Part 57

4.7K 398 35
                                    

Bulan keenam, Katya mulai merasakan betapa sulitnya menjadi orang hamil. Ia tiba-tiba merasakan bagaimana dulu ibunya membawanya kemana-mana selama 9 bulan, kemudian melahirkannya ke dunia.

Pasti butuh perrjuangan, pikirnya.

Zayn melarang Katya melakukan aktivitas yang membuatnya kecapekan, jadi Katya hanya menghabiskan hari-harinya di rumah. Ia membaca buku, menonton film, berenang, dan kegiatan lainnya yang cukup menarik.

Katya kadang-kadang menemani Zayn latihan. Walaupun ia hanya duduk sambil melihat Zayn dari kejauhan, setidaknya melakukan kegiatan lain membuatnya tidak mati bosan sendirian di rumah.

Aaron dan Cassie sesekali datang ke rumah untuk membawakan makanan atau peralatan-peralatan bayi. Katya bahkan tidak tahu apa gunanya karena bayinya bahkan belum lahir, tetapi mereka tetap saja membawakannya.

Hari itu Katya hanya diam di rumah, mencoba beberapa resep masakan baru. Ia sudah memasak makanan prancis untuk Zayn, yang mungkin sebentar lagi pulang.

Omong-omong soal Zayn, cowok itu sedikit banyak berubah akhir-akhir ini. Zayn jadi lebih pendiam, lebih serius, lebih tertutup, dan lebih dingin. Zayn jadi seperti Zayn yang dulu—yang Katya kira adalah orang yang mengerikan.

Katya merindukan seringai iseng Zayn, bercandaannya yang membuat Katya jengkel, dan yang lainnya. Sekarang Zayn lagi-lagi berubah pendiam. Katya tahu pasti ada sesuatu yang yang salah. Zayn selalu jadi seperti itu kalau ada yang salah.

Sejujurnya, Katya takut Zayn yang itu.

Kalau sedang seperti ini, Zayn terlihat seolah ia bisa membunuh seseorang hanya dengan sekali tatap. Tetapi kalau tatapan bisa membunuh, mungkin Zayn benar-benar bisa membunuh seseorang hanya dengan menatapnya.

Deru mesin mobil Zayn terdengar dari luar rumah. Katya tidak beranjak untuk menghampiri Zayn, alih-alih hanya diam ditempatnya menunggu Zayn masuk ke dalam rumah.

Zayn masuk beberapa menit kemudian, dengan baju putih dan celana training pendek warna biru. Rambutnya basah seperti habis keramas. Tas adidasnya terselempang di bahu kirinya.

Saat menatap Katya, Zayn menyinggungkan senyum tipis. Ia meletakkan tasnya di sofa depan, kemudian berjalan menghampiri Katya yang kebetulan sedang duduk di kursi meja makan.

“Hari yang berat?” tanya Katya.

Zayn menghela napas, kemudian cowok itu mengangguk muram. Selama beberapa detik Zayn menatap kosong ke arah piring di hadapannya, tetapi akhirnya cowok itu mengangkat dagunya sedikit untuk menatap Katya.

Tiba-tiba, Zayn tersenyum. Sangat manis.

“No matter how hard it is, as long as you’re here when I get home, I don’t mind,” kata Zayn. “I’ll walk through anything just to come home to you.”

Katya tertawa kecil. “Mm-hmm?”

“Mm-hmm,” Zayn tersenyum lagi. Ia beringsut mendekat untuk mencium Katya, lalu kembali ke tempatnya. “Nah, sekarang lebih baik kita makan.”

***

Semakin hari, Zayn semakin takut.

Di bulan ketujuh ini, mereka sudah dua kali mengunjungi Dr. Flynn. Pria itu juga sudah secara terang-terangan mengatakan kalau ini terlalu beresiko. Terlalu memojokkan Zayn pada pilihan yang tidak akan sanggup dipilihnya.

Tetapi Katya bersikeras kalau ia bisa. Semuanya bakal baik-baik saja, begitu Katya meyakini Zayn. Zayn awalnya berpikir seperti itu juga, tetapi ia sama sekali tidak ingin mengambil resiko. Resikonya 50:50, yang artinya, kemungkinan untuk kehilangan Katya sangatlah besar.

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang