13

218 6 0
                                    

Diklat (3) dan foto

Kecewa dan malu, itulah yang sekarang menjadi dominasi perasaan Ana. Sikap bodohnyalah yang membuat dirinya malu sendiri, sudah tau Hardin seperti itu tapi masih aja dikejar.

"Udah gakpapa, kan masih ada lain waktu" ujar Exsora memberi semangat pada Ana.

"Kalau bisa sekarang kenapa harus besok-besok? Yakan Ra?" Ujar Ana.

"Iya juga sih, terus lo mau apa?" Tanya Exsora.

"Tetep minta foto bareng dong!!" Ana berlari ke ground 2 meninggalkan Exsora yang dibuat ternganga.

Disana, Hardin tengah membantu membongkar tenda dengan teman-teman panitia lainnya. Laki-laki itu dari belakang berhasil membuat Ana senyum-senyum tak karuan.

Saat mengambil ponselnya, sial! Batrai Ana habis. Dia harus gimana?

Dilihatnya Nindia dan Helena tengah menonton aksi saling mengikat kakak tingkat, Ana segera menghampiri mereka berdua.

"Eh eh minta tolong dong! Bantuin gue buat foto bareng Kak Hardin" ujar Ana menggebu-gebu.

"Hp gue mati Na" kata Nindia.

"Hp gue juga, bentar-bentar gue pinjem yang lain" Helena segera mencari pinjaman hp.

Tak lama kemudian dia sudah kembali dengan membawa sebuah hp, "Ayo buruan" Helena berjalan lebih dulu.

Ana berjalan mendekati Hardin dan keliatannya laki-laki itu tidak sadar jika ada Ana dibelakangnya. Ana menoel-noel lagi jaket Hardin hingga laki-laki menoleh.

"Plis kak, satu foto aja. Gak lebih, janji deh" ujar Ana memohon.

Putus kali ya urat malu nih orang batin Hardin.

"Iyaudah iya daripada malu-maluin" kata Hardin.

Perkataan Hardin perlahan membuat senyum Ana sedikit luntur walaupun hanya mereka berdua yang dapat mendengar tapi Ana merasa malu.

Sesudah berfoto Ana berkata, "Makasih kak" dan Hardin tak menanggapi Ana. Laki-laki langsung pergi sebelum kepergrok teman-temannya.

"Makasih ya, udah ngebantuin. Nanti langsung kirim aja ke Line gue" ujar Ana.

"Iya sama-sama, santai aja. Kita bantuin kok kalau lo butuh bantuan, semangat ya Na"

Me And My Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang