13. New House, New Life

23.4K 2K 111
                                    

ada sesi Q&A di bawah loh!

[sorry for typos]

•••••

Son Wendy, menatap gadis yang duduk si sampingnya seperti sehari-hari. Bedanya, kali ini gadis itu terlihat sedih. Disitulah, Son Wendy terbayang-bayang akan pertanyaannya sendiri. Takut-takut bila sang sahabat mengalami suatu masalah.

Tapi memang, Wendy pun tahu betul Kim Yerim sedang mengalami masalah. Masalah perusahaan sang papa. Tapi Wendy tak tahu bahwa hari ini masalah itu mampu membuat Kim Yerim terlihat sangat terpuruk.

“Rim, kamu sedih banget ya?” Tanya Wendy dengan halus, menyentuh bahu lawan bicaranya.

Yerim menghembuskan nafas panjang, menunduk dan meneteskan air matanya yang sedari tadi menumpuk di pelupuk.

“Aku cape, Wen. Cape banget.” Wendy paham, Wendy mengerti. Yang Kim Yerim lalui bukanlah hal sepele.

“Aku ngerti. Tapi kamu jangan nangis gini, aku ga tega,” Wendy mengusap air mata sang sahabat. Melarang gadis itu untuk menangis di hadapannya.

“Aku bakal nemenin kamu terus. Kamu bisa bilang ke aku kalo ada yang kamu butuhin, aku bakal bantu.” Wendy mengulas senyuman yang di balasa gelengan kepala oleh Kim Yerim.

Bukan itu, bukan itu yang satu-satunya Yerim pusingkan.

“Aku takut, keluargaku susah bertahan hidup. Aku ga tega liat mama sama papa kerja susah payah,” Gadis itu memberi jeda, bingung akan melanjutkan keluhan pada topik selanjutnya atau tidak.

“Kak Jungkook, terus-terusan nemuin aku. Aku pengen dia berenti, tapi aku gatau gimana caranya, aku takut.” Memang banyak lelaki yang tertarik dengan Kim Yerim, tapi entah kenapa sejauh ini tindakan paling berani datangnya dari Jeon Jungkook. Si iblis, si kapten basket, si jagoan yang Yerim awalnya sedikit kagumi. Ulangi, sedikit.

“Aku bingung, kenapa kamu bisa kenal dia, kenapa dia bisa kenal kamu.” Ah, Yerim bahkan hampir saja lupa bagaimana anehnya perkenalan mereka. Oke, bukan perkenalan, lebih seperti awal mula dari segalanya.

“Aku juga bingung.” Gadis Kim tersebut mengusap air matanya. Heran saja dengan Jeon Jungkook. Di antara banyakanya wanita-wanita yang jauh lebih cantik, mengapa harus Yerim?

Kim Yerim pikir, Jeon Jungkook akan bersanding dengan wanita  berpenampilan menarik, wajah secantik Cleopatra, tubuh bak gitar spanyol, juga mencintai Jeon Jungkook sebagaimana mestinya. Ah, bukannya gadis tidak mengerti apa-apa semacam Kim Yerim ini.

“Ih, yaudah sih. Kalo kata aku juga mendingan kamu deket Kak Jungkook dari pada Kak June, iya kan?” Gila, ada sengatan aneh pada tubuh Kim Yerim.

Mendengar nama Koo June membuatnya selalu merasa muak bahkan mual. Dia tidak suka kakak tingkat yang satu itu. Mungkin ada yang heran mengapa lebih baik Jeon Jungkook ketimbang Koo June.

Sebenarnya bukan lebih baik Jeon Jungkook. Hanya saja, terasa berbeda. Saat dirinya dipaksa oleh Koo June, ia benar-benar merasa tidak terima, ditambah lagi Koo June senang sekali melecehkan wanita di sekolah, wanita manapun yang dianggapnya menarik.
Yerim temukan rasa aneh ketika Jeon Jungkook yang memaksanya, memaksa ikut dengannya misalkan, dirinya tidak serisih ketika Koo June yang melakukannya. Tapi memang tetap saja ada rasa tidak senang, tapi rasa-rasanya lebih aman ketika dirinya berama Jeon Jungkook. Aneh? Kim Yerim juga berpikir begitu.

“Udah ih, jangan bahas orang itu!” Yerim semakin cemberut, menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

“Ih, nanya-nanyain kabar kamu terus tau si Kak June.” Wendy tertawa sembari menjahili sang kawan. Berharap sahabatnya mau tertawa sedikit.

[1] When The Devil Come Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang