Part 5

151K 6.4K 42
                                    

       ~Psikolog terbaik ialah dirimu sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~
Psikolog terbaik ialah dirimu sendiri.
Seberusaha apapun seseorang mencoba menenangkanmu bahwa semuanya akan baik-baik saja, semuanya akan mentah ketika kau hanya fokus terhadap rasa sakitmu sendiri.

-@febrmdhn-

Rafa membuka matanya perlahan, hal pertama yang ia lihat adalah ruangan putih berbau obat-obatan. Lalu ia mengedarkan pandangan kesegala penjuru ruangan, ia merasa ada yang berat pada tangannya. Mika tertidur sambil menggenggam tangannya. Melihat mika yang menungguinya seperti ada perasaan hangat yang menelusup di hatinya. Ia tersenyum tipis.

Tiba tiba Mika terlonjak langsung berdiri kemudian menutup mulut lalu berlari ke kamar mandi. Rafa menyerngit bingung. Emang sejak ia memperhatikan wajah Mika ia melihat wajah istrinya terlihat pucat. Mika keluar dari kamar mandi sembari mengelap bibir nya yang basah.

"Kamu laper ya nak? Bentar ya sayang, Daddy kamu masih sakit. Mommy takut ninggalinnya" gumamnya lirih sambil mengelus perut ratanya.

DEG

Mata Rafa terbelalak. Apa? Mika hamil? Seketika Mika tersentak melihat Rafa yang sudah sadar. Ia menormalkan ekspresinya menjadi datar dan dingin.

"Ada yang kamu butuhkan? Biar Mika ambilkan" ujarnya

"K-kamu hamil?" Tanyanya Rafa gugup.

"Hm" Mika hanya bergumam.

"Udah berapa lama?"

"2 minggu" jawabnya acuh.

"Kenapa gak ngasih tau aku?" Tanyanya pelan. Mika mendengus kasar. Lalu menghela nafas.

"Kalau Mika kasih tau nanti kamu malah nampar dan ngehina Mika lagi" ujarnya datar.

Rafa hanya memandang Mika yang tampak acuh. Lalu menghela nafas pelan. Sepertinya ia harus menjauhi Mika terlebih dahulu. Mencari fakta sebenarnya.

Seminggu kemudian...

Hari ini Rafa sudah diperbolehkan pulang. Ia tak mau di bantu oleh Mika jadi yang membantu memapah adalah Daddynya.

Mika pikir setelah tau tentang kehamilannya, Rafa bakal berubah. Ternyata tidak, malah semakin acuh dan dingin terhadapnya. Ia berfikir mungkin Rafa tak menginginkan janin yang ada diperutnya setelah apa yang diperbuat oleh rafa secara tak berperikemanusiaan. Melakukan kekerasan secara fisik maupun batin. Padahal ia sudah menjelaskan inti dan kesakitannya, ia masih berusaha bersabar apalagi mendengar suaminya kecelakaan.

Kalau ditanya ia cinta, tentu tidak. Ia hanya khawatir apalagi Rafa adalah ayah dari anak yang dikandungnya.

Ia menatap sepasang suami istri yang terlihat antusias dengan janin yang berada diperutnya. Sang suami yang mengelus pelan perut sang istri lalu mengecup pelipisnya mesra. Ia tertawa sumbang. Hanya angan angan saja pikirnya.

Mika melanjutkan langkahnya. Langsung masuk ke mobil tanpa sepatah kata apapun. Bahkan mereka seperti dua kutub yang saling menolak.

Yang kuat ya nak diperut Mommy.

Setelah sampai dirumah Mommy Irene berteriak heboh menanyakan Mika bukannya Rafa yang sehabis kecelakaan. Memang Mommynya ini, Untung sayang!

"Mikaaaa!! Bagaimana keadaan cucu Mommy sayang?" Tanyanya antusias. Mika hanya tersenyum geli.

"Baik baik aja oma!" Ujarnya dengan suara kecil.

"Cucu oma dan opa jangan susahin Mommy ya nak!" Mommy irene dan Daddy berbicara sambil mengelus perut Mika.

"Eh Dad, kenapa ya Mommy mikir kalau anak Mika laki laki?" Tebak Mommy

"Eh Daddy malah mikirnya perempuan Mi!" Daddy mendebat Mommy. Mika hanya geleng geleng.

"Permisi, anak Mommy dan Daddy yang sangat Handsome baru kecelakaan loh. Kok dianggurin aja sih?" Cemberut Rafa. Seolah tak peduli oleh kehamilan Mika. Mika hanya membuang muka. Hatinya tercabik cabik melihat Rafa yang tak peduli dengan janin yang dikandungnya.

"Siapa suruh kamu kecelakaan? Apa jangan jangan kamu mabuk mabukan ya? Dasar anak nakal" Mommy irene menjewer telinga Rafa. Rafa hanya meringis.

Tring... tring...

"Sebentar semuanya" Mika berlalu mengangkat telfon dari abangnya Allarick.

Rafa menatapnya menjauh lalu Mommy berdehem.
Rafa menolehkan wajahnya.

"Jangan sakiti Mika lagi, seharusnya kamu senang sebentar lagi punya anak. Apa kamu gak bahagia punya anak?"

Rafa menghela nafas bingung. Tak menjawab pertanyaan Mommynya.

--

3 hari berlalu. Rafa sudah memantapkan hari ini bahwa ia akan bekerja. Ia bangun lalu bingung kemana Mika? Lalu ia bangun dan segera kekamar mandi. Ia melihat bath up sudah di isi dengan air hangat. Pasti Mika. Ia pun langsung berendam. Setelah selesai ia melihat pakaian kerja nya sudah ada diatas kasur. Beserta sepatu dan kaus kakinya. Lalu Mika masuk saat Rafa hendak akan menyimpul dasinya.

"Sini Mika bantu" Mika berjinjit akibat tinggi Rafa yang hanya sebahunya. Lalu mengambil alih simpulan dasi ditangan Rafa.

"Mika udah siapin Sarapan dibawah. Nasi goreng ayam suwir, semoga kamu suka" Jelasnya. Rafa hanya berdehem lalu melewatinya begitu saja. Lagi lagi ia hanya bisa tersenyum miris.

Rafa makan dengan lahap. Mika tersenyum tipis melihatnya. Walaupun Rafa mengabaikannya, ia tetap makan masakannya dengan lahap. Ia tersenyum langsung mengelus lembut perutnya lembut.

Nak Daddy kamu suka masakan Mommy!

Semua itu tak lepas dari penglihatan Rafa. Mika yang mengelus perut ratanya sambil tersenyum manis. Bahkan sangat manis.

--

Jangan lupa komen dan vote!❤️

Pregnant Because Accident [COMPLETED]Where stories live. Discover now