Part 53

5.2K 440 36
                                    

Udara London semakin hari semakin dingin. Siang itu Zayn sedang berjalan kaki menyusuri trotoar yang dipadati oleh cukup banyak pejalan kaki sepertinya. Zayn memakai kaus warna hitam dan celana jins, beserta mantel hitam tebal yang sekarang selalu dipakainya.

Katya sedang ingin makan makanan cina jadi Zayn pergi ke chinatown untuk membelikan Katya mi. Sebenarnya Zayn ingin naik mobil supaya lebih cepat, tapi berhubung chinatown benar-benar dekat dari rumahnya, ia memutuskan untuk berjalan kaki.

Sekitar setengah jam kemudian, Zayn sudah berada di rumahnya. Katya sedang menonton tv di kamar, jadi Zayn meletakkan mi yang dibelinya di piring, kemudian membawakannya untuk Katya. Katya tersenyum lebar begitu ia melihat Zayn membawa dua piring berisi mi ke dalam kamar.

“Maaf agak lama,” gumam Zayn sembari menyerahkan sepiriing mi kepada Katya dengan tangan kanannya. “Tadi trotoar dan jalanan cukup padat.”

“Zayn. Tidak apa-apa.”

Setelah itu, mereka makan sambil menonton kartun. Zayn sebenarnya tidak suka kartun sama sekali tetapi berhubung Katya suka kartun, ia jadi tidak keberatan menonton kartun bersama Katya. Setelah selesai makan, Zayn meletakkan dua piring kotor di dekat lemari.

“Kau tidak ada jadwal latihan hari ini?” tanya Katya.

Zayn mundur bergeser tempat sehingga punggungnya menyentuh bagian belakang tempat tidur. Zayn menyandarkan kepalanya ke belakang lalu menarik napas dalam-dalam. “Tidak,” jawabnya kemudian. “Aku tidak ada jadwal apa-apa hari ini.”

Katya mengangguk-angguk. Cewek itu menyandarkan kepalanya di bahu Zayn, membuat Zayn tersenyum tipis. Zayn tiba-tiba jadi teringat tentang buku 1001 hal yang disukainya dari Katya yang belum sempat diselesaikannya. Zayn paling-paling baru sampai nomor 200-an tetapi ia sudah kehabisan ide.

Saat Zayn menatap Katya, Zayn bisa melihat raut wajah Katya berubah.

“Kenapa?” tanya Zayn.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Katya langsung beranjak dari kasur dan berlari kecil ke kamar mandi di kamar mereka. Katya menutup pintu dan menguncinya, tetapi Zayn bisa mendengar suara dari tempatnya sekarang. Sepertinya Katya sedang muntah atau apa.

Zayn berjalan ke arah pintu kamar mandi. “Kat?” kata Zayn sambil mengetuk pintu. “Kau kenapa?” tanyanya lagi. “Buka pintunya.”

Seperti yang Zayn minta, Katya akhirnya membuka pintunya. Saat pintu terbuka, Zayn bisa melihat wajah Katya yang agak pucat. Rambut cokelat Katya yang tergerai terlihat sedikit acak-acakan. Walau begitu, Katya tetap tersenyum kecil.

“Kau sakit?” tanya Zayn.

Katya menggeleng. “Tidak,” jawabnya. Katya berjalan ke arah tempat tidur, kemudian naik dan berbaring di atasnya. “Sepertinya aku memang selalu muntah sehabis makan. Aku ingin tidur Zayn.”

“Oke,” Zayn mengangguk. “Aku keluar ya.”

“Jangan.”

Zayn menaikkan sebelah alisnya.

“Ikut tidur saja,” kata Katya kemudian. “Ayolah, aku sedang ingin tidur bersamamu.”

“Kat, kau selalu tidur bersamaku.”

Katya berdecak. “Tidur yang benar-benar tidur, Zayn,” gerutu Katya, membuat Zayn tertawa. “Ayolah. Siapa tahu nanti kau tidak bisa tidur denganku lagi.”

“Hey.”

Katya memaksakan tawa kecil walaupun itu pasti menguras sisa-sisa tenaganya. “Bercanda,” kata Katya sambil menyeringai. “Cepat kesini atau jangan pernah tidur bersamaku lagi.”

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang