🌻

3.2K 247 106
                                    

K's POV

Semula aku enggan untuk berpikir ada yang salah di antara mereka. Dan sebeginikah tajamnya intuisiku, hingga apa yang aku bayangkan benar-benar terjadi.

Meskipun tak tahu apa masalahnya, namun dengan bungkamnya Lyra, dengan perubahan dirinya, dengan tak ada keluhnya padaku mengenai Tata, justru semakin membuatku mempercayai bahwa keduanya tengah bermasalah.. dan, ada yang disembunyikan dariku.

Tentunya kesabaranku diuji. Aku tak bisa menyembunyikan kekesalanku setelah membuka ponsel Lyra.

Aku memaksa diriku terlelap dalam degub jantung yang menahan amarah.

Pagi yang cerah tak merubah suasana hatiku. Ditambah lagi dengan ia yang begitu acuh, lamunnya yang sering terlihat membuatku makin berpikir..

Seserius apa sih masalah kamu sama Tata..??

Aku tak bisa menyembunyikan kekesalanku. Sebagaimana biasanya, aku memilih diam.

Hingga menuju kantorpun ia seakan tak menyadari perubahanku.

Ia berjalan di depanku dengan santainya, hingga saat memasuki ruang devisi multi media, ia terhenti pada mejaku. Aku yang terus mengamatinyapun menghentikan langkahku.

Ia membalikkan tubuhnya, ia menghadap padaku. Tangannya bergerak, meraih sebuah benda.

"Ini" ia mengangkat benda itu ke hadapan wajahku.

"Punya siapa?" wajah datar itu, menatap benda ungu yang terangkat oleh tangannya.

Aku tersentak, bagaimana jika aku mengatakan itu milik Flo??? Bukankah menambah runyamnya hubunganku dengannya saat ini.

Tapi..

"punya Flo.." jawabku enggan namun mantap.

Perlahan ia meletakkan kembali wadah bekal itu ke tempat semula, namun ia sama sekali tak melepas tatapan tajamnya padaku.

Aku yakin aku bagaikan sengaja menabuh genderang perang baginya.

Wajah dingin itu..

Namun untuk menjelaskan kejadian sebenarnya agar ia tak salah paham, aku tak ingin melakukannya.

Aku membiarkan dirinya berbalik berlalu. Aku menarik nafas saja.. Demi tak menaikkan level kemarahanku.

Harusnya aku yang marah

Batinku memprotes, seolah mendorongku meledakkan rasa yang tertahan.

Aku tahu Lyra bukanlah tipe yang selalu mengawali pembicaraan dalam suasana seperti ini.

Tapi kali ini, egoku muncul ke permukaan. Aku tak ingin mengawali proses dalam upaya memperbaiki suasana.

Biar begini aja dulu sementara..

Lagi pula, bukankah aku terbiasa dengan sikap dingin Lyra bukan?

Bohong, jika aku mengatakan rasanya tak sakit. Meski ini baru 40% fakta yang ku dapat, ada yang disembunyikan dariku.

"K entar malem ada job nggak?" Tanya mas Indra yang baru saja datang memasuki ruangan.

Sambil meletakkan ranselnya, ia duduk di sampingku.

"Enggak.. Kenapa?" sepertinya ia akan mengajakku nongkrong malam ini. Karena pertanyaan yang demikian selalu terlontar saat ia merasa jenuh di rumah.

Ia melirik sebentar pada Lyra, "ada yang perlu ketemu sama kamu" bisiknya sambil tertunduk.

Aku mengernyitkan keningku. "siapa?" aku hanya bertanya-tanya dalam benakku, mengapa mas Indra seolah tak ingin Lyra tahu.

"Flo" jawabnya.

The KeyWhere stories live. Discover now