Hujan

5K 426 43
                                    


Lyra's POV

Aku segera mengemasi alat tulis dan beberapa barangku. K masih terlihat masih memeriksa beberapa pekerjaan yang sepanjang hari ini aku kerjakan. "Lyra.." suara K menghentikan aktifitas beberesku. Dia berdiri dari posisi duduknya dan berjalan ke arahku.

"Ada yang mau aku omongin ke kamu.." aku malah mengamati wajahnya "K? kamu masih sakit?" wajah K begitu pucat. "Pokoknya ntar kita ngomong.. Kamu mau balik kan?" tanpa menjawab pertanyaanku K kini memberi wajah seriusnya padaku dilengkapi senyum khasnya. aku menjawab dengan anggukan. "Ok" ia kembali ke tempat duduknya.

Menelusuri koridor aku hanya berpikir "tumben.. K nggak maksa pulang bareng" sambil memeluk beberapa map aku bertanya-tanya sendiri.

"Lyra?", suatu suara mengusik lamunanku. Aku belum pernah denger suara ini deh. Akupun membalikkan badan..

"Kamu Lyra kan?", cowok bertubuh tinggi tegap itu menyodorkan tangannya padaku

"Gilang.." seraya tersenyum.. Ia menyebutkan namanya. Kayaknya pernah denger deh.. Gilang.. Gilang.. Kalo ga salah mas Indra apa mas Rudraf gitu yang bilang... Aku berusaha mengingat sambil tetap menjabat tangannya.

"Lyra.." Ah.. aku menyebutkan namaku dengan enggan.. Orang baru lagi deh.. males banget ini.. Bukannya nggak ramah sih. Kalopun bisa aku juga pengen gitu kaya orang-orang ekstrovert semacam Sukma gitu, si anak kos yang ramahnya ngalahin SPG.

"Mmm.. kamu mau pulang? bareng sama aku aja Lyr.. " Gilang menawarkan tumpangan. "Emm.. Nggak usah mas... lagian kos deket banget dari sini". Mencoba menolak ajakannya, karena kelebihanku adalah kikuk dan garing kayak keripik singkong kalo maksain diri ngakrab sama orang yang baru di kenal.

"Udah Lyra.. Ikut aja.. Udah gerimis nih" benar juga kata mas Gilang itu, udah mendung banget bentar lagi pasti ujan deres. "Yuk buruan ke basement" ia berjalan mendahului, dengan ragu aku mengikutinya.
.
.
.
.
Setelah melewati perjalan yang kikuk dan krik-krik tadi. Aku mengamati mas Gilang yang sedari tadi membolak-balik buku menu. Sebetulnya beruntung juga diajakin ke sini, laper sih.. gegara ngerjain kerjaan buat ngehindari si K, sampe melewatkan makan siang. Eh.. Malah ketemu Flo lagi..

"Kamu pesen apa Lyra?" Tanya mengejutkanku yang masih mengingat kejadian Flo dan Karennya di jam istirahat yang telah usai tadi.

Aku menarik nafas, dan mencoba memilih menu yang sekiranya aku doyan. "Special Zuppa Soupnya aja mas.." Gilang segera menuliskan pesanan dan memanggil waiter.

"Sebelum di Food Mega kerja di mana Lyr?" wajah maconya mas Gilang kini begitu jelas dengan penerangan lampu resto. "Di Jakarta mas.." Jawabku ala kadarnya tanpa inisiatif ngasih bumbu-bumbu keakraban dalam perbincangan.

Setelah makanan kami tiba, hujanpun turun dengan derasnya. Kami masih berbincang-bincang dan menikmati kopi hangat kami masing-masing.

Suasana begitu sangat pas rasanya dengan kopi yang aku sesap saat ini. Yang jelas mas Gilang lebih banyak bertanya dan ngejokes daripada aku. Dan berhasil membuatku tertawa geli.

"Udah ada niat buat nikah Lyr? Kasian temen devisimu kalo kamu nikah.." sembari aku tertawa kecil, aku keheranan apa maksudnya mas Gilang "Kenapa mas?"

"Iyalah Lyra... kan cuma kamu yang cewek di situ, yang bikin pandangan mereka lebih teraaang serta berwarna dan tidak item putih, kaya kertas photocopyan" akupun kembali tertawa kecil.

"Hmm kan ada Karen mas, dia kan juga cewe" ujarku membela keberadaan partnerku yang tidak dianggap. "Karen sih.. bukan untuk dipandang sama mereka, tapi untuk matiin pasaran mereka. Gimana coba.. cewe suaranya keren, bisa maskulin gitu lagi, iya nggak??"

The KeyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt