11

2.1K 319 63
                                    

Yeonjun masih berdiam. Tatapan nya kini tengah mengarah keliar jendela.
Setelah menangis tadi, Yeonjun menjadi lebih pendiam. Ia bahkan belum memakan makanan yang disediakan oleh Rumah Sakit.

Yoona cemas. Ia sudah berulang kali membujuk agar Yeonjun mau memakan makanan nya dan segera meminum obat.

"Yeonjun-ah, kamu harus makan agar bisa meminum obatmu."

"Aku tidak lapar, eomma. Jangan memaksaku." Ia terus mengulang kalimat tersebut ketika terus di suruh makan.

Yoona menyerah. Anaknya sekarang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Mungkin itu mempengaruhi napsu makan nya. Ia kemudian menaruh makanan nya di meja samping Yeonjun dan menunggu anaknya memakannya sendiri.

Waktu menunjukkan pukul 10 siang. Yoona berpamitan pada Yeonjun untuk pulang sebentar mengambil beberapa baju.

"Eomma akan mengambil baju. Tunggulah sebentar. Eomma janji tidak akan lama."

"Hati-hati eomma." ucapnya tanpa memandang wajah Yoona yang terlihat sendu.

Pandangan Yeonjun belum beralih pada luar jendela. Kini ia tengah menatap seorang Namja yang tengah kesusahan menggerakkan kursi roda nya. ia juga melihat bahwa kaki Namja tersebut menggunakan gips seperti dirinya.

Yeonjun Terkekeh "apa aku juga akan seperti dia? Memakai kursi roda setiap saat? Hah. Menyedihkan sekali." perlahan wajahnya terlihat sendu sembari menatap kakinya.

Ceklek...

"Yeonjun Hyung! Kami datang!" seru Hueningkai dengan semangat nya.

"Yak! Jangan berteriak bodoh. Kamu akan menggagunya." Kesal Beomgyu. Bagaimana jika Hyung nya itu sedang tertidur dan terbangun akibat teriakan Hueningkai.

Yeonjun mengalihkan pandangan nya dari Namja berkursi roda itu dan menatap ketiga sahabatnya itu.

"Hyung bagaimana hasil pemeriksaan dari dokter?" Yeonjun tanpa sadar menunduk setelah mendengar pertanyaan dari Beomgyu.

"Aku mengalami Cedera. Tulang di pergelangan kaki ku patah dan beberapa ada yang retak."

"APA!" Ketiga nya tentu saja terkejut bahwa hyung yang setiap hari selalu ceria ini mengalami patah tulang.

"K-kenapa bisa hingga separah itu? Apa rasanya sangat sakit, hyung?" Hueningkai mengusap usap kedua matanya yang kini tengah berair. Ia menangis.

"Benturan nya sangat keras. Hingga menyebabkan tulangku patah. Ini sangat sakit, bergerak pun rasanya sulit." jawab Yeonjun "hey.. Kau menangis? Astaga. Aku yang sakit kenapa kamu yang menangis?" Ia tertawa pelan melihat Hueningkai menangis seperti itu.

"Aku... A-aku kan kasihan padamu hyung. Pasti rasanya sakit sekali. Jika hyung sakit, nanti siapa yang menemaniku berangkat sekolah." ia menangis terisak.

"Jangan menangis. Aku tidak apa-apa." sebenarnya Yeonjun juga ingin menangis. Rasanya begitu sesak melihat orang lain menangis karena dirinya. Meskipun terkadang Hueningkai selalu membuatnya marah  tapi Yeonjun tak pernah benar-benar membenci Hueningkai. Ia bahkan sangat menyayangi maknae itu seperti adik nya sendiri.

Terkadang dengan adanya pertengkaran - pertengkaran kecil, membuat kita saling memahami satu sama lain.

Bukankah begitu?

"Apa Hyung akan sembuh secepatnya?"

"Aku harus istirahat total selama tiga sama empat bulan, Soobin-ah. Hah. Itu akan membuatku merasa sangat bosan."

"Tiga Sampai empat bulan? Lalu bagaimana dengan menari mu hyung?" disela-sela tangis nya, Hueningkai menjerit tertahan setelah kakinya dengan sengaja di injak oleh Beomgyu.

Our Dreams || TXT [✓]Where stories live. Discover now