16

2K 330 40
                                    

"Annyeong..."


"... Appa, eomma. Maaf aku baru bisa mengunjungi kalian sekarang. Aku sibuk. Jadi aku harap kalian tidak marah padaku."

Namja bermata bulat itu berjongkok sembari menatap nisan bertuliskan 'Kang Jun Woo' dan 'Kang Ye Na' secara bergantian.

"Apa kalian tidur dengan nyenyak disana? Aku merindukan kalian."
Tangan nya tak henti mengusap pusara kedua orang tuanya. Orang yang telah meninggalkan Taehyun tanpa pamit.

Ia kemudian membersihkan pusara tersebut sebelum menaburkan kelopak-kelopak mawar merah. Jemari nya dengan cekatan menjumputi daun-daun kering dan menggosok debu yang melekat di nisan.

Setelah itu, ia kemudian menaruh sebuah bucket lily putih di makam keduanya. Karena ia tau bahwa eomma nya sangat menyukai bunga lily putih.

Bunga indah yang memiliki makna suci, bersih dan menawan.

"Appa, eomma. Akhir-akhir ini aku tengah mengalami masa-masa yang sulit." hawa pemakaman terasa sejuk menenangkan. Taehyun menghirupnya dalam-dalam, membiarkan udara pemakaman tersebut mengisi paru-parunya.

"Aku tau kalian pasti bosan mendengarnya. Tapi aku benar-benar sudah lelah." Tangan Taehyun bergerak diatas makam eomma nya, seolah tengah menggambar sesuatu yang abstrak.

"Aku merasa dunia tak adil padaku. Bahkan takdir pun seolah senang mempermainkan hidupku. apa kalian tau? Aku ketakutan. disini aku benar-benar takut."

"Aku menginginkan seseorang disampingku. Aku butuh seseorang yang selalu ada bersamaku. Aku juga butuh motivasi untuk melanjutkan hidup. Ini tidak mudah. Terkadang aku lelah.
Aku... Benci hidup sendirian." Taehyun menunduk. Bahu nya nampak bergetar disertai dengan suara isakan.

"Bahkan sekarang aku mengidap penyakit yang mengerikan. Bukankah aku benar-benar namja yang menyedihkan?"

Liquid bening terus mengalir di pipi Taehyun. "aku masih menunggu uluran tangan dari kalian. Tapi kenapa kalian tak pernah menjemputku?"

Taehyun menangis semakin keras. Tubuhnya terasa begitu lemas, sedangkan kedua tangan nya kini tengah merengkuh nisan eomma nya dengan erat.

"Aku rindu suara kalian. Aku rindu bermain dengan appa, aku rindu dengan masakan eomma. Aku ingin kalian ada di samping ku, dan memelukku dengan erat."

Terkadang Taehyun merindukan masa kecilnya. Apa adanya dan ceria.
Bisa tidur dengan nyaman tanpa takut akan hari esok.
Bermain dan berimajinasi sesuka hati.

Seandainya ia bisa membujuk waktu, Taehyun akan meminta ke masa lalu. Bukan ia tak mau menua, Taehyun hanya ingin belajar dari dirinya dimasa kecil. Menyikapi sesuatu dari sudut pandang anak lugu.
Sayangnya... Waktu terus berjalan tanpa melihat ke belakang.

"Aku benar-benar merindukan kalian."



Taehyun masih betah berada disana. Berdiam diri hingga menjadikan namja itu bagaikan aksesoris patung bisu disamping makam.

Hingga ia berujar, "Aku sakit. Hidungku sekarang sering mengeluarkan cairan berwarna merah yang menyebalkan itu. Lalu kepalaku juga semakin lama semakin terasa pusing. Kalian tau? Rasanya seperti tertindih ratusan buku tebal yang ada di perpustakaan sekolah." Taehyun berbicara pada kedua makam kedua orang tua. bersikap seolah-olah raga dari kedua orang tua nya tengah berada disampingnya dan memperhatikan nya bicara.

Mungkin Taehyun akan dianggap aneh oleh orang lain ketika melihat tingkahnya. Namun siapa peduli? Toh Taehyun tak punya tempat untuk bercerita selain di makam kedua orang tuanya.

Hari ini cuaca nampak tidak bersahabat. gerimis turun rintik-rintik dan angin bertiup cukup kencang. namun Taehyun seolah tak memperdulikannya. Ia masih tetap ingin disana tanpa berniat beranjak meskipun hanya sejengkal.

Our Dreams || TXT [✓]Where stories live. Discover now