Punya temen tenar itu..

5.1K 425 144
                                    

Author's POV

Lyra tanpa sadar mengacak poninya. Ia berusaha fokus pada layar komputernya, sambil beberapa kali kembali ke meja K, untuk memastikan file-file tersimpan di komputer yang empunya sedang terkapar sakit.

Lyra's POV

"Gini... Mm... Eh, terus... Mmmm" aku mengumam sendiri sedari tadi mengerjakan desain. Dan sesekali aku menatap jam yang ada di pergelangan tanganku yang kini terlihat lebih kurus. Di sini yang tersisa hanyalah aku dan mas Rudraf, sedang yang lain telah meninggalkan bilik kami sedari tadi. Aku memeriksa berulang-ulang pekerjaannku hari ini, aku harus lebih teliti karena partner kerjaku yang artis itu terkapar, terkapar pula di kamarku.

Aku merasa khawatir mengingat siang tadi suhu tubuh K turun sedikit, masih 38° C.
Mengeluh pula tuh artis sakit kepalanya...

"Tok tok tok tok" entah mengapa suara high heels karyawati begitu menggangguku saat seperti ini, sulit sekali untuk berkonsentrasi. "Arrrghhhh ck!" rasanya pengen menggeram, suara cicakpun rasanya bisa mengusik konsentrasiku.

"Apa aku telpon aja ya" pikirku kini hanya tertuju pada partnerku yang sedang terkapar di sana, di singgasanaku, tempat ternyaman seorang introvert sepertiku.

Satu, dua, tiga kali aku mengulang menelpon K namun tidak ada jawaban. Membayangkan wajah putihnya yang memerah karena demam tadi siang membuatku tak tega. "Aduhh... K.... Angkat dong..." Dengan ponsel yang masih berada di telinga, aku mengetuk-ngetuk meja kerjaku dengan jari jemariku, kakiku bergerak -gerak berayun-ayun.

"Tok.. Tok.. Tok...tok.." Oh neptunus! tolong yang punya sepatu high heels itu dibikin ceper sepatunya saat ini juga! Aduh.. Aku mengutuk.

Semakin dekat suara high heels itu. Seseorang yang berhigh heels itu kini tengah berada di meja depanku, meja K. Aku reflek mengakhiri panggilan telponku, paranoid kalau-kalau itu Flo "Hai.. Kamu... Sendiri aja? Mana K? Jadi... dia sakit beneran ya? Aku titip ini yah buat K"

Bibir merah cabe, rambut bob, badan ala anorexia. Fans K lagi? Ini kan cewek yang waktu itu. Dia nanya, belum aku jawab.. Udah dia jawab sendiri. Emang nih cewek aneh.. Lebih aneh dari aku yang aneh.

"Nyariin K Din?" mas Rudraf membuat gadis anorexia tadi menoleh. "Eh kamu draf, aku kira tadi siapa. Nitip ya... Ini buat K, dia mengangkat bucket bunga matahari itu. Seketika aku melirik perlahan meja mas Lontong yang ada di sampingku. Meja itu sekarang statusnya adalah meja penitipan.

Beberapa parcel buah, bucket-bucket bunga matahari, dan jaket merah branded dari Flo, yang kebingungan sedari pagi karena K sakit.. telah teronggok dan tertumpuk di sana.

Mengabaikanku, cewek aneh anorexia yang bernama Dinda itu berpamitan pada mas Rudraf. "Lyra, entar tuh parcel tinggalin aja 1 di kantor, K nggak mau dapet buah banyak gitu, keburu busuk di kosan.." Alahh mas Rudraf mah.. banyak alesannya.. "Bilang aja mas kalo pengen? Lagian di kos ada kulkas tauk mas.." Aku meledek mas Rudraf yang kini malah terkekeh dan malu.

"Ntar pulang kamu naik mobilku Lyr, kita masukin semua barang-barang fansnya si K ke kardus, kalo nggak, ntar ketawan bawa...., kita bisa diikutin" mas Rudraf membuatku tidak paham.

Menunggu mas Rudraf mengambil mobilnya di basement. Di depan pintu kantor aku sibuk berusaha menelpon K, aku khawatir sesuatu terjadi padanya.

"Duh ngapain juga sih mikirin tuh anak" sergahku dalam hati... "Nggak.. Nggak.. Ini karena dia partner kerja, kalo dia nggak sembuh-sembuh aku bisa kalang kabut ngerjain project, dan aku yang remahan kue di perusahaan ini belum begitu banyak yang aku pahami.. Wajarlah aku takut K nggak sembuh-sembuh" ocehku dalam hati.

The KeyWhere stories live. Discover now