26. Storm, Again!

19K 1.9K 297
                                    

Seperti memandangi bunga surga. Paras indahnya tidak hilang sekalipun ia sedang terlelap dalam tidurnya.Bidadari, malaikat, para dewi sekalipun tidak akan sudi ia pilih dan menomer duakan gadis di depan matanya. Sekilas, itulah yang Jeon Jungkook pikirkan sejak tadi.

Lelaki itu sibuk memandangi cantiknya paras Kim Yerim yang masih tertidur menghadap dirinya. Sudah berlangsung sekitar sepuluh menit sejak ia bangun tidur, memeluk gadis Kim tersebut kemudian memandangi kedamaian tidurnya, lalu memeluk lagi sambil berusaha untuk tidur lagi namun sayangnya atensinya hanya ingin tertuju pada gadis dalam dekapannya, yang masih terlelep tanpa merasa terganggu sedikitpun.

Jeon Jungkook sudah tahu, gadis itu terjaga semalaman. Saat ia masuk kamar pukul dua belas lewat, gadis itu masih terjaga, bersandar di kepala ranjang dan memeluk kedua lututnya yang ditekuk. Ia yakin, semuanya karena Kim Yerim sudah tahu kebenarannya. Ia sengaja meminta Kang Seulgi untuk datang dang menjelaskan pada Kim Yerim, ia sendiri bingung jika harus menjelaskan langsung kepada gadis itu.

“Udah malem, kamu belom tidur juga. Aku masih ada urusan, balik nanti aku gamau liat kamu masih belom tidur.”

Jeon Jungkook memang begitu, masih tidak suka dibantah. Ia bahkan tidak menunggu jawaban dari Kim Yerim. Awalnya ia pikir, setelah kembali ke kamar, Kim Yerim akan tetap terjaga dan memberontak. Tapi nyatanya, gadis itu sudah terlelap saat ia kembali ke kamar pukul dua dini hari, berbalut selimut tebal merah muda.

Jeon Jungkook menarik sedikit sudut bibirnya, Kim Yerim mulai bergerak risih, kelopak matanya akan terbuka. Ia akan bangun.

“Selamat pagi, cantik.” Ah, tangannya masih sama, masih senang mengusap rambut gadis itu.

Kim Yerim yang sudah pastinya terkejut melihat siapa yang ada di hadapannya, menyungginginya senyuman kecil dan mengusap helaian rambutnya pun segera bangkit, mendudukkan dirinya dan mengucek kedua matanya agar segera tersadar.

Kim Yerim mengabaikan keberadaan Jeon Jungkook. Ia ingin marah, tapi ia juga tidak punya banyak keberanian untuk itu, mengingat siapa Jeon Jungkook sebenarnya saja sudah membuatnya pening. Mengapa harus dirinya yang ada dalam posisi saat ini? Banyak orang diluaran sana yang jauh lebih cantik, jauh lebih menarik, jadi kenapa harus dia?

Gadis itu kini sudah berjalan ke arah meja rias. Ia mendudukkan dirinya di kursi menghadap cermin meja rias itu. Masa bodo jika dianggap kurang ngajar, toh sudah pasti meja rias itu ada di sana untuk dirinya kan? Mana mungkin untuk Jeon Jungkook.

Barang-barang rias di sana juga semua memang miliknya. Yasudah, berarti meja rias itu untuknya.

Kim Yerim mengambil sebuah kapas dan menungkan micellar water di atasnya sebelum mengusapkan pada wajahnya.

“Mau sarapan apa hari ini? Ada Bi Han di bawah.” Jeon Jungkook bertingkah seolah tidak ada masalah antara keduanya. Ia malah berjalan ke arah kamar mandi, hendak mencuci muka.

“Mau pulang.” Ah, Kim Yerim yang pintar.

Sayang sekali, Jeon Jungkook sangat tidak suka dengan kalimat-kalimat Kim Yerim yang menyangkut kata 'pulang'. Gadis itu ternyata cukup keras kepala juga.

BRAK

Kim Yerim terlonjak kaget. Menelan salivanya dengan kasar kala Jeon Jungkook menendang sisi lemari di sampingnya dengan begitu kuat, bahkan membuat pintu lemari tersebut masuk ke dalam ruang lemari saking kerasnya tendangan yang diberikan.

“Jangan sampe aku denger kamu bilang itu lagi. Aku ga akan ragu buat hukum kamu.” Pintu kamar mandi ditutup dengan kasar pula. Menimbulkan suara dentuman yang keras, kembali membuat Kim Yerim terlonjak.


[1] When The Devil Come Where stories live. Discover now