Part 4

153K 6.1K 89
                                    

Happy reading~

~~~Sebegitu tidak pentingnya kamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~~~
Sebegitu tidak pentingnya kamu.
Sebegitu tidak pedulinya dia.
Sebegitu cintanya kamu.
Sebegitu butanya dia.

Mulailah berani mengambil keputusan untuk beranjak dari apapun yang hanya mampu memberikanmu rasa sakit.

Kamu harus tegas.
Untuk benar-benar bahagia setelahnya.

-@febrmdhn-

Mika menyerngit heran, tumben Rafa tak pulang semalam? Apa yang terjadi padanya? Apa karna ia tak terangsang?

Ngapain juga mika mikirin orang gak berperasaan itu, gapenting banget!

Mika turun dari kamarnya lalu ke dapur, ia tersenyum tipis sambil menyapa pembantu disana.

"Nyonya mau sarapan?" Tanya bi ratih dengan senyum ramah dan sopan.

"Nanti bi,mika mau bantu bibi masak. Boleh ya?"

Bi Ratih terpana. Nyonya nya cantik pisan kalau tersenyum. Apalagi baik terus sopan.

"Oh iya bi, mika gamau dipanggil nyonya. Panggil mika aja ya bi?" Cengirnya polos.

"Tapi Nya, ga sopan nanti Tuan marah" cicitnya.

"Kalau ga ada Rafa aja bi, kalau kita berdua gini aja. Oke?" Tawarnya. Bibi ratih menggangguk antusias.

"Kalau gitu bibi panggil nak Mika aja ya?" Mika mengangguk antusias dengan binar mata senangnya.

"Bibi mau masak apa hari ini?"

"Bibi mau masak tumis kangkung, rendang padang dan ayam goreng nak Mika" jelasnya. Mika berbinar.

"Serius bi? Mika bisa buat nya!" Ujarnya semangat. Bi ratih sampai tertawa geli.

"Tuan lebih suka masakan Indo nak Mika. Soalnya Nyonya besar kan orang indonesia. Jadi Tuan lebih suka makanan Indonesia dari pada makanan makanan lain" Mika mengangguk mengerti

"Mika juga suka bi, Mika juga belajar masak dikota Padang bi. Disana makanannya enak enak!" Ujarnya antusias.

"Nak Mika aslinya periang, bibi jadi seneng. Soalnya bibi liat kalo depan tuan nak Mika berubah jadi dingin. Bibi kira nak Mika orangnya jutek. Rupanya udah cantik banget, ternyata baik dan ramah pisan"
Ujar bibi sambil mengacungkan jari jempolnya 2. Mika hanya terkekeh geli.

"Bibi bisa aja, jangan puji Mika begitu bi. Mika masih banyak kekurangan kok bi" jawabnya dengan tersenyum lembut. Bibi juga tersenyum membalas.

Saat sedang serius memasak. Rafa datang dan duduk di meja makan. Rafa sudah mandi. Saat Mika menghidangkan di meja makan. Ia tersentak melihat Rafa yang menatapnya bingung. Rafa menatapnya intens. Sedangkan Mika hanya menatapnya datar. Lalu menyiapkan piring dan juga nasi untuk Rafa. Ia teringat perkataan Mommynya jika istri selalu siap siaga untuk menyiapkan keperluan suaminya. Walaupun suami yang baru dikenalnya 2 minggu kurang lebih. Tiba tiba ia teringat Mommynya. Ia sangat merindukan Mommy, Daddy, Bang Al, dan Bang El. Apa kabar keadaan mereka? Mika menghela nafas pelan. Mungkin ia akan memberikan kabar kalau ia baik baik saja nanti walaupun kenyataan tak seperti itu.

Ia menuangkan air putih ke gelas Rafa, dan segelas kopi untuk Rafa. Dan untuknya segelas susu

"Gak ada racun nya kan? Siapa tau jalang kaya kamu dendam sama aku?" Sinis Rafa. Mika tak menghiraukannya. Ia malah menyuap nasinya sendiri. Hm gak sia sia ia belajar memasak. Untung aja ia suka dapur.

Rafa yang awalnya ragu pun menyendokkan nasi ke mulutnya. Satu kata yang ada dipikirannya. Enak! Bahkan Enak sekali! Tapi ia menormalkan ekpresinya. Tak berkata apapun. Ia benar benar menikmati masakan istrinya.

Rafa berdehem. Mengeluarkan kartu unlimited dari dompetnya. Lalu menyerahkan ke Mika. Mika menolehkan kepala sebentar lalu melanjutkan makan.

"Ambil, kamu udah menjadi istri ku dan sekarang kamu tanggung jawabku" ujarnya dengan dingin. Mika tersenyum miring.

"Ga perlu" ujarnya lebih dingin dan menatapnya dengan datar. Rafa tak terima. Ia menggebrak meja makan dengan kuat. Hingga gelas jatuh ke lantai dan pecah. Mika lalu menolehkan kepalanya sepenuhnya menatap Rafa. Rafa menatap mata biru laut yang penuh dengan kesedihan dan kekecewaan sepertinya. Entahlah.

"Ambillah" ujarnya meredam emosi.

"Tidak" keukeuh Mika. Rafa geram lalu menarik kedua bahu Mika paksa berdiri.

"Aku bilang ambilkan?" Jawabnya kasar. Mika menatap kebawah. Melihat kakinya tertancap beling gelas dibawah. Tapi ia tak meringis. Lalu menatap Rafa.

"Kenapa? Bukan kah kamu bilang aku hanya mau uang kamu? Aku bukan semurah yang kamu bayangkan! Kamu memperkosa aku disaat kamu mabuk! Menarik paksa aku yang baru keluar dari supermarket! Aku bahkan sudah berteriak, meronta, menampar supaya kamu sadar! Tapi kamu malah menampar ku berkali kali! dan menuduhku Jalang yang layaknya sampah" Mika tertawa sumbang. Mengutuk kehidupan mirisnya.

"Lalu kamu merenggut paksa masa depan yang telah kurancang! Apa kau tak memikirkan aku? Ah iya! Yang kau pikirkan adalah aku seorang jalang yang haus akan uang" Mika tersenyum sinis. Lalu menghentak kedua tangan Rafa. Lalu berlalu pergi dengan kaki terpincang. Rafa melihat kaki mika yang penuh oleh darah. Ia menggeram frustasi, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal kuat sampai buku buku tangannya memutih. Lalu ia mengambil kunci mobil lalu berjalan keluar.

Ia menaiki mobil ugal-ugalan. Ia memikirkan perkataan Mika yang menatapnya dingin, bahkan sangat datar. Benarkah?
Rafa masih larut dengan lamunannya. Lalu ia tersentak saat didepan ada pohon besar. Mobilnya dalam kecepatan penuh. Ia tak sempat mengelak dan

'Bruk'

Pandangannya pelan pelan menghilang hitam. Kesadarannya hilang dengan luka di sekujur tubuh.

--

Jangan lupa komen dan vote teman teman kalau mau cerita ini lanjut!🖤

Pregnant Because Accident [COMPLETED]Where stories live. Discover now