38

151 6 2
                                    

Tatapan itu seperti menikam Aarick. Menusuknya dengan tombak penuh api hingga di tubruk dengan jutaan godam, membuatnya sakit, hancur dan merasa sesak.

Awalnya merasa mati, saat keputus asaan mencapai kerongkongan yang kering penuh keterlukaan menyuruhnya untuk mengakhiri segalanya. Namun layaknya seorang peri, takdir MoonGoddes sedang berpihak baik kepadanya.

Dia yang seorang diri berdiri di luasnya gurun tanpa air dengan terik di ubun-ubun akhirnya di beri sebotol air oleh musafir yang lewat.

Aarick kelewat syukur. Ia yang tadinya merasa gersang kini bisa hidup kembali. Tentu saja alasanya adalah Emelly. Gadis kecilnya yang Aarick cari lebih dari satu bulan ini ternyata tinggal di pack sahabatnya, di pack Redmoon pack.

Entah harus dengan apa ia mengucap syukur, jika harus menyerahkan separuh hartanya kepada MoonGoddes pun Aarick rela. Namun seperti belum puas, Aarick justru dibuat sakit lebih dalam lagi saat tatapan matanya beradu dengan Emelly yang menatapnya penuh sakit.

Inikah karma? Jika iya Aarick harus rela bukan?

Setiap kali urusanya di pack selesai, dia akan sesegera mungkin melaju ke Redmoon pack. Entah sudah keberapa kali Samuel melarangnya, bahkan sampai Aarick bertingkah layaknya maling dari pada seorang Alpha dengan memanjat masuk dari sisi tembok gerbang ia tak peduli. Yang dia lakukan tentu saja meneriaki nama Emelly dari bawah. Mengharap iba dari seorang Emelly agar mau sedikit saja berbicara denganya atau setidaknya muncul sebentar sebagai pengobat rindu bagi Aarick yang hampir gila ini.

Namun seperti di tampar kaos kutang belum dicuci, Emelly bahkan tak mau mememunculkan batang hidungnya sedikit pun. Samuel pernah sampai marah-marah kepadanya, menyalahkan Aarick yang datang justru membuat Emelly semakin tertekan, Emelly menjadi mengurung dirinya sendiri dikamar,  menjadi sosok pendiam tanpa ada sinar.

Menyalahkan diri sendiri? Sudah bosan Aarick menyalahkan diri sendiri namun bagaimana pun juga ia akan tetap berusaha membujuk Emelly agar kembali ke pelukanya.

Seperti hari biasa, siang ini Aarick melaju ke packhouse milik Samuel. Tentu saja untuk menemui Emelly. Dengan kemeja coklat yang di gulung sampai siku, Aarick keluar dari mobil, menatap pada dua penjaga gerbang yang mungkin sudah muak akan kehadiranya yang tanpa jeda. Masa bodoh dengan itu, ada urusan percintaan yang harus Aarick lakukan.

Dasi serta jasnya telah tertanggal entah kemana dengan dua kancing bagian teratas yang ikut terbuka, dia menghampiri dua penjaga itu. "Buka!" Tanpa perlawanan berarti seperti beberapa hari lalu yang menyebabkan Aarick dengan terpaksa memanjat dinding, dua penjaga itu membuka gerbang lebar-lebar.

Aarick berjalan sedikit tergesa, berjalan kaki dari gerbang hingga pintu utama tentu saja bisa mengurangi kadar lemak jahatnya seberat 1,07 karena jarak yang cukup jauh. Aarick mengutuk siapa saja yang membuat halaman depan Redmoon pack sebesar lapangan golf.

Seperti yang sudah-sudah, Samuel berdiri di ambang pintu di temani Edward yang tengah asik menyeruput ginnya.

Edward melampaikan tangan penuh senyum lebar. Beradu tos ala-ala dengan Aarick, berbeda halnya dengan Samuel yang malah memutar bola mata malas.

"Tidak bisa ya, packku mendapat tamu yang lebih berkelas?" Ujarnya sakarstik

Aarick terkekeh pelan. Berusaha menghiraukan sindiran dari mulut pedas Samuel.

"Aku kesini untuk menemui,Mein Liebhaber." Kata Aarick acuh.

"Cih, kau terdengar seperti pujangga layu,dude." Edward meledek.

Memang siapa pria di dunia ini yang tak akan menjadi pria paling bodoh jika sedang patah hati atau jatuh cinta sekali pun? Jika ada mari bertarung dengan Aarik atau Samuel?

Water Fire ControllersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang