21

177 13 0
                                    

Kzl gak sih pas tau yang di ketik udah sepanjang jalan tol ampe jari rasanya keriting semua eh pas di liat lagi udah kagak ada satu pun kata di sana😑

Au ah sebel!


        C O N T R O L L E R S


   _kau ada di depan mata
       Amat dekat hingga aku takut hanya dengan tatapan saja aku bisa jatuh cinta___
      Namun siapalah diriku yang menginginkan sesuatu yang jelas milik orang lain.

     ___Conrad Miller__




Tidur tenangnya terusik kala pintu kembali di ketuk oleh seseorang di luar sana berkali-kali.

Tak ingin terganggu, di tariknya sisi selimut tebal sewarna langit pagi hingga menutupi sebagian kepalanya. Di timbun dengan dua bantal besar di sisi telinga karena si penggedor pintu tak kunjung terdengar ingin menyerah.

Anggap saja Emelly pemalas.

Tapi masa bodoh dengan itu semua karena ia benar-benar butuh tidur saat ini juga. Salahkan dua kakak beradik yang mungkin sudah tidak waras itu.

Tebak apa yang telah di lakukan mereka berdua?

Mereka ngajak Emelly bermain kartu carot semalam. Mereka bermain dengan antusias___ Adeline dan Edward saja maksudnya__ hingga menjelang pagi.

Gilanya, Emelly baru di bolehkan tidur sekitar jam empat subuh. Jika salah satu dari mereka yang tidur duluan, sudah di pastikan dengan telak hukuman berat menunggu di depan mata.

Siapa pun bakal lebih memilih memangkas rumput dengan gunting kuku dari pada menerima hukuman dari Adeline___ mencari batu bara di gunung Fuji__ dan lebih konyol lagi Edward___menggali kuburan fir'aun untuk mencuri tulangnya agar bisa di pajang di packhouse__.

Dua saudara itu memang sudah benar-benar kehilangan kewarasan mereka.

Dan berakhirlah Emelly di sini. Terbaring dengan tubuh lelah dan mata merah dengan lingkaran hitam di sekelilingnya. Dia sudah layak di panggil Sadako saat ini jika saja Edward melihatnya berkeliaran dengan wajah seburuk itu.

Baru sekitar satu jam ia terlelap, lagi lagi pengganggu mengusik istirahat singkatnya. Nampaknya suara ketukan pintu sudah berhenti.

Emelly bisa cukup bernafas lega, memilih kembali larut dalam rangkaian mimpinya sebelum semenit kemudian ia merasakan tubuhnya yang tiba-tiba saja melayang.

Ia kerjap-kerjapkan matanya mencari fantasi mimpi apa yang baru saja ia alami, namun fakta berkata  lain. Ini bukanlah mimpi, kenyataan membawanya pada tubuhnya yang terangkat di udara dengan dua  lengan kekar sebagai penopang berat tubuh Emelly.  Menyipit, ia menatap pada  pria tinggi dengan wajah tak berekpresi disana.

"Aku sudah berulang kali membangunkanmu dan kau malah asik terus tidur."

Ia tak bisa berkata. Memang benar ia asik tertidur. Tapi bukan karena Emelly malas atau apa, ia hanya sudah tak lagi memiliki kuasa pada kedua matanya untuk tetap terbuka dan melakukan aktifitas seperti biasa.

"Sekarang kau harus mandi. Apa perlu ku mandikan?"

Perkataan pria itu sontak membuat pipi Emelly di rambati rasa panas yang tak nyaman.

"Wahh pagi-pagi sudah mendengar kata-kata tak senonoh. Duuuh telingakuu___" seru Liona protes di dalam sana.

Tubuh kecil Emelly bergerak tak karuan berusaha untuk terlepas dari gendongan pria itu. Kakinya bergoyang di udara namun tak menampakan hasil sekalipun ia meronta tak bersuara. Pukulan di dada bidang pria itu bahkan sia-sia, bukanya si pria yang kesakitan malah justru tangan Emelly yang memerah.

Water Fire ControllersWhere stories live. Discover now