14

2.2K 344 33
                                    

Detik jarum jam menyeruak di tengah rasa sepi. Menjadi sebuah melodi sumbang yang mengisi ruangan tersebut. Diluar gerimis berjatuhan. Menghantarkan rasa damai yang seolah meredam kegelisahan.

Taehyun terbangun di tengah gelapnya kamar. Untuk beberapa saat ia terdiam, berusaha mengumpulkan kesadaran nya terlebih dahulu. Setelah itu, matanya melirik ke samping, ia lantas mengambil benda kecil berbentuk persegi yang tergeletak begitu saja. Jarinya sibuk menekan layar ponsel tersebut. Namun tak berselang lama, ponsel tersebut ia hempas begitu saja disertai dengan Helaan napas berat.

Tak ada notifikasi apapun. Biasanya ponsel nya akan di penuhi oleh panggilan dan beberapa pesan dari Soobin ataupun ketiga orang lain nya.

Apa mereka benar-benar membenci Taehyun sekarang?

Dengan perlahan, ia beranjak dari tempat tidurnya.
Malam ini, Taehyun membuka jendela kamarnya dan duduk disana. Menikmati bagaimana tetesan air jatuh dengan cepat, menikmati gemerlap cahaya warna-warni yang menghiasi pinggiran jalan kota Seoul.

"Hyung, aku harap kamu tidak benar-benar serius mengucapkan kalimat itu. Bagaimanapun juga kamu tetap menjadi Hyungku, kan? Rasanya hatiku benar-benar sakit saat kamu mengatakan bahwa kamu bukan hyung ku lagi." ia memutar kembali ingatan ketika Soobin mengucapkan kalimat itu pada Taehyun.

"Aku harap itu semua hanya mimpi. Aku sangat berharap bahwa esok semua akan baik-baik saja." Taehyun bergumam sendiri. Menatap lekat orang yang berlalu lalang diluar sana.

"Aku... Ingin kita terus bersama sampai kapan pun." Taehyun menunduk dalam. Matanya kini kembali dipenuhi oleh cairan bening. Ia lagi-lagi menangis sendirian.

Tak ada suara yang menenangkan nya, tak ada tangan yang menghapus air matanya dan tak ada tubuh yang hanya sekedar untuk merengkuh tubuh lemahnya.

Taehyun sadar bahwa seharusnya ia tak menangis. Ia tak boleh menjadi namja cengeng seperti yang Soobin bilang. Namun itu sulit bagi Taehyun. Dibenci oleh orang yang kita sayangi adalah awal kehancuran bagi hidup Taehyun.

Beberapa saat kemudian, Ia merasa pening yang menghantam dan membuat kepalanya nyaris berdenyut setiap detiknya. Perutnya pun terasa begitu sakit hingga membuat nya merasa mual.

Taehyun berlari menuju kamar mandi ketika merasakan sisa makanan secara paksa keluar dari mulutnya.

Setelah memuntahkan semuanya, Taehyun segera membasuh wajahnya, dan menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tak berubah, masih sama seperti tadi pagi. Ia pucat dan menyedihkan.

Tak berselang lama, Taehyun merasa tenggorokan nya sangat gatal. Ia menutup mulutnya ketika batuknya Terasa sangat menyakitkan dan seolah tak ingin berhenti.

Matanya membulat sempurna ketika bau anyir menyapa indera penciuman nya. Tangan Taehyun bergetar ketika melihat ada darah di telapak tangan nya. Ia lemas, hingga membuat tubuhnya merosot ke bawah dan bersandar pada dinding kamar mandi yang dingin.

"ada apa denganku?" lirihnya.


OUR DREAMS

jam kini menunjukkan pukul 9 malam.  Taehyun kemudian segera bergegas untuk pergi bekerja. Untuk saat ini ia harus bisa menahan rasa pusing di kepalanya. Ia tak ingin libur bekerja. Taehyun tak mau gajinya terpotong begitu saja padahal ia masih sanggup untuk bekerja.

Jalanan kota Seoul nampak begitu ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang. Selain itu, tampak banyak pejalan kaki yang berlalu lalang disepanjang jalan dengan menggunakan jaket tebal. Mereka seolah tak memperdulikan gerimis yang membasahi pakaian mereka.

Our Dreams || TXT [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora