak, lupain aja. Lagian, aku yang salah. Aku harusnya minta maaf duluan sama Kak Hana."

Tapi aku takut.

Kim Yerim dan Park Hana menyambut kecanggungan yang kini semakin menyelimuti mereka.

"Non ga salah, saya yang salah. Saya terlalu kurang ajar sama Non Yerim sampe ga sadar sama apa yang saya omongin. Maafin saya, Non." Kim Yerim pun menggelengkan kepalanya. Ia meraih tangan kanan Park Hana dan menggenggamnya dengan lembut.

"Kak Hana, udah gapapa, aku ngerti kok. Intinya, sekarang kita udah baik-baik aja, kan?" Park Hana tersenyum dan memberi anggukan mantap pada Kim Yerim yang tersenyum lebar hingga menampilkan deretan gigi mungilnya.

"Kalo gitu...aku mau ke atas dulu, mau mandi." Ujar gadis Kim itu sembari menunjuk ke arah atas tangga.

"Saya siapin makan malem dulu kalo gitu." Kim Yerim mengangguk, kemudian ia melenggang pergi ke kamar atas. Meninggalkan Park Hana yang menghela napas leganya.

Bi Han menyudahi pekerjaannya. Wanita paruh baya itu mendekati Park Hana, ingin mendapatkan penjelasan.

"Bu Han, aku siapin makan malemnya duluan ya?" Bi Han segera mencekal tangan Park Hana yang hendak melenggang menuju dapur.

Park Hana menghentikan langkahnya dan menatap Bi Han penuh tanya.

"Bu Han, ada apa?"

"Kamu ada masalah apa sama Non Yerim?" Raut wajah Bi Han berubah serius. Menunggu jawaban dari Park Hana sedikit tidak sabaran.

"Masalah kecil, Bu. Ga begitu berarti juga." Bi Han menggelengkan kepalanya, ia ingin tahu lebih dari sekedar itu.

"Masalah apa, Hana?" Park Hana mendengus pelan, ia menghela napasnya kemudian memilih untuk memberi tahu saja semuanya kepada Bi Han.

[1] When The Devil Come Where stories live. Discover now