Chapter Four - Fire and I

Start from the beginning
                                    

Banyak waktu dan percakapan terlewati, hingga akhirnya mereka tiba di depan kelas Sarah.

"Dek, hari ini ke kantin sendiri, ya? Abang ada simulasi di sekolah lain," kata Gilang.

Sarah mendesah kecewa, tetapi mengganguk. Dia mengerti, jadwal kakaknya di tingkat akhir memang sangat padat. Jadi, saat jam istirahat tiba, dia segera meluncur ke kantin tanpa menunggu Gilang. Di sekolah ini, kantin kelas reguler dan unggulan tidak dipisahkan. Hanya saja, murid kelas unggulan lebih memilih membawa bekal. Kalaupun ke kantin, hanya memesan makanan kering seperti roti, lalu memakannya di kelas sambil belajar. Itulah sebabnya, siswa kelas unggulan dan reguler banyak yang tidak saling kenal.

Sarah tersenyum melihat beberapa cewek dari kelas lamanya. Gadis itu menyapa dan duduk di dekat mereka. Namun, seperti biasa, mereka tak acuh. Tidak seorang pun di sekolah itu yang benar-benar bisa menjadi temannya.

Saat para siswa sedang menyantap makanan dengan lahap, sambil mengobrol dengan temannya, tiba-tiba suara salah seorang penjaga kantin menggema.

"Api! Api! Kebakaran!" pekiknya, keluar dari salah satu bilik kantin dengan ujung apron yang tersambar api.

Semua orang panik, segera berlari meninggalkan kantin. Berdesakan hingga jatuh. Saling seret dan gapai, agar bisa berlari bersama. Namun, berbeda dengan Sarah. Gadis itu tampak membeku. Melihat bagaimana api mulai berkobar, melahap sedikit demi sedikit apa pun di sekitarnya.

Kak Tania ....

Nama Tania kembali menggema dalam ruang bawah sadar. Sarah mematung, tidak mengerti apa yang terjadi. Tubuhnya terlalu kaku untuk digerakkan, bahwa napasnya terasa tersengal. Dirinya masih ingat, sempat menangis dan terisak, sebelum akhirnya lunglai dalam pelukan seseorang.

—SR—

Sarah berharap, yang pertama ditemuinya adalah Gilang. Kakak lelakinya itu selalu punya cara agar pikirannya teralihkan. Dan sekarang, dia butuh pengalihan itu. Dia tidak ingin terjebak dalam rasa takut lebih lama. Namun, ketika membuka mata, yang ditemuinya adalah sepasang iris aurora yang sedang menatapnya dalam.

"Sudah bangun?" Suara Sam terdengar serak.

Sarah mengangguk, melihat sekeliling. Ruangan serba putih dengan bau menyengat. Ah, ini pasti rumah sakit.

"Lo nggak apa-apa? Apa ada yang dirasain? Tadi di kantin ... kenapa lo nggak lari? Kok malah nontonin api?"

Diberondong pertanyaan seperti itu, justru membuat Sarah panik. Kejadian tadi terputar lagi di otak, berpadu dengan ingatan tentang mimpinya selama ini. Napas gadis itu mulai tersengal, merasakan kembali sensasi berada di tengah kebakaran. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, sebagai reaksi dari rasa ketakutan.

"A-abang," gumamnya. Namun, Sam tidak mendengarnya.

"Sarah? Lo kenapa? Kok nggak jawab?"

"Sarah!"

Gadis itu masih sempat mendengar suara lain, seiring langkah kaki berderap mendekat. Sebelum ia memilih menutup mata, tak ingin berhalusinasi melihat ruangan itu terbakar. Sayup, telinganya mendengar orang tadi berteriak memanggil dokter. Sementara suara lain terus memanggil namanya.

—SR—

Dua hari sejak kejadian kebakaran di kantin, Sarah belum juga mau kembali sekolah. Apa yang dilakukan hanya meringkuk di atas tempat tidur, dengan kondisi kamar gelap gulita. Seluruh gordin dibiarkan menutup jendela, tak ingin diganggu oleh cahaya.

Kemarin sore, Sam datang menjenguk. Namun, ia enggan menemui. Hanya menerima bingkisan yang dititipkan pada ibunya, beserta sebuah kartu yang betulis, "Get well soon, Belle."

Dalam balutan selimut tebal, Sarah memeluk erat sebuah jaket yang ia temukan melilit tubuhnya saat ia terbangun di rumah sakit. Gadis itu tidak yakin, tetapi seingatnya, pernah melihat seseorang mengenakannya. Seseorang yang selalu menatapnya benci, seolah memusuhi tanpa tahu apa salahnya. Namun, sekarang ia dibuat bingung. Untuk apa orang yang membenci, menerobos api dan menyelamatkannya?

Kak Mikha ....

Sarah kembali memegangi kepala yang berdentam hebat. Satu nama lagi menggema di alam bawah sadar, membuatnya semakin bertanya, siapa kiranya mereka. Tania dan Mikha. Apakah mereka ada sangkut pautnya, dengan mimpi buruk selama ini?

—SR—

TBC

Kavii98_ Fifi_Alifya azdiyare_ahsan708 rodeoexol IndahCatYa AnnyoosAn Talithaa56 MeylindaRatna

Diketik di tengah rintihan khas perempuan, 

Love,
SR

SarahWhere stories live. Discover now