Part 24

7.5K 538 32
                                    

 Hidup Zayn semakin membaik sekarang.

 Zayn punya Katya yang tinggal di flatnya, yang akan menyambutnya kapanpun ia pulang. Zayn juga sudah meminta maaf kepada semua teman setim termasuk pelatihnya atas ke-tidak-professional-an-nya waktu itu. Sekarang, Zayn kembali menjalani semuanya dengan normal.

 Hari ini Zayn ada pertandingan di Stamford Bridge, jam 4 sore melawan West Brom. Ia sudah ikut latihan. Ia juga sudah memberitahu Katya. Cewek itu sekarang sudah tidak bekerja sebagai tim medis lagi. Zayn yang menyuruhnya berhenti. Zayn berkata Katya hanya perlu fokus kepada sekolahnya, dan cewek itu menurut.

 Satu-satunya masalah sejak Katya tinggal disini adalah Zayn jadi susah tidur nyenyak. Badannya terasa sakit karena selalu tidur di sofa. Tetapi ia sangat tidak keberatan. Lagipula, Zayn sudah berencana membeli rumah di dekat-dekat sini. Jadi paling tidak ia harus bertahan selama beberapa bulan lagi.

 Zayn menatap jam dinding.

 “Kat,” panggil Zayn. Zayn sedang merapikan barang-barangnya seperti kaus dan sepatu yang ia masukkan ke dalam tas selempang adidas yang biasa dipakainya. “Apa kau lihat kaus kaki dan pelindung tulang keringku?”

 “Bukankah kau letakkan di dalam lemari kamar?”

 Zayn mengangguk. “Oh iya,” gumamnya. Sebelum Zayn berdiri dan hendak mengambil dua benda itu di dalam kamar, Katya menyela. “Biar aku saja,” katanya, kemudian cewek itu masuk ke dalam kamar.

 Zayn berjalan ke arah dapur untuk meminum jus jeruk yang Katya buat, sementara Katya terlihat sedang memasukkan pelindung tulang kering dan kaus kaki milik Zayn ke dalam tasnya. Zayn tersenyum melihatnya. Kadang ia berpikir, apakah ini rasanya memiliki seorang istri? Tetapi Katya bukan istrinya, sih.

 “Sudah siap semua?” tanya Katya.

 Zayn mengangguk. “Sepertinya sudah.”

 “Bagus.”

 Zayn mengambil tasnya, kemudian berjalan ke arah pintu. “Aku akan pulang sekitar jam 7,” kata Zayn. “Baik-baik di rumah.”

 “Astaga, aku bukan anak kecil, Zayn.”

 Zayn tertawa. “Oke, aku pergi ya.”

 Tepat sebelum Zayn melangkah keluar, Katya berjinjit untuk mencium pipinya.

 “Semoga beruntung,” bisiknya, kemudian pintu ditutup.

***

 Katya menatap jam.

 Sudah jam 9 malam, tapi Zayn belum juga pulang. Kalau tidak salah, tadi dia bilang akan pulang jam 7, kan? Tetapi ini sudah dua jam. Baru dua jam, sih. Tetapi tetap saja Katya jadi uring-uringan. Ditambah lagi, diluar sangat gelap dan hujan turun sangat deras.

 Katya sekarang tengah duduk di sofa ruang tengah sambil memeluk lututnya. Pemanas ruangan tampaknya sedang rusak, jadi ia mengambil selimut dari dalam kamar dan menyelimuti dirinya sendiri. Katya sekarang sedang menonton Spongebob Squarepants sambil minum coklat hangat.

 Beberapa menit kemudian, pintu diketuk. Katya cepat-cepat beranjak dari sofa untuk membuka pintu, dan ia sangat lega saat melihat Zayn berdiri di hadapannya. Katya menahan godaan keras untuk memeluk Zayn saat itu. Zayn basah kuyup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Katya berani bertaruh cowok itu habis mandi hujan.

 “Hey,” kata Zayn, kemudian menutup pintu. “Maaf aku pulang terlambat. Jalanan macet karena hujan. Tadi saat aku selesai tanding, hujan turun deras sekali. Kalau aku tidak hujan-hujanan ke parkiran, aku bisa sampai di rumah jam 12,” jelasnya tanpa diminta.

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang