All about lunch

2K 187 53
                                    

Lyra's POV

Mataku terarah pada K yang tengah duduk di hadapan supervisor HRD. Dalam balutan jaket berwarna hijau army itu, dengan jelas K nampak lebih kurus. Namun bukan itu yang menjadi fokusku saat ini.

Ngapain K kamu di sini??
Trus kenapa aku juga dipanggil?

"Oh, ini nih Lyra, silahkan Lyr duduk." Wanita yang kerap di sapa mbak Yuni itu tersenyum sekenanya. Diikuti pula dengan K yang menoleh ke belakang. Mata kami bertemu. Ini membuatku senang, gugup, namun gelisah.

Aku senang, bisa bertemu dengan K pagi ini, namun ada yang salah sepertinya, jika kami berada di sini.
Aku melirik K yang duduk tenang di samping kiriku. Sejenak nampak ia ragu-ragu menoleh padaku. Ini rasanya menyakitkan.

"Gini Lyr, tadi saya sama Karen habis buka evaluasi kinerja kamu selama ada di perusahaan ini..." Wanita di depan kami mengawali pembicaraan.

Keningku berkerut dengan jantungku yang makin kencang saja berdegub. "Performa kamu bagus, Karen juga bilang, kamu sering sedikit-sedikit bantuin kerjaan temen lain termasuk kerjaan Karen. Benar begitu?" Pertanyaan yang terasa tak ingin kudengar. Aku sekedar mengangguk, sembari menoleh resah pada K.

"Itu artinya kamu cukup memiliki pengetahuan soal kerjaan Karen..." wanita itu menutup map filenya.

"Karen rencana akan resign dalam waktu dekat ini..., saya rasa kamu memumpuni untuk menggantikan posisinya sebagai koordinator tim multimedia..." Dengan senyum wanita di hadapanku ini seolah meyerahkan sebuah kebanggaan ke hadapanku.

Aku hanya terdiam, dahiku berkerut, mulutku jelas menganga. Seolah baru saja aku mendengar hal yang tak pernah aku bayangkan. Aku menoleh pada K. Ia sekedar terdiam dalam wajah dinginnya yang tak pernah aku lihat dan aku temui sebelumnya.

Mbak Yuni yang di hadapanku terus menerus berbicara, namun aku sama sekali tak mendengar apa yang ia ucapkan. Aku terus menerus menatap K, berharap menemukan sedikit tanda darinya. Namun, nihil, ia tetap memilih mengabaikanku.

"Maaf mbak, emang bisa ya resign dalam waktu dekat gitu?" Tanyaku sesuai benakku. "Tanpa mengurangi rasa hormat saya, akan saya pertimbangkan. Permisi." Tanpa peduli, aku bergegas berdiri, kakiku gemetaran, dengan segenap sisa kemampuanku, aku melangkah. Kubuka pintu ruangan itu, bahkan K tak beranjak dari tempat duduknya, saat aku bereaksi demikian.

Aku berjalan cepat, lalu dengan setengah berlari aku menuju ruang kerjaku. Rasanya hariku akan dipenuhi tangis. Sesampainya di ruangan, semua mata ketiga pria rekanku itu penuh tanya.

"Ada apa Lyr?" tanya Rudraf, ia menoleh dan menatapku hingga aku menuju tempat dudukku. Lontong yang berada di sampingku diam-diam mengamati dalam wajah penuh tanya.

Aku mulai menarik beberapa lembar tissue, mas Indra semakin tak lepas mengawasiku. "Lyr kenapa?" Perlahan Lontong bersimpati, diikuti dengan Rudraf yang berdiri menghampiriku.

Aku mulai terisak, ku usap air mataku dengan tissue, mataku semakin terasa sembab saja. "Tadi, aku dipanggil ke HRD, ternyata karena K mau resign" Dengan terbata-bata aku menjawab rasa penasaran ketiga pria ini.

Mereka saling tatap, "beneran ndra K mau keluar??" Tanya Lontong ragu pada Indra, seolah mas Indra mengetahui akan hal ini lebih dulu. "Lahhh yo nggak tau lah, kaget nih aku. Serius Lyr?" Dengan menggeleng, kini mas Indra malah justru bertanya.

Tak lama ketiganya terdiam, suara langkah kaki terdengar. Sudah jelas itu suara langkah kaki K. Ketiganya kini menatap K seolah K tersangka. Sementara aku, hanya mampu berusaha menahan air mataku agar tak semakin deras saja.

The KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang