05. Tawuran

25.1K 2.4K 123
                                    

Berita begitu cepat menyebar, bahkan sampai ke telinga Kim Yerim sedetik setelahnya. Sebuah kabar yang sesungguhnya tidak Yerim harapkan untuk terjadi, sungguh.

Jadi benar ya, Pak Donghae dan Nancy sudah dikeluarkan dari sekolah?

Bisik-bisik para siswa kian melebar ke seluruh penjuru sekolah. Tentu saja Kim Yerim terkejut, sama seperti para siswa lainnya. Ingin sekali ia berpikir lurus bahwa semua yang terjadi bukanlah sebab dari sang kakak tingkatnya yang ditakuti itu ; Jeon Jungkook. Tapi rasanya tidak begitu, jika dipikir-pikir lagi, siapa penyebabnya kalau bukan lelaki berperawakan tinggi kekar itu. Yang kemarin dengan beraninya membuat keributan di ruang guru.

"Aku yakin deh, Rim. Kak Jungkook itu orang penting di sekolah kita. Iya ga?" Kim Yerim mendengus, berat baginya untuk memikirkan hal seperti ini, yang seharunya bukan menjadi urusannya.

"Aku gatau, Wen. Yang jelas sekarang aku bingung kenapa Pak Donghae sama Nancy bisa dikeluarin tanpa alasan yang jelas." Kim Yerim mengaduk-aduk mie ayamnya yang belum sempat ia makan sedikitpun, sibuk memikirkan apa yang sedang terjadi.

"Kamu gimana sih, Rim. Kan Kak Irene udah bilang kalo penyebabnya itu Kak Jungkook." Kim Yerim mematung, memutar kembali ingatan pagi tadi.

"Gausah dipikirin. Jungkook kok yang minta mereka dikeluarin."

Yerim menatap Wendy dengan ekspresi seriusnya. Sambil menggeleng-geleng pelan.

"Kak Jungkook ga seharusnya ngelakuin ini." Wendy mengusap pundak sang sahabat, mengerti dengan rasa tidak tega yang dimiliki gadis itu, karena sejujurnya Wendy pun merasa tidak tega.

"Udah gapapa, lagian guru juga ga seharunya bersikap ga fair kayak gitu kan, anggep aja balesan buat mereka." Benar juga kata Wendy. Tapi yang namamya Kim Yerim, selalu ingin semua orang hidup tenang, walau pernah menyakitinya sekalipun.

"Wen, kasian tau Pak Donghae. Dia kan punya keluarga yang harus di kasi nafkah. Terus Nancy juga harus lanjutin pendidikan, sedangkan-"

"Yerim!" Wendy membentak.

"Aku tau kamu ga tega, tapi mereka salah. Dan kalo Kak Jungkook yang mutusin harus gitu, yaudah kita bisa apa? Kita cuma siswi numpang belajar disini, apa yang udah kejadian yaudah biarin aja. Kamu gaperlu pusing-pusing mikirin mereka." Kim Yerim menunduk, sadar akan yang dikatakan sang sahabat ada benarnya. Dia bisa apa? Tidak ada. Tidak ada yang bisa ia lakukan.

••••••

Kim Yerim tengah menikmati waktu istirahat ke dua. Tidak di kantin, melainkan di luar ruang kelasnya. Terdapat satu bangku panjang untuknya duduk, sembari membaca novel yang baru ia baca setengah halaman. Soal Wendy, mungkin sedang di kantin bersama teman lainnya karena tadi gadis itu mengadu bahwa ia sangat lapar.

"Rim, kamu ga ke UKS?" Salah satu teman kelasnya ; Jung Neya, datang dan duduk di sebelahnya.

"Engga, Ney. Hari ini giliran Kak Joy sama Siyeon." Kim Yerim menutup perlahan novel yang tengah ia baca, guna menghormati Neya yang sedang mengobrol dengannya.

"Oh iya, aku waktu ini liat kamu masuk ke mobil Kak Jungkook, Rim. Waktu di halte bus, bener ga itu kamu?" Harus dijawab bagaimana pertanyaan itu, pikir Yerim.

"Oh, iya waktu itu aku numpang sama Kak Jungkook." Jawabnya seadanya, mengurangi bagian 'Jeon Jungkook menyelamatkannya dari tukang ojek online' yang menurutnya akan terdengar berlebihan jika diceritakan.

"Yaampun, Rim. Asal kamu tau aja, anak-anak lain pada ngegosipin kamu soal itu. Aku yakin mereka juga liat, kamu harus hati-hati." Neya mengusap pundak gadis bermarga Kim tersebut, yang dibalas dengan tatapan penuh tanya.

[1] When The Devil Come Where stories live. Discover now