09

2.3K 347 35
                                    

Soobin dan Taehyun berjalan beriringan menuju sekolah. Jarak dari apartemen hingga sampai sekolah tidak terlalu jauh sehingga membuat keduanya tak menaiki Transportasi umum.

Selama perjalanan, tak ada obrolan diantara mereka berdua. Soobin terus diam dan Taehyun yang tengah asyik dengan fikirannya sendiri.

Sebenarnya hari ini Soobin merasa canggung berada di dekat Taehyun. Bukan apa-apa, hanya saja ia merasa malu ketika mengingat kejadian tadi malam. Ia seharusnya tak menangis di depan Taehyun. Tak seharusnya ia berbicara mengenai orang tuanya.

Tidak. Seharusnya memang tidak.

Soobin tak seharusnya terlihat lemah di depan Taehyun. Karena jika ia lemah, maka siapa yang akan menguatkan adik kecil nya yang terlihat rapuh itu?

Beberapa kali Soobin sempat melirik ke arah Taehyun. Wajahnya terlihat damai meskipun ada guratan-guratan lelah yang nampak disana. Dari samping ia bahkan bisa melihat hidung milik Taehyun yang mancung seperti perosotan anak. Tampan.

Tak berbeda jauh dengan Soobin, Taehyun juga merasakan kecanggungan diantara mereka. Dan Taehyun tak menyukainya.
Mulutnya rasanya sudah sangat gatal ingin bertanya pada Soobin. Namun ia berfikir bahwa mungkin saja hyung nya sedang dalam keadaan mood yang jelek setelah menangis kemarin malam.

"Taehyun-ie." akhirnya Soobin bersuara setelah cukup lama terdiam.

"Ne hyung."

"Eum... Mian, Seharusnya kemarin aku tak menangis di hadapanmu. Cukup memalukan rasanya Ketika aku mengingat kejadian itu." ucap Soobin sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Apa sekarang kamu berfikir bahwa aku seorang namja yang cengeng?" lanjutnya.

"Memangnya ada yang salah jika hyung cengeng?"

"Tentu saja. Aku ini namja. Dan namja tak boleh bersikap cengeng." Taehyun terkekeh melihat Soobin yang nampak lucu ketika menunjukkan ekspresi tidak sukanya

"Menangis bukan berarti cengeng hyung. Kata orang, menangis bisa mengurangi sedikit beban yang ada didalam dirimu. Aku bahkan lebih suka melihatmu menangis daripada harus menahannya sendiri. Keluarkan saja semua bebanmu. Lagipula, namja juga seorang manusia yang bisa menangis."

Soobin tersenyum dan merangkul adik yang lebih pendek darinya itu. "Aigoo. Adik kecilku ini ternyata sudah besar. Siapa yang mengajarimu seperti itu, eoh?"

"Sebenarnya tak ada yang mengajariku. Kalau pun memang ada, tentu saja itu bukan Soobin hyung." ucap Taehyun yang dibalas cubitan Soobin di pipinya.

"Yak! Kamu harus makan dengan banyak. Lihat pipi mu yang tirus ini." Kata Soobin sembari menekan pelan pipi kiri Taehyun.

Taehyun berdecak. "Hyung selalu saja menyuruhku makan banyak. Apa nanti jika aku sudah gemuk, kamu juga akan menyuruhku untuk diet?"

"Tentu saja tidak. Untuk apa melakukan diet?"

"Tapi hyung sendiri sedang menjalani diet kan?"

"A-aku tidak!"

"Jangan berbohong hyung. Kamu fikir aku tidak tau, eoh?" Taehyun terus saja menjaili Soobin.

"Yak bocah nakal. Aku menyuruhmu untuk makan banyak. Kenapa sekarang malah membicarakan diet!" Taehyun tertawa melihat wajah Soobin yang sudah memerah menahan malu. Baginya, tak ada hal yang lebih mengasyikan daripada menjahili hyungnya ini.

"Hyung wajahmu memerah. Hahaha. Jadi benarkan kalau kamu sedang menjalani diet?"

"Aku tidak diet. Hanya mengurangi porsi makanku saja."

Our Dreams || TXT [✓]Where stories live. Discover now