Why So Serious?

5.5K 435 111
                                    

Author POV

Rudraf, Karen, dan Lontong menatap kosong pada Tata, teman Lyra yang tengah berbicara asyik mengenai motor tua bersama Indra.

"Tong, kalo K ngegebet dia... Kalo pas jadiannya nggak kebayang gimana modelnya.. Pasti gregetzz" ujar Rudraf berbisik pada K dan Lontong.

"Yang jelas... kita... akan..
menjadi... pasangan tomboy homo.... terhakiki..., seperti... kata kids zaman now..." K juga menjawab dengan nada datar nan perlahan serta menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dan kegiatan kalian selama pacaran meliputi... adu panco, adu wall climbing, dan adu debus.." mata Lontong seolah melebar menatap Tata.

Ketiganya larut menatap Tata yang sedari tadi tidak menyadari tengah diperhatikan oleh 3 orang di depannya.

"Triump atau Norton tuh ta?" Indra sangat begitu antusias dan seperti begitu akrab dengan teman Lyra yang beberapa menit lalu baru saja ia kenal.

"Norton tuh.." sembari menyuapkan sendok demi sendok nasi dan menggigit tempe mendoannya, tata tak juga melupakan keberadaan teman Lyra lainnya.

"Trus ini..." dengan kelingking tangan kanannya yang tengah memegang tempe mendoan Tata menunjuk 3 manusia yang ada di depannya. Mereka sedikit tersentak rupanya, dan salah tingkah.

"Ini.. kalian juga satu devisi ma si Lyra?" Tanya Tata pada ke tiganya dengan membulatkan matanya yang indah.

"Iya..." jawab K mantap. "Kamu temen Lyra kuliah?" disambung dengan tanya, K meneruskan perbincangan dengan seseorang yang sama tomboynya dengan dirinya.

Ada rasa canggung dan aneh, ia belum pernah berbicara ataupun berkumpul begini dengan gadis yang sama tomboynya dengan dirinya, bahkan ia kini merasa Tata jauh lebih maskulin darinya, sekalipun wajah Tata lebih terkesan baby face.

"Nggak, temen seperjuangan dari awal masuk kerja, jadinya kita deket.." Mengunyah tempe mendoan dengan lahap, tak mengurangi kadar kedalaman lesung pipi Tata.

"Ah... deket sih deket, tapi males gua sama lo! Alay" Lyra yang menikmati hidangannya tiba-tiba menyahut pedas.

"Ah Lyra mah emang jutek.. kaya dia nggak alay ajaa.. nggak usah dipeduliin ta..." K malah kini meledek Lyra.

"Alahh berantem mulu kalian.." Indra melerai sebelum K dan Lyra cek cok.

"Trus motornya bikinan tahun brp tuh? Berapa cc ta?"  Rudrafpun kini sedikit kagum dengan Tata yang begitu mantap mengendarai motor gede itu.

"Ahh.. lupa tahun berapa, pokoknya produksi jamannya Hitler. Kalo ccnya 500 cc. Suaranya lumayan alus sih.."
Tata meletakkan sendok yang ada di tangan kirinya, rupanya K memperhatikan kejanggalan itu.

"Ta? kamu kidal? tanya K mengangkat kedua alisnya dan tersenyum melihat satu lagi keunikan teman Lyra ini.

"Lah.. tau aja lo gua kidal..??" tatapun tertawa, menertawai dirinya sendiri dan K yang sangat begitu detil.

"Trus? Kamu ngapain ke sini ta? maksudnya dalam rangka apa? nyari kerja?" Lontong yang sedari tadi menyimak, akhirnya melemparkan pertanyaan berfaedah juga akhirnya.

"Nggak juga, emang sih gua abis resign.. tapi nih, kebetulan juga ada touring motor tua bokap dan temen-temennya ke sini. Gua emang kadang ngikut touring". Sambil meremas kertas pembungkus nasi, Tata berbagi cerita.

"Yah.. Sekalian aja ketemu Lyra dan numpang. Soalnya bokap kalo ada gua pasti diajakin jalan mulu.. capek juga.." Penjelasan Tata dijawab oleh yang lain dengan anggukan.
.
.
.
.
.

The KeyWhere stories live. Discover now