"Aku muak melihatmu."

"Ooh,Sam. Aku kesini untuk Emelly,  bukan dirimu."

"Emelly tak ingin bertemu denganmu. Kau hanya akan membuat dia semakin kacau."

"Benarkah? Apa hakmu melarangku?" Tantang Aarick penuh penekanan. Edward yang merasakan aura intimidasi dari dua Alpha di sampingnya tentu memilih meringsut mundur sebelum terkena ledakan yang lebih dashyat dari ledakan di Hiroshima.

"Aku MA-TE Emelly!" Aarick menekankan setiap kata seperti ingin lebih memperjelas apa hak kepemilikanya terhadap seorang Emelly.

Samuel di buat bungkam sebentar, lelaki itu tersenyum miring seolah perkataan Aarick adalah sebuah lelucon.

"Dan aku___ bukan siapa-siapa. Tapi disini adalah teritoriku, Emelly bernaung di bawahku maka aku punya hak untuk melindungi Emelly bagaimanapun caranya. Ku harap kau mengerti.."

"Biarkan aku bertemu Emelly, Sam. Aku sedang malas bertarung." Aarick akhirnya menyerah untuk berdebat. Rasanya lelah, dia harus di bebani dengan pekerjaan pack, Emelly dan kini ibunya tengah sakit keras. Untuk berdebat seperti biasa saja sangat menguras tenaga.

"Jangan harap!"

"Ayolah,bung."

Krieettt

Suara pintu utama terbuka sedikit,  menyebar aroma coklat dan vanila yang mendominasi masuk kepenciuman Aarick meski tak seharum dulu.  Hal itu tak membuat Aarick bersedih, dia malah senang bukan main saat mengetahui siapa yang tengah menyumbulkan kepalanya di balik pintu yang dibuka sedikit.

"Lily!"

Teriakan Aarick sontak membuat Samuel menoleh hanya untuk mendapati Emelly yang hanya mematung dalam dekapan Aarick.

Jujur saja Samuel merasa... bagaimana menjelaskanya? Dia juga tidak tahu. Yang perlu dan jelas harus ia lakukan adalah melepaskan Aarick yang terus memeluk tubuh Emelly.

"Hei! Jangan menggangguku!." Protes Aarick. Ia terus berusaha menangkis tangan Samuel yang terus menarik paksa Aarick agar melepas pelukanya. Tidak untuk kali ini! Dia sudah teramat merindukan sosok Emelly.  Mencumbui wanginya yang seperti sebuah narkotika, begitu candu dan memabukan.

"Lepaskan!" Aarick terus saja protes tanpa mau melepas pelukanya. Kedua pria itu saling melempar  tatapan mematikan namun Samuel tetap bersikeras untuk melepas pelukan Aarick.

Entah apa yang terjadi pada dirinya. Dia merasa kesal saat Emelly di sentuh-sentuh oleh pria lain meski itu Mate-nya sendiri Samuel tak peduli, yang terpenting adalah Emelly terlepas dari Aarick terlebih dahulu.

Senyum mengejek Samuel tercetak, menatap penuh kemenangan kala Emelly akhirnya memutuskan untuk melepaskan dekapan Aarick. Hal itu membuat Aarick kesal namun Samuel justru malah senang.

"Alpha, bisa biarkan saya berbicara dengan Alpha Aarick?"

Perkataan Emelly seperti bumerang yang ia lemparkan kepada Aarick malah justru menamparnya sendiri. Kekesalanya kian memuncak, berhari-hari Samuel mencegah Aarick agar tidak bisa bertemu dengan Emelly, sekarang justru Emelly yang muncul dan meminta untuk berbicara dengan Aarick. Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan!

"Tidak!"

"Saya mohon Alpha. Biarkan saya menyelesaikan ini semua, saya ingin hidup tanpa beban lagi."

Ucapan Emelly memang benar. Namun seperti biasa,Samuel akan selalu dimakan egonya sendiri. "Kalau begitu aku ikut!"

"Biarkan kami bicara empat mata,Alpha. Tolong."

Water Fire ControllersOnde histórias criam vida. Descubra agora